5

299 34 2
                                    

Seorang lelaki tampan menuruni satu-persatu anak tangga. Langkah kakinya terkesan cepat menandakan dirinya sedang tergesa. Ia tidak menyangka, efek dari memikirkan gadisnya semalaman bisa membuatnya seterlambat ini.

"Woy! Nggak makan dulu lo??" sebuah seruan berhasil menghentikan langkahnya. Lelaki itu menoleh ke arah meja makan dimana ada kakaknya yang tengah memandang ke arahnya sambil menyuap sesendok nasi ke mulutnya.

"Gak, gue udah telat ini."

"Mau Bunda bawakan bekal?" tanya seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah bundanya.

"Enggak Bun, nanti aku beli di kantin aja." jawabnya sambil berjalan mendekat ke arah bundanya untuk mencium tangan orang yang sudah melahirkan dan membesarkannya dan juga kakaknya.

"Yasudah, hati-hati ya."

Lelaki itu mengangguk dan mencium pipi sang bunda. "Aku berangkat ya," pamitnya yang di balas dengan anggukan sang bunda. "Kak, gue berangkat." yang di pamiti hanya mengacungkan jempol kirinya.

Lelaki itu kembali melangkahkan kakinya menghampiri mobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan yang bisa dibilang di atas rata-rata hingga tiba di kampus.

Lelaki itu melirik sebentar ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Beruntung, ia tidak terlambat. Tapi memang, susana kampus sudah sangat ramai dengan para calon mahasiswa dan mahasiswi baru yang sedang mengikuti OSPEK.

"Heh bro!" sebuah tepukan di bahunya kembali berhasil mengehentikan langkah panjangnya.

"Kenapa Bill?"

"Enggak, cuman ngajakin bareng aja ke posko."

"Semua dosennya udah pada dateng?"

"Udah," mereka kembali melanjutkan langkah. "Kata Izza, 15 menit lagi acara di mulai."

"Oke, gue mau ambil absen junior gue dulu."

"Sama, gue juga."

Mereka sama-sama berjalan menuju posko panitia OSPEK mengambil beberapa berkas yang mereka butuhkan. Sebuah suara berasal dari mesin pengeras suara terdengar, memberitahukan kepada seluruh anggota OSPEK dan juga para pendamping untuk berkumpul di lapangan yang ditentukan.

"Ayo . Langsung ke lapangan."

Yang di ajak mengangguk dan sama-sama beriringan menuju lapangan.

Hawa panas langsung terasa saat semua peserta OSPEK tiba di lapangan untuk berkumpul. Tidak sedikit yang mengeluh karna kulitnya terpapar sinar matahari langsung, khususnya para wanita. Padahal ini masih jam 7.30 bukankah panas pagi matahari itu menyehatkan? Tapi bagi mereka tetap saja, yang namanya panas tetap panas. Pagi, siang, atau sore sekalipun panas matahari serasa menyengat di kulit.

"Huhh, ya ampun.., ini kumpulnya nggak bisa di dalam aula aja apa?? Panas banget." keluh salah satu siswa dari barisan kelompok fakultas Farmasi.

"Sabar kali Va, panas pagi kan sehat," sahut temannya.

Gina yang tadi sempat melirik ke arah dua orang tetangga kelompoknya kini beralih mengarahkan bola mata coklatnya ke arah Rachel di samping kirinya. "Hel, yang mana senior yang nabrak lo kemaren."

"Yang hukum gue."

"Ish! Gue-kan juga nggak tau mana yang ngehukum lo." gerutunya, "Gimana sih."

"Yaudah."

Gina mendengus dan kembali mendengarkan arahan dari salah satu dosen yang datang.

Setelah cukup lama di beri arahan, kini seluruh peserta di minta berkumpul di ruangan masing-masing dengan para pendamping.

"Kak Vina sama Kak Bill mana sih, ini kita masuk ke kelas mana coba."

"Iya Nis, gue udah penat banget duduk  disini."

"Gin, Nis, gue ke toilet bentar ya." Rachel berdiri dari duduknya.

"Ntar kalo Kak Vina sama Kak Bill dateng gimana?" tanya Anisa, "Kan kita semua belom ada yang tau ruang kelas kita dimana."

"Iya Hel," imbuh Gina. "Nah tuh, Kakaknya udah mau otw deh kayaknya." ucap Gina saat melihat senior yang ia maksud sedang menata beberapa map di seberang lapangan.

"Kalian duluan aja, ntar gue bisa tanya sama senior yang lain kok."

"Yaudah deh, tapi lo nggak mau gue temenin?" tawar Gina.

"Nggak Gin, lo sama Nisa aja."

Gina dan Anisa mengangguk meng-iyakan. Rachel segera melangkahkan kakinya menuju toilet di lantai pertama yang terletak cukup jauh dari lapangan.

MR.FLATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang