I'M SORRY

158 10 1
                                    

"Aku bersyukur kalian selamat" Ucap seorang laki-laki tua, dan menepuk pundaknya. Mr.Stuart. "Kau sudah menemui kakekmu?" Ucapnya lagi dan memberikan kaleng susu kepada peter yang sedang meneliti di mikroskop.

Peter mengangguk dan tertawa kecil, lalu menggeser mikroskopnya. "Tekanan Gula di tubuhnya naik, jadi dia harus istirahat" Ucap peter dan membuka kaleng minumannya. Mereka bersulang sebelum peter meminumnya.

"Aku tidak mengerti perasaannya, tapi aku tak tega melihatnya terjaga setiap malam di perusahaan sejak kejadian itu" Ucap Mr.Stuart, mereka berdua pun memandangi Calissa dari kaca yang sedang mencoba membuat vaksin itu di ruang lab khusus. Peter menghela nafasnya, dan meletakkan kaleng minumannya.

"Aku tak ingin meninggalkannya, namun pria itu sedang dalam masa krisis. Jika kita lengah, pria itu akan tiba-tiba menyerang jika virus itu sudah bereaksi dalam tubuhnya. Jadi, kubiarkan dia disana lagipula jaraknya hanya 500 meter dari gerbang dan aku bisa mencarinya" Ucap peter, raut penyesalan dan bersalah sangat terlihat dari wajahnya.

Mr.Stuart menepuk-nepuk pundaknya dan menyulangkan minumannya dengan milik peter. "Yang kau lakukan sudah benar" Mr.Stuart menegak susunya. "Lagipula, kau bisa belajar memahami perasaan perempuan karna kejadian ini" Sambung Mr.Stuart, dan diikuti tawa dari keduanya.

°°°

Sudah berjam-jam ia ada diruangan itu, mencoba mengekstrak zat-zat yang ia temukan. Tak ada kata menyerah, sebelum ia berhasil menemukan vaksin itu.

Ia menyenderkan kepalanya di kursi dan memejamkan matanya sesaat. Ia tatap bingkai foto yang ada dimeja itu, seulas senyum tak percaya terlukis dibibirnya. "Inikah rasanya kehilangan?" Ucap Calissa pelan dan melihat jam tangannya.

Terbesit perkataan-perkataan edmund dipikirannya, ia pun menoleh kembali pada bingkai itu. "Semua perkataanmu benar, kini kantor ialah apartmenku" Ucapnya. Calissa memundurkan kursi rodanya dan menuju foodcourt perusahaan untuk makan siang.

°°°

"Tolong carikan dia. aku yakin di tidak jauh dari tempat ini, fokuskan kearah utara" ia memberikan secarik foto pria yang tidak asing, Edmund.

"Jangan tembak atau menyakitinya. Pastikan ia selamat dan juga kalian" Perintahnya pada petugas penjaga gerbang. Merekapun langsung menjalani perintah itu dan memasuki zona berbahaya itu.

°°°

Suasana ramai seperti yang ia duga. Setiap orang berlalu lalang dari dan ke foodcourt ini. Para pegawai menyapanya dan beberapa diantaranya menawarkan bantuan atau meja. Namun, Calissa menolaknya dengan halus dan memilih meja dekat kaca dengan view kota New York.

Calissa mengarahkan kursi rodanya hati-hati agar tak menabrak siapapun disana dan menikmati makan siang didekat kaca itu. Ia memandangi kota New york sebelum memakan makanannya dan fikirannya kembali memutar kejadian-kejadian yang ia alami bersama pria itu.

"New York tetap sama, hanya diriku yang berubah" Ucapnya pelan dan mulai melahap makanannya itu.

-  Seorang model cantik ditemukan meloncat dari Brooklyn Bridge. Polisi masih menyelidiki alasan bunuh dirinya model muda ini-

Ia meletakan pisau dan garpunya diatasnya. Baru pertama kali ini, ia penasaran dengan gosip atau berita di tv. Calissa meminta salah satu pegawai kantin membesarkan volumenya. Ia perhatikan dengan teliti, jenazah yang baru diselamatkan dan dimasukan kedalam kantung jenazah.

Tiba-tiba ia tersedak saat melihat cuplikan gambar mengenai korban itu.  Dengan cepat ia ambil ponselnya dan memanggil nomor yang ia tuju. Belum ada jawaban dari orang itu, Calissa langsung menutup telponnya saat berita itu memberi tahu bahwa korban bunuh diri itu ialah Emmily Rose, sahabatnya.

Dalam Waktu sekejap, ia langsung mengambil ponsel dan dompetnya yang ada diatas meja dan pergi bersama kursi rodanya dengan cepat. Semua fikiran telah tercampur aduk di otaknya, ia masih tak percaya dan akan membuktikannya sendiri.

°°°

Suasana pemakaman yang haru, sedih dan sunyi. Balutan baju berwarna hitam memenuhi pusaran makam itu, tak terkecuali Calissa. Kini, wajahnya sudah tertutup oleh air mata tak percaya dan kecewa.

Ia terus menggenggam syal berwarna pink kesukaan emmily yang tertinggal di apartmennya. Ia tak mampu menyembunyikan rasa menyesal dan sedihnya, dan terus menangis pada upacara pemakaman. Ia memajukan kursi rodanya dibantu kakak emmily dan menaburkan bunga di makam gadis itu. Tak hanya bunga, air mata pun ikut jatuh saat ia melihat foto gadis itu di atas makam.

Upacara pemakaman telah usai, semua orang sudah kembali hanya dirinya yang ada di pemakaman itu. "Dunia kejam, bukan? aku ditinggalkan oleh 2 orang yang aku percaya dan" ia menyeka air matanya "dan ku sayang secara bersamaan".

"Kau masih punya kami dan pekerjaanmu" sahut seseorang dari belakang. Calissa langsung menoleh ke arah sumber suara, Dane. "Ayah dan ibu memintamu datang kerumah" Sambung pria itu dan berdiri disamping wanita itu. "Dane?" Ucap wanita itu lirih.

"Tidak, kita tak marah atas yang terjadi dengan kakak. Datanglah, ibu sangat mengkhawatirkanmu" Jawab dane dan memberikan sapu tangan pada Calissa. Ia mengelap wajahnya dan tersenyum ringan. "Kenapa kau ada disini? Oh ya, kau pernah berpacaran dengan emmily" Tanya Calissa dan menghentikan isakannya.

Dane menyodorkan suatu kotak pada Calissa. "Dia mengirimkan ini kerumah, ini untuk edmund tapi karna ia begitu jadi kuberikan padamu" Jawab edmund dan menatap ke arah makam emmily. Calissa menatap curiga kotak itu, mengapa emmily memberikannya pada edmund. Ia menunda membukanya dan mengikuti Dane ke mobilnya.

"Ingin ku bantu?" Tanya Dane saat Calissa berusaha pindah kedalam mobil Dane. Ia memegang pundak Dane dan dengan hati-hati naik kedalam mobil. "Thank you" Ucapnya dan memasang sabuk pengaman. Dane melipat kursi rodanya dan meletakan dibagasi, lalu masuk kedalam mobil mengemudi.

"Kau ke pemakaman ini naik apa?" Tanya dane saat memakai seatbelt. "Diantar sekretarisku dengan mobil" Jawab Calissa dan meminum air mineral yang diberikan Dane.

°°°

"Bagaimana perkembangannya?" Tanya peter. "Mereka belum menemukannya, pencarian meluas 2KM" Jawab penjaga gerbang. Peter mengangguk mengerti dan kembali.

"Maaf, ini hasil percobaan Calissa. Ia bilang, ia harus ke pemakaman sahabatnya dulu" Ucap pegawai yang mencegahnya dan memberika botol kecil yang berisi zat berwarna biru.

"Dan juga, ia bilang itu baru setengah masih banyak campuran obar herbal yang harus disesuaikan dan ekstrak" Sambung pegawai itu. Peter mengamati botol itu dari atas lalu pergi menuju laboratorium. "Terima kasih" Ucapnya dan pergi.

°°°°°

IMUNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang