- 1 bulan kemudian -
Botol kaca kecil yang ada diatas meja itu terus ditatapnya. Setelah hampir 1 jam ia terdiam dikursi itu sambil memerhatikan botol kaca itu, ia mengalihkan pandangannya pada kaca lemari buku ruangannya. Lingkar mata panda yang sangat terlihat, sangat menggambarkan dirinya yang lelah dan depresi.
Ia mengambil pelembab wajah di laci mejanya, dan mengoleskannya diwajahnya lalu menyemprotkan gas pelembab wajah. Ia menoleh kembali kekaca besar itu, wanita itu mengambil lipstick merahnya dan memakainya. Ia bangkit dari duduknya, memakai mantelnya dan mengantungkan botol kaca itu. Ia menghela nafasnya lalu pergi keluar ruangan.
°°°
"Vaksin Hydrocaline sudah kami uji coba, dan lulus verifikasi" pegawai itu memberikan clipboard berisi data itu pada pria yang duduk di tempat khusus itu, Peter.
Para staff dan atasan dari berbagai divisi datang dan menunggu keputusan seorang direktur utama mengenai kelanjutan vaksin hydrocaline itu. "Masalah kita sekarang, bagaimana kita menyebarkan vaksin itu untuk imuno yang ada di philladelphia" ucap seseorang berintruksi.
"Aku sudah mempersiapkannya" Jawab peter singkat. Wanita yang ada diujung terbangun dari tidurnya dalam rapat dan menatap kearah pria itu, peter. Wanita itu menatap penuh arti pria itu, peter juga sadar saat Calissa menatapnya dan ia pun tersenyum membalas tatapan tajam itu. Calissa mengangkat alisnya seakan mengerti maksudnya dan kembali dengan berkas yang ada dihadapannya.
Seluruh isi ruangan sudah keluar, tetapi Calissa masih duduk dikursinya dengan tatapan kosong. "Kau tak keluar?" Tanya peter dan menghampiri Calissa. Wanita itu hanya meliriknya sebentar laku bangkit dari duduknya.
"Jangan berpura-pura kuat dihadapanku" Ucap Calissa dan meletakkan botol kecil diatas meja lalu pergi meninggalkannya. Namun, 2 langkah ia berjalan peter langsung menarik tangannya. "Aku tak mengerti maksudmu" Ucap peter.
Calissa melepas tangan pria itu tanpa menoleh sedikitpun. "Penyakitmu sudah stadium akhir dan seharusnya kau melakukan terapi ke Los Angels belakangan ini. Dalam botol itu sari dari bunga yang kau perlukan. Bunga itu ada di philladelpia" Ucap Calissa lalu benar-benar pergi meninggalkan pria itu dengan sejuta rasa kekecewaan.
°°°
Tetesan tetesan air mata itu terus membasahi pipi merahnya. Tangisan keputusasaan..... itulah yang terlihat dari wajah wanita itu. Ia berdiri dipinggir atap gedung itu, bersender pada pagar pembatas.
Wanita itu terus menangis dan mengumpat . Wanita mana yang terus bisa tegar saat puluhan ribu nyawa ada dipundaknya, kekasihnya yang terinfeksi virus karna menyelamatkannya, dan sekarang, ia baru mengetahui bahwa peter temannya sendiri mengidap penyakit mematikan sejak kecil dan sekarang dalam masa penyakitnya akan kambuh lagi.
Wanita itu menyeka air matanya dan menghentikan tangisnya, ia memasukan salah satu zat dari botol kecil ke suntikan, lalu megantungkan suntikan itu ke jas labnya.
°°°
"Suhu normal dan keagresifan stabil" Ucap seorang pegawai, wanita itu menandatangani beberapa berkas, namun ia tak mengalihkan pandangannya kedalam tabung kaca itu.
Hari ini ada penelitian mengenai kecerdasan tanggap Imuno, dan yang menjadi sampelnya ialah Edmund. Wanita itu masih menatap lurus, "Lakukan" perintah wanita itu lirih.Para pegawai langsung bersiap-siap diposisinya. 2 orang yang memakai pakaian steril lengkap berdiri didepan pintu tabung kaca itu menunggu dibukanya pintu itu.
Semuanya fokus pada tugasnya, hanya suara perintah dan pegawai yang hilir mudik mengontrol sistem dan mengawasi 2 pegawai yang meneliti didalam tabung. Calissa berdiri di pinggir tabung kaca dan terus memerhatikan edmund, terkadang ia menutup matanya saat Edmund mulai mengerang dan mencoba melawan.
"Dimana peter?" Tanya Calissa pada Angel yang disampingnya. "Ia masih di ruangannya, mungkin sebentar lagi akan kesini. Calissa mengangguk mengerti dan kembali memerhatikan kedalam.
"Buka pintunya!!" Teriak salah seorang pegawai kepada pegawai yang mengontrol komputer, pegawai itu langsung menekan salah satu tombol dan pintu tabung itu terbuka. Semua orang didalam ruangan itu tiba-tiba panik dan mencari tempat aman.
"CALM DOWN!!" Teriak Calissa menenangkan pegawainya yang panik. Edmund, tiba-tiba ia mengamuk didalam dan mencoba menyerang 2 peneliti. Saat pintu tabung dibuka, Edmund pun ikut mengejar 2 orang itu dan sekarang ia berada didepan pintu itu.
Semua pegawai panik dan menjauhkan dirinya dari Edmund yang tiba-tiba agresif. Bel darurat sudah ditekan meminta bantuan orang-orang diluar ruangan itu. Calissa mencoba mendekati edmund pelan-pelan, ia berjalan mengendap mencoba mendekati edmund dan membiusnya lalu dimasukan kembali kedalam tabung.
"AAAAH!!!" Jerit Calissa saat edmund menyerangnya sampai jatuh. edmund berada diatas wanita yang telentang pasrah dan terus menangis melihat kini sang kekasih lah yang menyerang dirinya. Edmund tanpa dugaan langsung menyerang Calissa, namun makhluk itu terdiam sesaat menatap wanita yang terus menangis itu, tapi tak lama edmund langsung mencengkram bahu wanita itu dan mencoba menggigit leher wanita itu.
DDAAAR...... satu tembakan yang tepat mengenai bahu makhluk itu, yang membuat edmund mengalihkan pandangannya kearah datangnya suara tembakan itu. Edmund langsung menatap pria yang memegang pistol itu dan mengerang kearahnya. Peter.
Calissa menatap tak percaya, saat peter menembak edmund saat ia baru datang. Wanita itu menatap dua orang itu bergantian, mulutnya tak mampu mengucap sesuatu dan tubuhnya terasa berat. Dan, pada akhirnya edmund langsung mengerang kearah peter dan mengejar peter yang berdiri tenang.
"EDMUUUNDD!!! NOOOOO!!" Teriak Caliss spontan dan bangkit mengejar edmund dari belakang. Belasan senapan mengarah ke edmund yang berlari akan menyerang peter. "Maaf edmund" Ucap Calissa pelan dan mengambil sesuatu dari Coatnya.
Braak.... Calissa sengaja menabrak edmund setelah berhasil mengejarnya, kini edmund jatuh terlengkup dan Calissa duduk dipunggungnya, menahan agar ia tak memberontak. "Maaf" Ucapnya lagi lirih dan menyeka air matanya, tanpa buang waktu ia langsung menyuntikan Vaksin Hydrocaline ke leher edmund.
Tubuhnya gementar. Tatapannya kosong. Calissa menyeka air matanya dan bangun dari tubuh edmund yang sudah terbius vaksin itu. Dibantu asistennya dan beberapa pegawai, Calissa berdiri dan meninggalkan ruangan itu, dengan dirinya yang masih shock.
°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
IMUNO
Teen FictionApakah mesin waktu itu benar ada? Jika ada.... izinkan aku memakainya sekali saja dalam hidupku. Aku ingin memulai kembali semuanya, aku tidak akan bermain lagi dalam pilihan. Terlihat tak penting, namun ternyata itu semua menentukan hidupmu. itula...