EVERYDAY IS MYSTERY

160 11 0
                                    

"PETER!" Teriak Calissa dari jauh saat peter ingin memasuki pesawat. Peter menghentikan langkahnya saat menaiki tangga pesawat itu. Calissa mendorong peter masuk dan berbicara didalam pesawat.

"Kenapa kau tidak memberitahukanku jika distribusi zat imun dilakukan  bersamaan, dan kenapa kita tidak ikut saat zat itu didistribusikan?" Tanya Calissa dan duduk dikursi samping Peter.

Peter tersenyum dan melipat lengan kemeja miliknya. "Kita tidak punya banyak waktu, pemerintah yang menyuruhnya" Jawab peter santai. "Buat apa aku mempekerjakan banyak pegawai jika penyuntikan itu dilakukan hanya dengan aku dan kau?" Lanjut peter dan meminum minuman yang diberikan pramugari itu.

"Kau masih takut?" Tanya peter. Calissa terdiam dan menggigiti kukunya. Peter tertawa pelan, ia menuangkan bir itu pada gelas kosong dan memberikannya untuk Calissa. "Lupakan rasa takut itu, semuanya hanya sugestimu" Ucap peter, Calissa menatap sinis peter dan peter langsung menggidikkan bahunya.

°°°

Bandara yang sangat sibuk dengan jam penerbangan yang padat. Semua orang berlalu lalang untuk mengejar waktu dan janjinya.

Edmund, dia duduk di kursi tunggu dan menulis sesuatu diatas papan penjeput penumpang.  Ia lirik jam dan menoleh ke arah gate kedatangan, memastikan orang yang ia tunggu belum keluar.

Monitor jadwal kedatangan dan pemberitahuan mengatakan pesawat yang ia tunggu sudah mendarat, Edmund langsung berjalan menuju pembatas antara penjemput dan penumpang.

Calissa berjalan dan memeriksa paspor dan boarding pass miliknya. Ia mengernyitkan dahinya dan menyipitkan matanya memastikan ia tak salah liat.

"WELCOME BACK THE BADDEST FEMALE, CALISSA PEVENSIE. DO YOU MISS ME? :D -edmund(your love)"

Calissa berjalan sambil menutup matanya dengan tangan, mencoba memalingkan wajahnya. "Wow, ternyata 3 hari seperti 3 tahun untuk orang yang berpacaran. Aku rasa dia benar-benar merindukanmu" Ucap peter dan menepuk-nepuk pundak Calissa lalu pergi meninggalkannya.

Calissa memalingkan wajahnya dan tetap berjalan tanpa memedulikan edmund yang mengikutinya. "Kau masih marah?" Tanya edmund dan mengikuti Calissa dari samping.

"Tidak" Jawab Calissa singkat dan tetap berjalan. Edmund mengambil koper Calissa dari genggaman wanita itu dan berjalan mendahului Calissa menuju mobilnya. "EDMUND!!" Teriak Calissa dan mengejar edmund yang terus berjalan cepat.

°°°

"Kenapa kau tidak mengangkat telponku? kau tidak rindu padaku?" Tanya edmund dan meminum secangkir Frappucino greentea. Calissa menelan sisa makannya dan mengelap bibirnya. "Aku sibuk, ponselku ku titipkan angel" Jawab Calissa dingin.

"Apakah selama 3 hari kau selalu bekerja disana dan tidak bisa mengangkat telponku atau menelpon balik?" Edmund meminum kembali minumannya. "53 telpon dalam 3 hari, tapi tak ada satupun yang kau angkat?" sambung edmund.

Calissa menghentikan minumnya dan meletakan gelas itu diatas meja. "Kau bilang apa? 53 panggilan? kau hanya menelponku dihari ketiga dan itu hanya 15 panggilan. Hari pertama 1 panggilan, hari kedua 5 panggilan.

"Kau tidak percaya?" Ucap edmund dan melihatka  i-phonenya pada Calissa, menunjukan kebenarannya. Calissa melirik sebentar ponsel itu dan mengalihkan pandangannya.

"Tapi hanya itu yang masuk daftar panggilanku. Mungkin ponselmu rusak" Ucap Calissa santai."apa maksudmu? kita membelinya bersama dan merk yang sama" Jawab edmund membela diri.

"Aku harus ke kantor" Ucap Calissa dan merapihkan tasnya. Edmund menatap tak percaya dan meletakan pisau kuenya. "Bukankah kau baru saja pulang dari kerja?" Ucap edmund.

Calissa menaikan alisnya dan menatap aneh balik Edmund. "Peter yang menyuruhku ke kantor sore ini" Jawab Calissa dan menyisir rambutnya.

"Aah.. Orang itu. selalu saja menganggu waktu kita berdua" gumam edmund dan meminum frappucinonya. Calissa langsung menoleh kepada Edmund dengan tatapan sinis.

"Apa yang kau bicarakan?" Ucap Calissa dingin. Edmund langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.

"No no no. Aku hanya bilang, kenapa dia menyuruhmu bekerja disore hari dan kau baru saja pulang tugas. Aku tidak yakin dia manusia" Ucap edmund dan mengalihkan pandangannya tak menatap Calissa.

"Terserah kau" Ucap Calissa dan bangkit dari duduknya. "Pulang langsung kerumahmu, aku akan menelpon bibi Mary" Sambung Calissa dan pergi meninggalkan Edmund.

Edmund pun mengikuti Calissa dari belakang. Calissa langsung memanggil taksi dan meninggalkan Edmund yang berdiri menunggu Calissa mendapat taksi.

°°°

"Mr. Stuart!" panggil seseorang yang baru saja memasuki gedung itu. Ia langsung mengambil idcardnya lagi yang baru saja di mesin scan pintu masuk, lalu berlari menghampiri Mr.Stuart.

"Bagaimana perjalanan tugasmu, Calissa?" Sapa Mr.Stuart saat wanita itu disampingnya. Mereka meneruskan jalannya dan berjalan bersama menuju ruang rapat.

"Brazil itu sangat luas" Jawab Calissa dan tertawa diikuti tawaan Mr.Stuart. Mereka memasuki lift dan menuju lantai 25. Calissa merapihkan rambutnya di kaca lift dan menyemprotkan gas pelemban ke wajahnya.

"Hari-hari yang menegangkan dan banyak pertanyaan akhirnya sudah terjawab. Tak sia-sia pekerjaan bertahun-tahun ini" Ucap Mr.Stuart bersamaan pintu lift terbuka. Mereka keluar bersamaan dari pintu itu.

"Bagiku setiap hari ialah misteri" Ucap Calissa dan tersenyum kearah Mr.Stuart.

°°°°°

haaaii maaf yah latepost, keep vote and comment yaaaah

IMUNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang