I'LL KEEP YOU

149 12 2
                                    

Matanya terus memandangi setiap orang yang memasuki gedung itu. Sejak pukul 6 pagi, Edmund sudah ada didepan gedung itu memerhatikan dari dalam mobilnya setiap orang yang keluar masuk gedung itu.

Seorang laki-laki berjas abu-abu yang keluar dari gedung itu, menarik perhatiannya. Ia langsung keluar dari mobilnya dan berlari menghampiri pria itu. "Lucas!" panggilnya, pria itu langsung membalikan tubuhnya.

"Maaf, mengganggumu. Tapi, bisakah kita berbicara sebentar?" Ucap Edmund ragu, Lucas menaikkan kedua alisnya berpikir dan akhirnya ia setuju. Mereka pun pergi ke kedai kopi sebrang gedung itu.

"Ada apa? Calissa? tenang aku tak akan mengganggunya" Ucap Lucas bercanda dan meminum kopinya. Edmund berdeham, menghilangkan rasa gugupnya. "Tidak, aku tak pernah khawatir akan itu" Jawab edmund gugup.

"Lalu?" Lucas meletakkan cangkir kopinya. Edmund tertawa kecil dan meletakkan kedua tangannya diatas meja. "Maaf menyita waktumu, aku tahu kau sangat sibuk. Ohya, kau bekerja di Mason corps? sudah berapa lama?" Tanya Edmund, mengulur waktu.

Lucas tertawa pelan dan meminum kembali kopinya. "Kurasa yang sangat sibuk itu, kau. Seorang fotografer terkenal yang sekarang direkrut Roosevelt corps pasti sangat sibuk" Jawab lucas, dan memasukan gula lagi kedalam cangkir kopinya. "Sudah 2 tahun aku bekerja disana" Lanjutnya.

Edmund mengangguk-anggukan kepalanya dan melihat ponselnya sesaat. "131181514. kau tahu arti angka itu?" Tanya edmund mendadak. Lucas tersedak sesaat dan mengelap mulutnya dengan sapu tangannya.

Lucas tertawa renyah, dan meletakan sapu tangannya diatas meja. "Maaf, apa yang kau katakan tadi?" Ucap Lucas dan berdeham. Edmund tertawa pelan dan memasukan ponselnya kedalam saku. "Bukan apa-apa. lupakan saja" Jawab Edmund dan menghabiskan kopinya. "Kau yakin?" Ucap Lucas.

°°°

"Virus yang terkandung di zat itu, ialah Hepacalypse yang menyerang Hati manusia. Dan juga mengandung Cortisone yang membuat diri lebih agresif dan sensitif" Ucap Mr.Stuart, Peter langsung melihat mikroskop itu memastikannya. Sedangkan Calissa langsung membaca berkas mengenai virus itu.

Calissa terduduk di salah satu kursi dan mengusap wajahnya kesal. "Tetap bagikan Zat imun kepada masyarakat yang belum terinfeksi sebagai pencegahan" Ucap Calissa pada salah satu pegawai.

"Apakah mereka manusia? apakah mereka tak punya hati?" Ucap Calissa lirih dengan tatapan kosong. Peter duduk dihadapannya dan menundukan kepalanya. "Hepacalypse berasal dari peleburan VRS123 dengan AVRS21." Ucap peter dan tertawa dingin tak percaya. "Kita masih bisa menyembuhkannya dengan vaksin hydrocaline. Tapi, butuh waktu untuk menciptakannya" Ucap Calissa dan menghela nafasnya.

°°°

Seluruh barang yang ada diatas meja itu, langsung berjatuhan dalam satu sapuan. Beberapa benda ia banting, membuat gadis itu semakin terpojok ketakutan.

"Sungguh aku tak membocorkannya" Ucap gadis itu menahan tangisnya. Tatapan tajam itu, semakin membuatnya takut dan tak berani menatap pria dihadapannya. Pria itu tak berkata apapun, ia hanya tertawa pelan dan semakin kencang.

"Haruskah aku membunuh 2 orang itu, emmily?" Ucap pria itu dengan tatapan tajam. Gadis itu langsung menatap pria itu tak percaya. "Stop melakukan hal keji, lucas!" Ucap gadis itu dan mendapat tawaan dari pria itu.

°°°

Wanita itu berdiri memandangi kota New York yang terbelenggu oleh bola kaca. Sesekali, ia memberikan buah-buahan kepada Uno yang ia gendong. Ia mendudukan Uno di dedapnnya dan mengelus kepalanya. "Untungnya kau selamat" Ucap Calissa lirih dan menyeka air matanya.

Tiba-tiba, ia teringat akan sesuatu. Uno ialah hewan percobaan pada zat itu, namun ia ingat bahwa ada manusia yang menjadi percobaan juga saat itu.  Ia langsung menggendong Uno dan berjalan menuju ruang Peter.

Peter, seperti biasanya ia sedang duduk di kursi kerjanya menghadap kaca ruangannya memandangi kota New york dibawah kegelapan. Ia langsung memutarkan kursinya, saat Calisaa memasuki ruangannya.

"Peter, Kau bilang sudah melakukan percobaan zat imun pada manusia. Apakah aku boleh tau, siapa orang itu? aku ingin menemuinya, melihat keadaannya dan meneliti sebentar" Ucap Calissa. Peter menaikkan alisnya dan tertawa pelan.

"Orang itu baik-baik saja" Jawabnya dan meletakan pulpennya diatas meja. "Bukan itu, aku hanya ingin melihatnya dan menelitinya" Ucap Calissa memohon. Peter tertawa lagi dan bangkit dari duduknya.

"Sungguh kau ingin tahu?" Ucapnya dan berdiri menghadap kota New York. Suasana menjadi hening sesaat, tak ada kata yang keluar dari keduanya. Calissa masih menunggu jawaban dari Peter.

"Aku" Ucap peter pelan. Calissa membelalakan matanya dan menatap tak percaya Peter. Ia bangkit dari duduknya dan menggendong Uno. "Aku sedang tak ingin bercanda" Ucap Calissa dan berjalan keluar. "Apakah ucapanku pernah bercanda?" Jawab peter. Calissa tetap melanjutkan langkahnya dan keluar ruangan peter.

°°°

Ia terus memandangi ponselnya dari tempat tidurnya. Berat rasanya saat ingin memberi tahu wanita itu walau hanya lewat telpon.

"Edmund, makan malam sudah siap! Cepat turun!" Teriak seorang perempuan, yang tak lain ialah bibi mary. Edmund pun bangun dari tidurnya dan mengurungkan niatnya menelpon wanita itu, Calissa.

Ia menghela nafasnya dan menatap ayah, ibu dan adiknya bergantian. 1 kata terasa berat baginya untu mengucapkannya saat ini. "Besok aku akan ke philladelpia" Ucap Edmund dan menyuap makanannya. Seluruh mata langsung menatapnya saat itu juga.

"Aku harus melindungi Calissa" Sambungnya dan memakan kembali makanannya. Tak ada kata yang keluar dari keluarganya, hanya isakan tangis sang ibu yang terdengar.

°°°°°

IMUNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang