D-Day

187 15 0
                                    

Langkah demi langkah kakinya melaju lurus kedepan. Seluruh kebahagiaan seakan terhenti sejenak saat dirinya melihat kerumunan orang yang berkumpul diluar.

Takut. Itulah salah satu alasan, Calissa masih didalam ruang itu memerhatikan keluar. Kakinya terasa berat melangkah keluar. Tangannya terus ia kepalkan menghilanhkan kegugupan.

"Kau sudah siap?" Ucap seseorang dari belakang, peter. Calissa menundukan kepalanya lalu menghela nafas sekencangnya. Tangan besar itu menyentuh pundaknya mencoba menenangkan wanita itu. "Kita melakukan yang terbaik sejauh ini" Ucap pria itu.

Calissa membalikan tubuhnya, memakai jas putih labpratoriumnya dan tersenyum percaya diri kepada peter. "Aku harus melakukannya" Ucap Calissa. Peter dan Calissa pun akhirnya keluar menuju kerumunan warga yang sudah menunggu sejak tadi.

°°°

"Kau sangat cantik dan baik, betapa beruntungnya keduanya orang tuamu nak" Ucap seorang wanita paruh baya dan mengelus rambutnya. Calissa terus tersenyum mengucapkan terima kasih dan menyuntikkan zat imun kepada nenek itu perlahan.

"Tapi dia sangat nakal nek" sahut seorang laki-laki dan mendekat kearah mereka, peter. Kedua orang itu langsung menoleh dengan ekspresi tak menahu. Peter mengambil salah satu kursi dan duduk didekat mereka. Ia pun memanggil pasien berikutnya dan mengeluarkan kotak suntik dan zat itu.

"Itulah perempuan, jika dia nakal laki-laki harus lebih nakal darinya" Jawab sang nenek dan tertawa bersama peter. Calissa hanya tertawa pelan dan bergerutu kepada Peter. Sang nenek pun pergi setelah zat itu disuntikan, bergantian dengan yang lain.

"Apa maksudmu nakal?" Tanya Calissa dengan tatapan protes. Peter tertawa pelan dan tetap fokus pada pasiennya. "Kau pegawai nakal, aku baru saja mengatakan padamu Cuti dan 10 menit kemudian kau hilang dari kantor" Jawab peter dan mengalungkan stetoskop dilehernya.

"Kau yang bilang memberiku cuti cuma-cuma, jadi bukan salahku kabur" Ucap Calissa. Peter tertawa geli dan melanjutkan pekerjaannya.

°°°

Langit yang gelap dan dipenuhi akan bintang terlihat sangat indah malam itu. Ia lihat layar i-phonenya dan mematikannya kembali. Belasan SMS masuk dari pengirim yang sama, namun tak ada yang ia baca satupun. Bukan itu, yang Calissa tunggu dari Edmund.

Tiba-tiba langit tak seindah barusan. Desahan penuh kekecewaan terlihat dari wajah Calissa yang muram setelah kegiatan Imunisasi tadi.  Pemandangan pedesaan terasa hampa dan tak ada yang menarik lagi, Calissa pun kembali menuju kamarnya di salah satu rumah penduduk yang disewa.

"Good Job!" Ucap peter yang tiba-tiba muncul dihadapan Calissa yang sedang berjalan menunduk. Peter mengangkat kedua tangannya yang memegang kantung yang berisi Makanan dan bir. Peter menunjukan arah dengan dagunya dan berjalan menuju tempat itu, diikuti Calissa dari belakang.

"Kau masih memikirkan hasilnya?" Ucap peter dan membuka kotak yang berisi Paha ayam kentucky dan daging panggang. Mereka duduk diteras rumah menghadap persawahan yang luas di tengah malam.

Calissa meminum bir kaleng itu, dan tertawa kecil saat melihat isi makanan itu. "Kau ingin melihatku jelek karna gemuk?" Calissa tertawa kecil dan mengambil paha ayam itu "Berapa kalori yang harus aku bakar setelah memakan makanan ini?" Sambungnya dan memakan paha itu.

"Anggap saja ini balas dendamku karna kau hilang tiba-tiba saat diberikan cuti" Jawab peter dan membuka kaleng birnya. "Besok kita akan ke perkotaan. Lupakan hasilnya, prioritaskan apa yang harus kau lakukan dahulu barulah kau memikirkan hasilnya" Ucap peter dan memakan daging panggang itu.

"Tak mudah seperti yang dibayangkan" Ucap Calissa dan memakan kembali daging dan paha ayam itu.

°°°

Keramaian paparazi dan fans memenuhi gedung itu. Acara penghargaan perfilman dunia yang sangat bergengsi akan segera dimulai. Pria itu berjalan dengan santainya dibalik panggung menggunakan Jas berwarna abu-abu dan dasi merahnya.

"Emmily?" Panggilnya dan berjalan menghampiri gadis itu. "Edmund? hai. sudah lama tak bertemu" Ucap gadis itu saat mengetahui siapa yang memanggilnya itu.

"Kau datang? Wow.... ternyata kau aktris terkenal yah, aku baru menyadarinya" Ucap edmund dan diakhiri tawa candaan. Emmily langsung memukul bahu edmund saat itu juga. "Aku model yang merangkap aktris" Jawab emmily menambahkan edmund.

"Kau juga, kenapa ada disini?" Tanya emmily dan merapihkan rambutnya sebelum duduk di kursi tamu. "Entahlah, surat undangan itu yang membuatku datang kesini. Kau tahu? Aku ialah seorang fotografer terkenal" Jawab edmund dan berbisik diakhir kalimat. Mereka pun tertawa bersama dan berbincang-bincang sebelum acara dimulai.

"Calissa sedang ke Brazil kan? Kau pasti sangat kesepian ditinggal olehnya berhari-hari" Ucap Emmily dan berjalan bersama edmund menuju kursi tamu didepan panggung.

"Sangat. Aku sangat merindukan omelan dan ambekannya" Jawab edmund. Ekspresi edmund berubah seakan baru saja mengingat sesuatu. "Oh ya! Bagaimana kabar pacarmu? Lucas? Kemarin aku melihatnya di Bandara setelah mengantar Calissa" Tanya edmund dan membernarkan kemeja dan dasinya.

Emmily terdiam sesaat, dan mengalihkan pandangannya kearah lain sebelum menjawab pertanyaan Edmund. "Dia baik-baik saja" Jawab Emmily singkat. Edmund mengangkat alisnya bingung dengan ekspresi yang ditunjukan Emmily.

"Aku akan ke kursi nanti, kau duluan saja. aku ingin ke toilet dulu" Ucap Emmily dan berbalik arah menuju toilet. Edmund tak tahu harus mengatakan apa dan hanya mengangguk lalu membiarkan emmily pergi.

°°°°°

bingung mau nulis notes apa haha. keep vote and comment aja yaah^^

IMUNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang