13

195 10 0
                                    

Muti, gadis itu kembali menghembuskan napas jengah saat Dara kembali bergerak ala-ala slow motion. Sungguh lambat.

Tidak ingin banyak bicara, Muti segera meraih tangan Dara dan menyeret gadis itu menghampiri Rachel dan Gina yang memang sudah berjanji menunggu mereka di lapangan dekat parkiran panitia OSPEK.

Disisi lain, Rachel dengan lesu mengikuti langkah panjang Gina yang menariknya menuju lapangan. Perasaannya mendadak menjadi tidak tenang.

Dengan sekali hentakan, ia berhasil melepaskan tangannya dari cekalan Gina.

"Gin, gue bisa jalan sendiri."

"Nggak, ntar lo malah kabur lagi naik taxi."

Rachel menghela napas pasrah. Niatnya sudah diketahui Gina.

"Gue nebeng bareng lo aja deh kalo gitu."

"Hel, bukannya gue nggak mau nebengin elo. Tapi arah rumah kita beda."

"Kalo gitu gue nebeng Dara."

"Enggak. Lo gimana sih, kan Kak Darren udah nungguin elo di parkiran." Gina kembali menarik Rachel menuju parkiran. "Udah deh ya, jangan banyak omong. Nikmatin aja ntar setiap detik kebersamaan lo sama Kak Darren."

Rachel memutar bola matanya jengah. Tidak tahukan Gina jika sebenarnya hal itu yang sedari tadi ia pikirkan. Semobil dengan senior judes itu? Ia bahkan tidak pernah membayangkan hal itu sebelumnya. Dan entah apa yang akan terjadi nanti.

Tiba di lapangan Rachel bernapas lega karna akhirnya tangannya terlepas dari cekalan tangan Gina. Muti dan Dara terlihat sedikit tergesa menghampiri mereka. Rachel dapat melihat jelas nasib Dara yang sama sepertinya tadi, diseret tanpa perasaan.

"Gimana? Kak Darrennya dimana?" tanya Muti. "Dia udah ke parkiran?"

"Nggak tau."

"Mending lo samperin sekarang deh Hel." saran Gina.

"Nggak mau."

"Hel, kata Kak Darren, dia udah di parkiran dari tadi." ucap Dara, "Lo disuruh kesana sekarang." terselip nada tidak suka diucapan Dara.

"Info bagus. Hel, sono gih samperin buru." usir Muti.

"Gue nggak tau mobilnya."

"Dia nungguin lo di pintu masuk parkiran kok."

Rachel mendengus karna ucapan Dara. Dengan pasrah ia berjalan ke arah parkiran panitia OSPEK.

Kenapa papa selalu nyiksa gue dengan hal yang kayak gini! Keluhnya frustasi.

Rachel menunduk menatap setiap hentakan langkahnya. Tidak jarang gadis itu menendang batu kecil yang ia dapati.

"Senior pemaksa! Gue juga bisa pulang sendiri kali!" gadis itu mendengus sebal.

"Awss!!" Rachel memegang kepalanya merasa sakit. Gadis mendongak menatap seorang lelaki tampan yang berdiri tepat di hadapannya.

"Bisa liat-liat nggak sih kalo jalan!" maki laki-laki itu, tatapan matanya sangat serius dan tajam.

"Maaf, gue nggak sengaja."

Lelaki itu berdecak. "Minggir."

Rachel bergeser selangkah ke kanan memberi jalan kepada lelaki itu untuk melewatinya.

"Gue bingung, kenapa kebanyakan senior cowok disini orangnya galak semua." heran Rachel, pandangannya masih mengikuti kemana arah lelaki tadi berjalan hingga dia tidak terlihat dari balik koridor gedung utama.

Teringat akan tujuannya menghampiri Darren, gadis itu segera melangkahkan kakinya memasuki pagar parkiran panita OSPEK. Dilihatnya Darren yang tengah memainkan phonsel sambil duduk di salah satu bangku dekat parkiran motor.

"Maaf Kak, aku telat."

Darren mendongak, lelaki itu memasukkan phonselnya ke dalam saku jaket dan berdiri dari duduknya.

"Ikut gue." 

Rachel mengangguk dan mengikuti langkah panjang Darren menghampiri mobil lelaki itu.

Darren berjalan ke sisi kiri mobilnya, membukakan pintu untuk junior perempuan yang akan ia antarkan.

"Makasih Kak." ucap Rachel sungkan.

Rachel menjawab dengan deheman kecil, kemudian lelaki itu berjalan memasuki mobilnya dan segera melajukan kendaraan beroda empat itu ke rumah Rachel.

"Rumah aku di jalan--"

"Gue udah tau. Lo tinggal duduk diam aja. Jangan ganggu konsentrasi gue lagi nyetir. Atau lo bakal gue turunin di jalanan, dan biarin lo kehujanan."

Rachel menatap Darren tanpa berkedip, baru kali ini ia mendengar seniornya itu bicara panjang dengannya.

"Ngapain lo liatin gue gitu?" sinis Darren merasa risih dengan tatapan Rachel.

MR.FLATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang