10

249 34 1
                                    

"Iya Pa, nanti Rachel bisa cari taxi atau pesan ojek online, Papa nggak perlu khawatir."

"Yasudah, kamu hati-hati ya."

"Iya Papa.." jawab Rachel gemas.

"Udah ya Pa, bentar lagi jam istirahatnya abis."

"Eh tunggu. Papa baru inget, kemaren teman Papa ada yang bilang kalau anaknya kuliah di kampus yang sama sama kamu."

"Ya terus?"

"Apa sebaiknya Papa minta tolong dia buat telponin anaknya bu--"

"Nggak Pa! Rachel bisa kok pulang sendiri." potong Rachel cepat.

"Yasudah, Papa tau kamu itu paling anti dekat sama cowok. Apalagi nggak kamu kenal."

"Itu Papa tau."

"Gemes deh Papa sama kamu. Papa jodohin tau rasa kamu."

"Jahat. Kalo Papa ngelakuin itu, aku pastiin Papa nggak bakal ketemu aku lagi."

"Mau kemana kamu?"

"Pergi sejauh mungkin."

Rachel mencembik, gadis itu mendengar dengan jelas suara renyah tawa papanya.

"Udah deh. Papa bikin bad mood aja sih. Assalamu'alaikum."

Dengan sedikit sebal gadis itu memutuskan panggilan sepihak. Papanya itu benar-benar. Yang benar saja jika ia sampai dijodohkan? Sungguh Rachel tidak bisa membayangkan hal itu terjadi.

Kadang Rachel berpikir, apakah salah jika seorang gadis berusia 18 tahun tidak mempunyai pacar, atau bahkan tidak sama sekali? Rachel rasa itu hal yang biasa. Tapi kenapa tidak biasa bagi papanya??!

"Yang jomblo gue kenapa Papa yang repot." dengusnya pelan setelah menyeruput minumannya.

"Lo kenapa sih Hel, kok muka lo jadi lecek gitu." tanya Muti yang bingung akan perubahan ekspresi sahabatnya itu.

"Nggak kenapa-kenapa."

"Masalah perjodohan lagi?" tebak Gina tepat sasaran.

Rachel mengangguk lesu dengan bibir mengerucut. "Bokap gue selalu nyinggung soal pacar. Dan kali ini, gue dibilangin harus punya pacar, kalo nggak gue bakal dijodohin."

Muti dan Gina saling pandang dengan senyum tertahan.

Tiga.

Dua.

Satu.

"BEHAHAHA!!"

Lantas saja Rachel memutar bola matanya jengah dengan kedua tangan melindungi telinganya yang sensitif akan suara ledekan tawa kedua temannya.

"Bokap lo tu lucu deh. Kesannya tuh kayak,  gimana ya.." kedua tangan Muti menengadah, wajahnya mendongak menatap langit-langit kantin. Matanya mengernyit dengan ekspresi wajah seperti orang bingung yang gagal bingung, entah bagaimana. "Bokap lo itu kayak takut banget gitu kalo lo nggak dapet pasangan. Takut lo nggak laku. Hahaha.."

Tawa Muti dan Gina kembali pecah, membuat Dara yang baru saja menghampiri mereka mengernyit bingung memikirkan hal apa yang membuat kedua gadis itu terbahak sedangkan satu gadis lainnya yang juga berada disitu hanya menyenderkan punggungnya ke kursi dengan kedua tangan yang berada di telinga.

Dara berdiri tepat disamping Rachel, membuat gadis itu mendongak saat merasakan kehadirannya.

"Mereka kenapa?"

Rachel menjauhkan tangannya dari telinga, gadis itu menggedikkan bahunya acuh dengan wajah semasam mungkin, matanya melirik sinis ke arah dua temannya yang kini sudah mulai meredakan tawa.

MR.FLATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang