I CANT BELIEVE

186 15 2
                                    

Langkahnya sangat terburu-buru, wanita itu terus berjalan menuju ruang itu dan mengabaikan beberapa sapaan.

Yang ada difikirannya hanya satu, 'mengapa secepat itu?'. Calissa masuk kedalam lift dan menekan tombol 25. Ia menyenderkan tubuhnya pada sudut lift dan mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

Pintu lift terbuka, Ia langsung berjalan menuju ruang yang ia tuju. Langkahnya terhenti pada pintu kaca kantor itu. Ia langsung meletakkan ibu jarinya pada alat sidik jari pintu itu. Tak lama, pintu pun terbuka, Calissa langsung berjalan sedikit berlari menuju ruang itu.

°°°

"Peter ada didalam?" Tanya Calissa pada sekretaris peter yang sedang sibuk di meja kerjanya. John. Sekretaris itu mengangguk dan bangkit dari duduknya menghampiri Calissa yang sudah ada didepan pintu ruang kerja peter.

"Aku rasa, dia butuh waktu sendiri" Ucap john, Calissa menatap dingin john dan mencabut idcard john yang dijepitkan di saku jasnya.

"Maaf, aku tak membawa idcard ku" Ucap Calissa dan meletakan idcard itu di alat sensor pintu itu. Pintu pun langsung terbuka, Calissa memberikan idcard itu kepada john dan langsung masuk kedalam ruang itu.

Peter, ia sedang duduk dikursinya menatap kota New york dari kaca ruang kerjanya. Calissa langsung meletakkan tasnya diatas meja peter dengan kencang.

"Mengapa semua ini bisa terjadi? siapa yang menyetujuinya?" Ucap Calissa penuh kesal, ia belum bisa mengendalikan dirinya sejak menerima berita itu. Kecemasanlah yang menyelimuti dirinya.

Peter memutarkan kursinya, menghadap Calissa. Perbedaan sangat jelas pada peter yang terlihat lebih tenang dan santai. "Kau sudah tahu? Maaf membuat liburanmu terganggu" Ucap peter dan tersenyum pada Calissa.

"Aku sedang serius" ucap Calissa ketus dan menjatuhkan dirinya pada sofa ruang itu. Peter bangkit dari kursinya dan berjalan menuju pinggir ruang itu menatap keluar Manhattan. Peter menghembuskan nafasnya dan memasukan kedua tangannya pada saku celananya.

"Informasi mengenai berhasilnya percobaan zat imun kita kepada Manusia telah bocor di pemerintah. Dan mereka mendesak mempercepat produksi massal" Ucap peter tenang mencoba menjelaskan kepada Calissa. Tatapan tajam, dingin, dan tak percaya langsung muncul di wajah Calissa yang duduk di sofa.

"Tapi, kunci sukses atau tidaknya tergantung dengan kondisi Uno bukan percobaan pada manusia itu. Kau lihat? Uno masih belum bisa aktif dan sadar seperti biasa. Bagaimana bisa kita memutuskannya begitu saja?" Bantah Calissa dan menenggelamkan kepalanya diantara kedua tangannya.

"Pemerintah berfikir, jika percobaan pada manusia itu berhasil, apalagi yang harus ditunggu? Dan melakukan percobaan pada kera hanya memperlambat waktu" Jawab Peter.

"Saat kita melakukan percobaan pada manusia, zat itu belum ditambah VRS123. Bagaimana jika kondisi tubuh manusia menolak zat itu?" Ucap Calissa, kini tatapan putus asa dan depresi sangat terlihat di wajahnya.

"Pada percobaan itu, kita sudah memasukan zat KLR09, kegunaannya sama dengan VRS123 hanya dosisnya berbeda. jika KLR09 butuh 20% sedangkan VRS123 hanya butuh 5%. Proses produksi sudah berjalan. Kita akan tahu jawabannya, saat Uno sadar nanti" Jawab peter dan memakai jasnya.

"Kenapa kau menerima permintaan itu?" Ucap Calissa pelan. Peter menghentikan langkahnya sebelum keluar ruangan itu.

"Aku tidak menerimanya. Mereka yang memaksanya" Jawab peter singkat dan berjalan menuju pintu ruangan itu. Ia terdiam sejenak sebelum membuka pintu itu.

"Bukan. Bukan mereka yang memaksa, pasti ada pihak lain yang mendesak pemerintah" Ucap peter pelan lalu pergi keluar meninggalkan Calissa yang terdiam dengan ucapan terakhir peter.

°°°

Ruangan yang sepi dan sunyi. Hanya ada tabung kaca raksasa di tengah ruangan berwarna putih itu dan seekor kera dalam tabung itu.

Calissa terus memerhatikan kera yang sedang terbaring itu, bayang-bayang akan hal-hal buruk terus menyelimuti pikirannya. Ia memejamkan matanya menenangkan dirinya, tiba-tiba tetes air mata jatuh membasahi pipinya.

"Tidak usah khawatir, aku sudah mengaturnya" Ucap seseorang dibalik tabung kaca itu, Calissa memundurkan langkahnya saat tahu ada orang di ruangan itu selain dia. peter.

"Kita tetap memakai VRS123, zat itu akan cocok dengan tubuh. jika tubuh menolaknya, kejadiannya akan sama dengan Uno. Mereka akan merasa lesu selama 2 hari. Lusa, 1/3 dari produksi sudah selesai dan kita akan ke brazil untuk mencobanya" Lanjut peter dan berjalan ketempat yang lebih terang.

"Brazil tempat percobaan utama?" Ucap Calissa pelan. Peter mengangguk mengiyakan dan berjalan menuju monitor melihat perkembangan kondisi tubuh Uno.

"Brazil tempat yang luas, kita akan memulai menyuntikan zat itu di daerah pedesaan" Ucap peter dan menekan salah satu tombol yang membuat ruangan itu lebih dingin.

"Aku tidak bisa membayangkan hal apa yang akan terjadi" Ucap Calissa pelan dan mengigit kukunya. Ia menyeka air matanya dan pergi keluar ruangan itu.

°°°

Haiii:3 maaf yah lama updatenya, suka lupa update ;( keep read and vomment yah!

IMUNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang