24

144 8 0
                                    

"Ya Allah ini Abang kenapa nggak percayaan banget sih sama gue." Darrel meraih phonselnya. "Noh liat. Bebeb gue telpon." unjuknya namun dengan layar phonsel yang menghadap ke arahnya.

"Lo mau kasih unjuk apaan hah? Itu layar hp lo kebalik taik."

"Sengaja. Ntar lo naksir liat poto ebeb gue."

"Dih, ebeb gue lebih cakep daripada ebeb lo."

"Masa? Nggak nanya tuh."

"Udah sana lo katanya sih ebeb yang telpon, tapi kok di anggurin."

"Anjer lupa! Elo sih ngajakin ngobrol segala." Darrel menepuk jidatnya dan segera mengangkat telpon dari 'Ebeb' -nya.

"Hall--OHU AKBAR!! Woy!! Nggak perlu pake teriak bisa keles!" refleks cepatnya saat baru saja menempelkan benda pipih kesayangannya itu di telinga. "Jahat lo Cas ama gue. SAKIT NIH KUPING GUE TAIK." balas Darrel berteriak.

"Woy! Bukan cuma kuping lo yang sakit. Kita juga taik." protes Darren.

"Diem lo Ren!"

Darren berdecih. "Pacar kok di taik'in."

"Omegat! Lupa gue! Ah elo sih Cas kenapa juga lo pake teriak gitu pas gue jawab telponnya." kesalnya pada orang di seberang telpon yang ternyata temannya,Lucas. "Padahal tadi pas debat sama si Darren gue udah merancang drama ala-ala sinetron di tv. Yang kalo lagi ngobrol sama pacarnya pake ayang-ayangan." keluhnya dramatis. "Jadi sorry ya Cas, karna gue udah ketauan, nggak jadi pake ayang-ayangan. Ayam-ayaman aja okey?"

Darrel kembali menjauhkan phonselnya saat diseberang sana terdengar suara orang yang sedang mengumpat beragam nama binatang buas untuk Darrel.

Tidak perduli dengan segala umpatan Lucas, Darrel kembali bicara. "Elo ya jadi orang nggak bersyukur banget. Udah mending gue masih baik ngasih nama panggilan spesial buat lo. Ayam kan juga romantis."

"Iya-iya udah serius! Buruan deh lo mau ngasih tau apaan?" Darrel dapat mendengar helaan napas panjang Lucas sebelum lelaki itu mulai menyampaikan beberapa informasi padanya. Darrel menganggukkan kepalanya mengerti sambil sesekali berdehem saat Lucas menyampaikan semuanya. "Oke! Kerja bagus. Thanks deh buat infonya. Dah ya, gue jadi bahan objek penglihatan yang menarik nih sama ini ono itu ono. Bye!"

Krogg.. krogg.

Anggap saja barusan ada suara katak lewat yang mengisi keheningan yang terjadi disana.

"Kenapa lo semua?"

Tidak ada satupun yang menjawab.

"Iya tau gue ganteng. Tapi nggak usah gitu juga kali liatinnya. Kan tadi gue udah bilang gue jadi salting."

Lagi, tidak ada balasan bahkan hanya senyum simpul untuk menghargai ucapan Darrel pun tidak sama sekali.

"Pada kesambet deh kayaknya."

"Lo ribet banget deh Rel sumpah." ucap Darren pada akhirnya.

"Kenapa?"

"Heboh banget lo jadi orang."

"Kayak lo nggak aja."

"Gue biasa aja."

"Heleh, muka bunglon lo. Bisa berubah kapan aja."

"Anjirt." umpat Darren sebal.

MR.FLATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang