27

133 6 0
                                    

Sebenarnya Matthew tidak semenyeramkan itu. Dia akan lebih terlihat santai dan sedikit lebih banyak mengeluarkan kata dengan sahabatnya. Matthew akan memberikan sikap buruknya itu kepada orang-orang yang tidak ia kenal. Karna bagi Matthew, percuma jika menunjukkan sikap baik jika aslinya, BURUK. Dan Matthew tidak ingin itu menjadi sikapnya, sikap untuk orang yang bermuka dua. Matthew lebih memilih menampilkan sikap buruknya. Setidaknya, mereka akan tahu jika Matthew bukanlah lelaki yang baik, yang pantas di kagumi, yang pantas di puja, di damba, dan di agung-agungkan. Sungguh Matthew tidak suka di istimewakan.

Tapi lelaki itu heran. Meskipun ia sudah menunjukkan sikap buruknya selama ini, mengapa masih saja ada yang memuja, mengagumi, mendamba, dan hal lain semacamnya. Kadang ia berpikir, sebenarnya darimana mereka bisa menyimpulkan jika ia adalah lelaki baik-baik sementara mereka tidak pernah mengenalnya lebih dekat. Mereka hanya mengenalnya dari luar, tidak tahu seperti apa kehudupan sebernarnya lelaki itu bukan?

Setelah selesai mengetikkan kata terakhir untuk tugasnya, lelaki itu menyimpan file tersebut dan kemudian menutup layar laptopnya. Mengambil phonsel yang tergeletak di samping air minum, ia beranjak mengampiri ranjang dan merebahkan dirinya.

Menekan tombol power pada sisi samping phonselnya, ia membuka satu persatu aplikasi  yang menampilkan notifikasi pada layarnya. Setelah dirasa cukup, ia kembali mematikan phonselnya dan meletakkan pada nakas samping tempat tidurnya.

Hembusan napasnya dapat terdengar, ia menengadahkan kepalanya menatap langit-langit kamarnya. Tiba-tiba pikirannya melayang pada gadis yang dalam beberapa pekan ini sering bertemu dengannya. Gadis yang kembali mengingatkannya pada masalalu yang sudah mulai ia lupakan. Matthew tidak bisa memungkiri jika gadis itu sedikit bisa mengobati kerinduannya akan sosok yang ia lindungi dulu.

Wajah mereka memang tidak sama, sangat jauh berbeda. Hanya ada beberapa kesamaan yang ia dapat dari wajah gadis itu, seperti mata mereka yang berwarna biru cerah, hidung yang mancung, dan ekspresi menggemaskan saat ia menunjukkan kepolosannya.

Matthew terkekeh dalam hitungan detik, akhir-akhir ini mengapa ia selalu memikirkan gadis itu. Ia memiringkan tubuhnya dan sedikit membungkuk untuk mengambil sebuah foto yang ia simpan di loker nakas samping tempat tidurnya.

Lelaki itu terenung untuk sesaat, bayangan kenangan masalalu itu kembali melintas di pikirannya. Dan kemarin malam, Matthew kembali memimpikan kenangan indah yang dulu ia jalani. Tapi dalam mimpinya kali ini berbeda, bukan gadis yang berada dalam foto itu yang ia mimpikan, tetapi gadis yang akhir-akhir ini memenuhi pikirannya. Matthew mengkerutkan kening, mimpinya sama, semua kejadian yang pernah ia lewati di masalalu, tapi kenapa dengan gadis yang berbeda? Dan di dalam mimpinya itu, Matthew merasa jika ia merasa ada yang kembali dalam kehidupannya.

Phonsel yang berdering dapat mengalihkan pandangan Matthew dari foto itu sekaligus menyadarkan lelaki itu yang sempat kembali mengenang masalalu.

"Ya?"

Terdengar suara grusak-grusuk sebelum ada jawaban dari seberang sana. "Oy!  Lo dimana? Surat gue udah kelar?"

"Hm."

"Hm apaan? Yang jelas dong. Jangan ambigu."

Matthew berdecak sebentar, "Selesai."

"Apanya?  Ya ampun Matt. Sumpah deh, yang jelas kalo ngomong."

"Surat."

"Surat gue udah kelar maksud lo?"

"Ya."

"Bagus dah. Besok gue ambil, lo besok di rumahkan ya?"

"Iya."

"Lo beneran nggak mau ngikut? Kita seru-seruan bro. Kan kemaren kita udah kerja buat di babang. Gue  jemput yak?"

"No."

"Okedah. Gue udah di tungguin abang tercintah buat beli perlengkapan, lo tau kan, seragam merah putih gue udah kagak muat lagi. Lagian juga buat murid pindahan gue harus pake seragam lengkap, ntar yang ada gue di digiring lagi di tiang bendera karna nggak lengkap."

Tidak senyum geli atau apapun yang di tunjukkan Matthew, lelaki itu hanya menghela napasnya jengah.

"Iyaaaa bentaaarrr!!" lelaki di seberang sana berteriak tanpa menjauhkan telponnya, membuat Matthew mendengus kesal karna telinganya langsung mendengung.

"Okedah dah Matt, gitu aja oke. Babang tercintah udah nungguin gue. Jangan kangen lo sama gue  yah. Babay Matthew cuuu.." dan setelah itu lelaki itu memberikan kecupan jauh untuk Matthew.

Matthew langsung menutup sambungan teleponnya.

°°°

MR.FLATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang