Dane watsons. satu-satunya adik edmund, umur mereka berpaut 2 tahun. Banyak sekali perbedaan diatara mereka, terutama sifat. Sebelum Calissa dan edmund berpacaran, Calissa dan Dane kenal lebih dulu bahkan mereka suka bersama kemana-mana.
"Bagaimana kuliahmu? Bukankah tahun ini kau skripsi?" Tanya Calissa dan memakan beefsteak miliknya laku meneguk bir.
"Aku sedang mempersiapkan Skripsi, jika beruntung aku bisa sidang lebih cepat" Jawab Dane, ia hanya meminum wine tidak makan.
"Ohya, Perempuan yang bersamamu saat itu siapa? apakah pacar barumu?" Tanya Calissa dengan nada menggoda. Dane mengalihkan pandangannya dan mencoba menghindari pertanyaan itu.
"ah, itu hanya teman kuliahku" Jawab Dane, ia menuang kembali wine pada gelasnya.
"Tidak usah menyembunyikannya, aku lihat perempuan itu berharap banyak dan cinta padamu" Ucap Calissa. Dane yang mendengar itu tersedak dan mengalihkan pandangannya lagi.
"kenapa kita membahas itu" Ucap Dane mengalihkan pembicaraan. Calissa langsung tertawa geli melihat wajah Dane yang berubah merah.
°°°
Malam yang tenang, namun tetap menunjukan kesibukannya sebagai kota tersibuk. Lampu dari gedung-gedung bertingkah terus menerang sampai pagi tiba.
Matanya terasa ringan dan tak bisa menutup matanya untuk beristirahat mengisi energi untuk hari esok.
Bayangan akan kejadian yang akan terjadi di hari esok terus memenuhi pikirannya. Calissa, ia terus memandangi kota new york dari kamarnya. Sejak tadi, ia tak bisa tertidur walau sudah banyak cara yang ia gunakan.
"Pagi....." Sapa beberapa pegawai pada Calissa. Ia hanya membalasnya dengan senyuman, kepalanya terasa sangat pusing dan ringan karna terjaga sepanjang malam.
"Apakah kau tidak tidur semalam? Kau terlihat seperti panda" Ucap seseorang dari belakang, Calissa tahu siapa yang berbicara dan ia pun hanya tersenyum dan terus berjalan.
"Seharusnya kau beristirahat karna hari ini hari penting" Ucap peter lagi dan masuk kedalam ruangannya. Calissa meneruskan jalannya, dan langsung bersandar pada kursi kerjanya dan mencoba memejamkan matanya sebentar.
°°°
"Calissa! Calissa!" suara remang-remang yang memanggil namanya dibalik kegelapan, Calissa tak mampu berbuat apa-apa ia hanya terdiam menatap penuh penasaran orang itu yg ada dibalik sisi gelap itu.
"Calissa!" Teriak orang itu penuh kesakitan. Tubuh Calissa semakin membeku dan tak mampu menggerakan kakinya, mulutnya terasa kaku untuk berbicara. Hanya rintihan ketakutan yang dapat ia keluarkan.
edmund?! Ingin sekali ia memberontak tapi tubuhnya sudah sangat kaku tak bisa bergerak, Ia tak bisa berdiam diri, ingin sekali dirinya berlari ke arah pria yang berlumur darah dan terantai itu. Ia berteriak sekencang-kencangnya, namun tak ada suara yang terdengar.
°°°
"EDMUND!" wanita itu langsung terjaga dari tidurnya setelah berteriak. Nafasnya tak teratur, ia langsung melihat kearah sekitar. syukurlah. Ucapnya dalam hati setelah tau itu hanya mimpi. Tapi, tunggu dulu. Calissa langsung menatap kepada pria yang duduk di sofa depan meja kerjanya.
"Peter? sedang apa kau—" Tanya Calissa sangat terkejut melihat peter yang duduk disana. Belum sempat ia menyelesaikan pertanyaannya, pria itu langsung bangkit dari duduknya dan memotong ucapan Calissa.
"Tidurmu sangat nyenyak, aku tak ingin membangunkanmu" Ucap peter lalu keluar dari ruang kerja Calissa. Calissa, ia hanya bisa terdiam bingung dan tak tahu harus apa. Ia menggelengkan kepalanya menyadarkan pikirannya, ia lihat jam yangbada di mejanya.
"Oh god please, drag me to hell" gerutunya setelah melihat jam, ia langsung mengambil jas laboratorium dan ipad nya. Ia langsung berlari keluar menuju ruang eksperimen.
°°°
"Bagaimana tidurmu?" Tanya peter yang sedang memakai maskernya, Calissa juga memakai masker dan sarung tangannya.
Semua pegawai sudah mempersiapkan alat-alat untuk eksperimen kedua. Kera itu sudah dibius 15 menit yang lalu, kini kera itu tertidur diatas meja eksperimen didalam tabung kaca itu.
"Benar-benar kera yang malang" desah peter lalu mempersiapkan suntikan untuk kera itu. Calissa mengatur suhu tabung itu pada monitor virtual dekat pintu tabung itu.
"Suhu sudah normal, oksigen juga. Semua sudah siap" Ucap Calissa dan membenarkan maskernya.
"Aku rasa kau masih tertidur. Keluarkan kotak inkubatornya" Ucap peter lalu menuju meja kera itu. Calissa terhenti dari jalannya dan memukul-mukul kecil kepalanya, Ia pergi kembali ke monitor virtual itu lalu menyentuh salah satu tombol. Kotak inkubator pun langsung keluar otomatis dari bawah meja eksperimen.
"Periksa kembali denyut nadinya" Ucap peter, Zat imun sudah siap untuk disuntikan. Lampu ruang itu dipadamkan, hanya bagian tengah tabung itu yang disinari lampu.
°°°
"Kak, ada yang nunggu di lobby" Ucap angel saat Calissa keluar dari ruang kerjanya untuk pulang. Calissa mengernyitkan dahinya, memikirkan siapa itu. Ia pun berterima kasih dan pamit pulang kepada pegawai yang masih disana.
"Hai, wanita sibuk" bisik seorang pria dari belakang. Calissa langsung membalikkan tubuhnya dan mundur saat mengetahui bahwa orang itu ialah edmund.
"edmund?! Apa yang kau—" Bisik Calissa sambil membentak edmund dengan tatapan tajamnya, ia menarik tangan edmund menuju pintu keluar.
"aku baru selesai wawancara Tuan Roosevelt, dan kebetulan selesainya tepat jam pulang kau. So, kita bisa pulang bareng hari ini" Ucap Edmund memotong ucapan Calissa. Ia merangkul pundak Calissa, walau sejak tadi Calissa berusaha memberontak.
°°°°°
Haaai, mulmed udah keluar^^ cek aja, ada castnya juga ko. keep vote and comment yah;)
KAMU SEDANG MEMBACA
IMUNO
Teen FictionApakah mesin waktu itu benar ada? Jika ada.... izinkan aku memakainya sekali saja dalam hidupku. Aku ingin memulai kembali semuanya, aku tidak akan bermain lagi dalam pilihan. Terlihat tak penting, namun ternyata itu semua menentukan hidupmu. itula...