I'M SORRY

169 12 0
                                    

Hari menegangkan itu akhirnya telah datang. Hari ini, Timnya akan keluar dari bola kaca ini ke philladelphia melaksanakan tugasnya. Perasaan berat dan takut sangat terasa, namun akan sangat menakutkan lagi apabila ia mengingat hal yang terjadi saat ini.

Ia memakai pakaian pelindung dan maskernya. Tangannya gemetar terus dan membuat dirinya tak bisa memasang masker pelindungnya. "Bagaimana aku bisa melepaskanmu jika baru begini saja kau sudah terlihat lemah?" Ucap Seorang pria dan memasangkan masker pelindungnya.

Calissa langsung menoleh kebelakang, dan menatap penuh tak percaya. "Edmund?! apa yang kau–" Ucap Calissa saat tahu edmund ada disana. "Aku menjalankan pekerjaanku" Jawab edmund dan menunjukan kameranya. Calissa tak sanggup berkata apa-apa dan berjalan meninggalkan edmund menuju tempat penyuntikan zat imun sebelum pergi ketempat itu.

Edmund, semenjak ia direkrut sebagai fotografer Roosevelt corps tugasnya ialah mengabadikan setiap moment atau kegiatan yang dilakukan perusahaan itu.

°°°

"Oke, sebelum memulai tugas kita ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat diluar sana. Pertama, imuno sangat sensitif dengan bunyi usahakan jangan membuat keberisikan. Kedua, jangan menyerang jika tidak dalam bahaya. Tembak bagian hatinya, jika kalian dalam bahaya. Dan untuk sniper usahakan jangan membuat kesalahan saat menembakan vaksinnya. Last, jangan melebihi batas 3 km dari gerbang penjaga" Ucap Peter lantang, didepan barisan tim relawan.

Edmund terus memerhatikan Calissa yang terus memandangi peter dari barisannya. Ia mengalihkan pandangannya, saat Calissa menoleh kearahnya. Semua tim mulai memasuki jeeps yang ada, Edmund memilih menaiki jeeps yang berada dibelakang mobil Calissa dan peter.

"Be save" Bisik seseorang saat ia ingin menaiki mobil itu. Edmund langsung menoleh dan mendapati Calissa disampingnya, memberikannya lollipop favorit mereka. Edmund tersenyum dan mengantungkan lollipop itu dan masuk kedalam jeeps.

°°°

Suasana hutan yang sepi dan sunyi membuat pasukan sniper dan peneliti menyebar mencari imuno. Calissa, ia berjalan penuh hati-hati bersama beberapa anggota timnya. "Kenapa kau ada ditim ini?" Tanya Calissa, saat tahu Edmund ada disampingnya.

"Aku bebas memilih tim" Jawab Edmund dan memegang kamera bersiap-siap membidik jika makhluk itu muncul tiba-tiba. "2. arah jarum jam 10" Ucap salah seorang anggota berbisik, sniper pun bersiap-siap menembak vaksin ketika mendekati makhluk itu.

Sedangkan edmund, langsung mengambil gambar makhluk itu secepatnya. "Arah jarum jam 2" Ucap Edmund, tanpa sadar Calissa mencengkram tangan edmund.  "kau tahu sakit? lepaskan genggamanmu" Bisik edmund kepada Calissa, wanita itu menatap edmund kesal dan melepas genggamannya.

"Dimana Peter? Dia tidak satu tim denganmu?" Tanya edmund dan tetap terus waspada. "Bagaimana bisa dua ketua tim ada di 1 tim yang sama?. Dia kearah barat" Jawab Calissa dan meneropong ke setiap arah. Calissa dan timnya bertugas ke arah utara dan yang lainnya ke barat atau timur.

Edmund menghentikan langkahnya sesaat, dan menoleh kebelakang kearah anggota tim. Calissa langsung menariknya dan melanjutkan jalannya. "Kau tak apa?" Tanya Calissa pelan, edmund hanya mengangguk dan mensetting kembali kameranya.

°°°

Ia memperlambat langkahnya dan berjalan di barisan belakang. Tatapannya menjuru ke segala arah, diam-diam mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya.

kraak... bunyi alat itu saat sesuatu dimasukan kedalamnya. Ia memerhatikan kembali keadaan sekitar. ia miringkan alatnya ke salah satu arah dan seperti sudah yakin ia tarik pelatuk itu dan berlari menjauh kembali ke gerbang.

°°°
Ddaaar.... suara pistol yang ditembakan langsung membuat seluruh anggota tim menoleh kearah suara dan mendapati seseorang berlari berbalik arah.

"arah jam 3!" teriak salah seorang anggota tim diikuti kepanikan yang lain. "Arah jarum jam 11 dan 1" teriak seseorang. "Calm down!!" teriak Calissa menenangkan anggotanya. Segerombolan imuno itu langsung muncul setelah bunyi pistol yang ditembakan keudara, membuat tim Calissa terpojok.

Semua membuat lingkaran dan bersiaga dengan pistolnya masing-masing. Para sniper langsung menembakan vaksin ke imuno yang mulai mendekat. "Apa yang harus kita lakukan?" Tanya seorang anggota dan menatap Calissa.

Calissa terdiam, dengan tangan yang gemetaran memegang pistol. "Seberapa jauh menuju jeeps?" Tanya Calissa kepada asistennya. Asistennya langsung mengecek GPS yang ada ditangannya. "2KM" jawab sang asisten, Calissa mendesah kencang dan melihat kondisi sekitar kembali.

"Kembali ke Jeeps!!" Perintah Calissa, dan seluruh anggota timnya pun langsung berlari berbalik arah. Imuno-imuno itu langsung berlari mengejar tim 1. Suara senapan dan pistol yang di tembakan memicu imuno yang lain mendekati arah suara.

"Kau maju! pimpin menuju jalan pintas! kau pernah ke hutan ini kan?" Ucap Calissa kepada Edmund yang sejak tadi terus menggenggam Calissa. "Bagaimana denganmu?" Jawab edmund khawatir dan terus berlari. "Jangan khawatirkan aku! Cepatlah!!" Ucap Calissa sedikit membentak. Dengan ragu, Edmund melepaskan genggamannya dan berlari memimpin jalan.

"Ikuti dia!" Teriak Calissa dari belakang barisan. Semua terus berlari dan berjaga-jaga jika ada imuno yang mendekat. Bunyi ht, dari tim lain yang terus Calissa abaikan dan tetap berlari. Dari ht itupun ia tahu, bahwa tim lain juga dikejar imuno yang mendengar bunyi pistol.

"DIBELAKANGMU!" teriak seorang pegawai dan langsung menembak imuno itu. Calissa yang panik langsung menoleh, dan pelatuk pistolnya tiba-tiba saja tertarik tangannya dan mengenai kaki kanannya, membuat dirinya tersungkur di tanah.

"RUN!! KEEP RUN!!" perintah Calissa kepada beberapa anggota tim yang menghentikan larinya dan menghampiri dirinya yang terjerembab dibelakang. Calisaa terus memegangi kakinya yang terkena tembakannya, menahan darah yang terus keluar.

"AAAH!!" teriaknya dan menembakan pistolnya pada imuno yang masih hidup itu. "RUN! DONT BACK!" teriaknya, anggota tim itu pun dengan berat hati meninggalkan Calissa yang terus menembaki imuno-imuno yang mengejar dibelakang.

"500 meter lagi" Desahnya menahan sakit dan mencoba berdiri. Kakinya tak sanggup menahan berat tubuhnya lagi, dan wanita itupun tertelungkup ditanah. Ia mencoba menahan sakitnya dan mengawasi daerah sekitar dengan pistol yang sudah siaga.

°°°°°

IMUNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang