Calissa terdiam di depan kaca memerhatikan dirinya. Ia menghembuskan nafasnya dan membuka lemarinya kembali mengambil pakaian yang lain.
Hari ini tak seperti biasanya, sudah 1 jam Calissa berdiri depan kaca kamarnya mix and match pakaian yang akan ia pakai. Ucapan peter terus membayangi pikirannya, ia mencari pakaian yang tidak terlalu mencolok dan bergaya seperti seorang ilmuwan muda.
1 jam lebih ia berpikir dan pada akhirnya ia memutuskan memakai Jeans hitam dengan baju lengan panjang berbahan rajut disertai bletzer berwarna coklat. Ia merapihkan kembali pakaian yang tidak jadi dipakai dan mengambil syal berwarna coklat lalu mengunci lemarinya.
Segelas susu putih ia tenggak dan meletakan kembali di tempat cuci piring. 10.30 am, Calissa mengambil kopernya dan memakai boots hitam kesayangannya. Ia meneliti setiap sudut apartmentnya memastikan semuanya baik-baik saja dan membuka pintu apartmentnya.
"Astaga!" pekik Calissa saat membuka pintu apartmentnya. Ia langsung memegang dadanya dan menjatuhkan koper miliknya. "EDMUND!" teriak Calissa kesal, edmund mengernyitkan alisnya dengan ekspresi tak tahu.
"what?" Tanya edmund dan menggidikan bahunya, ia menoleh kebelakang dan kanan kiri memastikan tak ada yang salah dengan dirinya. Calissa bergerutu dan mendirikan kembali koper miliknya.
°°°
"Memangnya jam keberangkatanmu kapan?" Tanya edmund dan mengemut lollipop sambil menyetir mobilnya. Calissa sibuk mencari sesuatu pada ipadnya dan mengemut lollipop juga.
"12 siang" Jawab Calissa, edmund memarkirkan mobilnya setelah sampai di bandara. "Berapa hari?" Tanya edmund dan melepas sabuk pengamannya. Calissa terdiam menatap penuh interogasi Edmund saat ingin membuka pintu mobil. Tangannya menyentuh kerah pakaian edmund dan menyentuh daun telinga edmund.
"Lipstick. Kau abis dari mana?" Ucap Calissa dingin dan menatap sinis edmund. Edmund mengelap daun telinganya dengan tissue dan membuka pintu mobil.
"Ah... tadi aku dari rumah. Ini bekas ciuman ibuku" Jawab edmund dan keluar mobil menuju bagasi mengambil koper Calissa. "Come on! nanti kau terlambat" Panggil edmund dari Luar mobil.
Masih dengan tatapan curiga, Calissa keluar dari mobil dan bersandar melipatkan kedua tangannya didepan dada. Edmund menghampiri Calissa dengan hati-hati dan menatap memohon kepadanya.
"Bibi mary jarang memakai lipstick" Calissa melirik kearah jam tangannya. "11.15. masih ada 45 menit untuk menjelaskan" Ucap Calissa dingin dan berjalan menuju bandara. Ia berjalan cepat dan meninggalkan edmund dibelakang.
"Oke! Oke! Oke!" Ucap edmund dan berlari mengejar Calissa. Edmund berdiri didepan Calissa menghalangi jalannya. "Aku yang salah. aku berbohong" Sambung edmund dan mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Calissa hanya memandang datar dan mencoba untuk pergi.
"Semalam aku mabuk. Kau tahu kan? aku tidak bisa minum alkohol, dan semalam saat pesta setelah pemotretan aku tak tahu jika yang kuminum ialah Alkohol. Dan...." Edmund menghela nafas penuh bersalah. "Dan saat aku bangun, aku sudah ada di hotel dengan model kemarin. Dan saat aku ingin pergi mengantarmu, tiba-tiba dia mengecupku" Jelas Edmund sepenuh hati dengan wajah sangat bersalah.
Calissa menurunkan tangannya yang ia lipat didada, hembusan nafas kekesalan dan keinginan untuk cepat pergi sangat terpampang jelas di wajah Calissa. "Kau cukup tua untuk bisa membedakan yang mana alkohol dan bukan" Ucap Calissa dingin dan berjalan meninggalkan Edmund.
Edmund terus mengejar Calissa yang terus berjalan dengan kesalahpahaman. "Aku benar-benar tidak tahu, dan semalam aku tak berbuat apa-apa. Aku yakin. Aku dan dia hanya tidur bersama" Ucap edmund dan terus meminta maaf kepada Calissa.
Calissa menghentikan langkahnya dan menatap edmund kesal. "Hanya?" Calissa mendesah kesal. "Semua pria sama saja" Ucap Calissa dan menarik kopernya berjalan lebih cepat. Edmund terus mengejar Calissa dan mencoba meyakinkannya, namun Calissa memilih untuk tidak mendengar dan terus berjalan.
°°°
Jarum jam terus berputar dengan sendirinya. Pria itu terus memandangi jam yang terikat ditangannya dari balik kacamata hitamnya. Sesekali ia melirik kearah lain, memastikan seseorang akan cepat datang.
Matanya tertuju pada seorang sanita berpakaian hitam berbalut bletzer coklat yang berjalan terburu-buru kearahnya. Perasaan lega, langsung meredupkan kegelisahannya saat itu juga. "Sekarang kau yang telat" Ucapnya pada wanita yang baru saja tiba dan mengatur nafasnya. wanita itu melihat jam tangannya dan menyipitkan matanya "Masih ada 10 menit lagi" Ucap wanita itu, Calissa.
Peter menoleh kebelakang gadis itu. "Kau.... edmund?" Ucap peter. Calissa langsung menolehkan kepalanya dan berpindah tempat.
Edmund mengangguk kepada peter dan terus memerhatikan Calissa. "Aku rasa kalian butuh waktu sebelum berpisah, aku akan masuk lebih dulu" Ucap peter dan meninggalkan kedua orang itu.
"Kau seharusnya senang, 3 hari kau bebas tanpaku" Ucap Calissa dan menarik kopernya. Edmund mencegah Calissa dan menarik lengan Calissa, Ia menghembuskan nafasnya tak sanggup mengatakan apa-apa lagi.
"Take Care.... and sorry" Ucap Edmund dan melepaskan genggaman tangannya. "Aku memang salah" Sambungnya. Calissa langsung meninggalkan edmund yang terpaku di tempatnya.
Tak ada kata-kata yang bisa menjelaskan perasaannya. Edmund bersender pada salah satu dinding bandara, Ia mengusap wajahnya kesal dan mendesah penuh penyesalan. Ia berjalan gontai kembali ke parkiran.
Edmund mengerutkan dahinya dan menyipitkan matanya melihat ke salah seorang yang sedang berjalan bersama beberapa orang seperti bodyguard yang membawa box alumunium yang terkunci rapat.
"Lucas?" Desahnya dan menatap orang itu sampai masuk ke sebuah mobil mewah .
°°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
IMUNO
Teen FictionApakah mesin waktu itu benar ada? Jika ada.... izinkan aku memakainya sekali saja dalam hidupku. Aku ingin memulai kembali semuanya, aku tidak akan bermain lagi dalam pilihan. Terlihat tak penting, namun ternyata itu semua menentukan hidupmu. itula...