THEY ALIVE

152 10 0
                                    

Suasana malam yang damai kota new york. itulah hal yang paling wanita itu rindukan, setelah kejadian virus itu. Sudah 1 bulan berlalu, namun kekhawatiran warga masih ada sebelum adanya obat penyembuh.

Sudah sebulan, ia tak bisa menikmati segarnya udara malam sejak kota New York dilingkari kaca pencegah masuknya Imuno ke kota New York.

"Kau tidak mau?" Ucap edmund menawarkan bir kepada Calissa. Sudah 1 jam, mereka duduk di taman mengistirahatkan diri dari banyaknya fikiran. Calissa hanya menggeleng dan meminum Colanya.

"Kau sangat cantik dan berani saat konferensi pers tadi" Ucap edmund dan meminum birnya. Calissa hanya tersenyum tipis dan menatap kosong jalan raya. Ia menghela nafasnya dan menatap edmund yang disampingnya.

"Bagaimana kabar Dane, bibi mary dan paman?" Tanya Calissa mengalihkan pembicaraan. Edmund tertawa kecil dan mengusapkan tangannya di kepala Calissa. "Mereka baik-baik saja" Jawab edmund dan membenarkan jaketnya.

"Kau yakin dengan lusa? keluar dari New york, ke philladelphia untuk survey kebiasaan makhluk itu?" Tanya edmund ragu. Dari nada suaranya, terdengar sekali kekhawatiran dari dirinya.

"Bukan hanya meneliti kebiasaannya, melakukan percobaan pemberian vaksin" Jawab Calissa dan menghabisi colanya, lalu melempar bekas kalengnya di tempat sampah depannya.

Suasana tiba-tiba saja, berubah hening. Tak ada kata yang keluar dari keduanya. Selang 5 menit, edmund pun mengakhiri keheningan itu dengan tertawa pelan mengejek.

"Bisakah kau berjanji padaku?" Ucapnya lirih pada wanita disampingnya. Ia menatap dalam wanita disampingnya yang menatap balik dirinya. "Apa?" Jawab wanita itu. Suasana kembali hening, edmund terdiam sesaat tidak melanjutkan ucapannya.

"Jangan mati dihadapanku" Pinta edmund, suaranya pelan namun sangat yakin. Calissa terdiam sesaat, lalu akhirnya ia tertawa kecil dan menundukan kepalanya. "aku wanita kuat" jawabnya lirih.

"Hey, apakah kau masih ingat tempat kau memarkirkan mobilmu saat kejadian hari itu?" Tanya Calissa dan bangkit dari duduknya. Ia tidak menoleh dan membelakangi edmund yang masih terduduk. "ada apa?" tanya edmund dan bangkit dari duduknya juga.

"aku hanya ingin memastikan sesuatu" Jawab Calissa dan berjalan menuju tempat parkir mobil edmund.

°°°

"Edmund tadi menemuiku" Ucap gadis itu pelan, ia menggenggam erat kedua tangannya menghilangkan kegelisahannya.

Sedangkan, pria yang didekat jendela itu, terlihat lebih tenang dibawah gelapnya ruangan itu. "Apa yang ia katakan?" Tanya pria itu dingin. Gadis yang duduk disofa itu, menenggelamkan wajahnya dikedua tangannya.

"Dia bertanya apakah kau bekerja di mason corps dan dia ingin bertemu denganmu" Jawab gadis itu lirih. Pria itu berjalan menuju pintu, dan melonggarkan dasinya. "Lakukan seperti yang kusuruh" Ucap pria itu lalu pergi menghilang.

°°°

Edmund, ia terus memerhatikan wanita itu dari spion mobilnya. Wanita itu, berjalan memasuki jalan kecil diantara 2 gedung toko itu. Rasa khawatir, membuat edmund tak bisa diam saja didalam mobil. Ia turun dari mobilnya dan mengikuti wanita itu dari belakang.

"Dont afraid" Ucap Calissa pelan. Edmund mendekati Calissa dan ingin tahu wanita itu berbicara dengan siapa. Tubuhnya langsung tersentak kaget, dan memundurkan langkahnya menginjak salah satu kaleng minuman yang membuat makhluk itu bersembunyi lagi.

"Calissa! apa yang sedang kau lakukan?" Ucap edmund berbisik dari kejauhan, Calissa langsung mendesis menyuruh Edmund diam. "Calissa! menjauh!" Ucap edmund khawatir. Calissa hanya menoleh sinis dan mendekati imuno itu lagi.

"Jangan khawatir, aku tak akan menyakitimu" Ucap Calissa dan mendekati imuno itu. Ia memakai sarung tangannya, dan menggandeng imuno itu. "Aku akan melindungimu" Ucap Calissa lagi, sedikit demi sedikit makhluk itu mulai keluar dari kegelapan itu.

Imuno itu, akhirnya menuruti ajakan Calissa. ia pun keluar dari tempat itu dan mengikuti Calissa. "wait.. wait... calissa kau benar-benar gila? kau bisa tertular virus" Ucap edmund panik dan mengikuti Calissa yang membawa imuno yang ditutupi oleh jaketnya. "Diam! kau membuatnya takut" Jawab Calissa dan membukakan pintu mobil.

"Dan.... hey! Sekarang kau mengajaknya naik 1 mobil dengan kita? Virusnya akan tertular" Ucap Edmund dan menahan pintu mobilnya ketika Calissa ingin menutupnya. "Jika memang menular, aku sudah tetular sebulan lalu" Jawab Calissa dan menutup pintunya.

Tak ada yang bisa Edmund lakukan, ia pun masuk kedalam mobil dan mengantar mereka kekantor Calissa.

°°°

"Dimana kau menemukannya?" Tanya seorang pria yang baru saja masuk kedalam ruangan itu. Ia menghampiri wanita yang sedang menggendong Uno dan memerhatikan imuno yang ada didalam tabung kaca.

"Ditempat aku melihatnya pertama kali" Jawab Calissa. Peter memberikan kopi kaleng kepada Calissa dan memerhatikan imuno yang sedang tertidur itu.

"Mereka hidup. aku sudah meneliti dari imuno yang ada di ruang isolasi. Mereka bisa disembuhkan" Ucap Calissa lirih. "Imuno akan mati jika bagian hatinya termakan imuno lain, atau tertembak. Imuno yang berubah warna hitam, ialah imuno yang hatinya sudah rusak dan menjadi pemangsa. Imuno akan menggigit manusia, dan menyebarkan virus ditubuh manusia." Ucap Calissa dan menurunkan Uno yang digendongnya.

"Kau bekerja sangat keras" Jawab peter. Tak lama, seseorang memasuki ruangan itu. "Kami sudah menemukan zat yang terkandung pada zat imun palsu itu" Ucap pegawai itu dan memberikan berkas data itu. Mereka berdua pun langsung berlari menuju laboratorium.

°°°°°

IMUNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang