EPILOG

431 16 4
                                    

Berantakan. Gelap. Dan dingin. itulah yang mendeskripsikan ruang kerja Calissa setelah kejadian itu. Wanita itu terus mengurung diri didalam ruangannya penuh rasa takut.

Bagaimana kondisi Calissa? hanya satu jawabannya. Depresi. Pikirannya dipenuhi kejadian saat ia menyuntikan vaksin hydrocaline kepada Edmund secara tiba-tiba. Sampai sekarang, edmund masih belum sadar dan membutuhkan alat medis tingkat tinggi untuk detak jantungnya tetap berdetak.

Calissa terbaring di sofa menghadap ke jendela, ia tetap terjaga selama 2 hari. Lingkar mata panda sangat terlihat jelas dimatanya. Semua pesan dan panggilan ia abaikan, tak terkecuali peter. Kemarin pihak perusahaan berniat membobol pintunya, namun peter tidak mengizinkannya dan membiarkan Calissa menenangkan dirinya.

tok... tok... tok... pintu ruangannya terus diketuk sejak tadi, namun ia tetap mengabaikannya. "Calissa, tolong buka. ada hal sangat penting yang harus kuberitahu. tolong buka!" Ucap angel memohon, sudah 3 jam pintu itu diketuk setiap 10 menit sekali. Calissa bangkit dari tidurnya, memejamkan matanya dan mengusap wajahnya.

Ia lihat wajahnya di cermin, ia pun langsung mengambil sisir dan memakai kacamatanya. Akhirnya, ia memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. "Peter!" Ucap Angel saat Calissa membuka pintunya, angel langsung berlari kearah Calissa.

"penyakitnya kembali kambuh, dan ia menolak untuk dibawa ke Washington DC" Ucap Angel menjelaskan kepada Calissa. Wanita itu terdiam dengan tatapan kosong. Calissa membalikkan tubuhnya dan masuk kembali ke ruangannya.

°°°
Braak.... "apa ini yang kau bilang pengabdian dan membiarkan dirimu tersiksa untuk orang lain?" Calissa meletakan sebuah liontin di buffet samping ranjang Peter. Liontin itu, ialah liontin hadiah dari peter atas rasa terima kasihnya pada Calissa.

Peter hanya tersenyum dan mencoba duduk dari tidurnya. Calissa tak memandang peter sedikitpun, rasa kecewa Calissa akan ucapan Peter ia utarakan saat itu juga.

"Kau harus ke washington DC" Ucap Calissa lalu pergi keluar dari ruang rawat peter. Calissa berjalan cepat dan kembali ke kantornya. Ia mencoba menahan tangisnya dan memakai masker.

°°°

"Orang itu sudah sadar!!" Teriak seseorang diluar ruangan. Calissa mencoba menyadarkan dirinya yang terlelap dan langsung keluar ruangannya. Braaak.... Saat Calissa ingin keluar ruangan, tiba-tiba Angel didepannya dan menabraknya.

"Edmund sudah pulih!" Ucap Angel antusias. Calissa terdiam lama, ia berjalan sedikit demi sedikit dan langsung berlari menuju ruang isolasi.

.

.

.

Calissa tak sanggup berkata apa-apa, ia berjalan pelan menghampiri pria itu. Ia berjalan mengendap, dan akhirnya pria itu menoleh saat tahu ada yang mendekatinya.

Terkejut bukan main, Calissa benar-benar tak sanggup berkata apa-apa dan terdiam melihat Edmund yang kini sudah kembali normal. Ia mendekati pria itu perlahan, namun pria itu hanya menatap bingung wanita itu.

"Edmund...." Panggil wanita itu lirih, pria itu tetap terdiam menatap bingung. "S..ss..ssi.. siapa kau?" Jawab pria itu pelan. Calissa terdiam dan menutup mulutnya terkejut. Ia langsung memeluk Edmund erat dan menangis dipundak pria itu.

°°°
-3 hari kemudian-

Penyebaran vaksin hydrocaline sudah dilaksanakan 1 jam yang lalu melalu jalur udara. Vaksin itu disemprotkan dari pesawat jet ke daerah yang terjangkit virus itu. Kehidupan Amerika kini kembali normal, distribusi zat imun dilakukan secara massal keseluruh dunia.

"Terima kasih" Ucap pria itu. Calissa hanya melirik pria itu dan mengalihkan pandangannya. "Aku akan memaafkanmu jika kau berjanji satu hal untukku" Ucap Calissa dingin. "apa itu?" jawab pria itu.

"Kau harus hidup" Ucap Calissa, peter langsung tertawa kencang dan mengangguk mengiyakan. Ranjang peter sudah dimasukan kedalam ambulance, yang akan mengantarnya ke bandara. "Ini dari pria itu" Ucap salah satu perawat dan memberikan liontin kepada Calissa.

Ambulance itu langsung pergi menuju bandara meninggalkan secercah harapan dipikiran Calissa. Calissa langsung pergi menuju rumah Edmund dan menghabiskan waktu yang terbuang dengan laki-laki itu. Walau, ia harus menerim kenyataan bahwa laki-laki melupakan semua kenangan mereka berdua.

TAMAT~

HAAAAAY..... thanks yah udah baca IMUNO. menurut kalian gimana? makasih yg udah ngevote{} see you in next story ya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IMUNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang