Dua orang itu saling bertatapan dari jauh. Wanita itu menatap pria yang ada dihadapannya sangat tajam, seperti menangkap santapan malam. Berbeda dengan wanita itu, Pria itu menatap dan tersenyum kepada wanita yang menatap tajam dirinya.
Calissa, ia berjalan menuju pria yang dihadapannya mengumbar senyum miliknya. Ia terus berjalan sambil membawa sesuatu ditangannya dan tatapan sinis pada pria itu.
"Bodoh" Gumam Calissa saat tepat dihadapan Edmund. Edmund menaikkan alisnya seakan bertanya. Calissa menyodorkan sarung tangan steril dan masker kepada Edmund.
"Kau sudah memutuskan sesuatu, seharusnya kau mempersiapkan peralatan pendukung. Tubuhmu bukan baja yang tak akan terinfeksi virus" Ucap Calissa.
Edmund tertawa pelan dan memakai sarung tangan dan masker itu. "Terima kasih, sudah mengkhawatirkanku" Ucap Edmund. Calissa menyipitkan matanya,lalu pergi menuju mobil timnya.
°°°
Suara pistol yang ditembakan keudara, memberikan peringatan kepada warga untuk menjauh dari lokasi itu. Semua warga yang disanapun langsung berlari menjauhi tempat yang sudah dikepung pasukan bersenjata itu.
"CHARLIEEE!!!" Jerit seorang ibu saat diamankan oleh petugas. Ibu itu tak mau meninggalkan anaknya yang sedang diserang IMUNO. Petugas terus menahan ibu itu agar tidak mendekat kelokasi itu lagi.
ddaaar..... Suara tembakan ke jalan yang membuat makhluk itu menjauh dan melepaskan anak bertubuh tambuh itu dijalan. "Jangan bunuh, cukup lumpuhkan saja" Ucap Peter pada pemimpin pasukan itu.
Calissa langsung memasuki lokasi itu, mengecek kondisi anak itu. Sayatan dileher bekas gigitan imuno membekas berwarna ungu kehitaman. Calissa meletakan kedua jarinya di pinggir leher mengecek detak jantung anak itu.
Calissa menggelengkan kepalanya kearah peter, menandakan anak itu sudah tak bernyawa. Tim medis pun langsung datang menggotong anak itu. Calissa masih ditempatnya mengamati darah anak itu, sebagian darah yang keluar terakhir warnanya lebih gelap dari darah sebelumnya.
Calissa menoleh kearah imuno yang tersudut di depan cafè. Matanya tertuju pada botol kaca kecil yang berjarak 3 meter dari imuno. Teriakan rekan dan edmund tak ia hiraukan sedikitpun dan fokus pada botol yang tidak asing baginya.
Dengan perlahan namun pasti, Calissa mengendap mendekati botol itu. Matanya juga tetap fokus pada imuno itu yang terus menatapnya. Dirinya terhenti saat melihat botol itu dengan jelas. Yaps, botol kosong tempat zat imun. Ia langsung mengambil dan meneliti botol itu.
"CALISSA LARI!!" Teriak edmund dan berlari kearah Calissa dan mendorong Calissa kepinggir. Suara tembakan terdengar bersamaan dengan makhluk itu yang tiba-tiba menyerang Calissa. Dalam satu tembakan, makhluk itu langsung terlumpuhkan. Peter pun langsung menyuntikan pembius dalam dosis tinggi pada makhluk itu.
Edmund masih memeluk erat Calissa yang terengah-engah. Calissa menenggelamkan kepalanya pada tubuh Edmund, tangannya mencengkram erat bahu edmund.
"Its oke, are you fine?" tanya Edmund dan mendorong bahu Calissa dan menatap dalam wanita itu. Calissa masih terisak, tangannya terus mencengkram botol kecil itu. Edmund, ia menyeka air mata Calissa dan merangkul Calissa yang gemetaran berdiri.
"bawa dia ke mobil" Ucap peter pada Edmund. Calissa menyenderkan kepalanya dipundak edmund dan berjalan menuju mobil. "Antarkan aku ke kantor saja" Ucap Calissa lirih dan masuk ke mobil.
°°°
Peter berjalan pelan, menuju ruangan gelap itu. Ia nyalakan lampu pada sisi dinding itu. Senyum tipis terukir dibibir peter yang mendekati tabung kaca itu.
"Siapa yang menciptakanmu?" Ucap Peter lalu menyalakan lampu tengah tabung kaca besar itu. Beberapa pegawai sibuk menyuntikan zat kepada makhluk itu, IMUNO.
Peter memakai masker dan baju pelindung, lalu membuka tabung kaca itu. Ia menekan salah satu tombol di samping pintu tabung itu, menyemprotkan gas steril secara keseluruhan di tabung itu. Ia mendekati imuno yang terbius sejak tadi.
°°°
"Kenapa kau keras kepala? kau seharusnya ke apartmenmu istirahat" Ucap Edmund dan duduk di sofa ruang kerja Calissa.
Calissa menidurkan kepalanya diatas meja kerjanya dan menatap botol itu. Ia mengangkat kepalanya, dan balik menatap edmund dengan malas.
"Seharusnya kau yang pulang. Kau kan pernah bilang padaku, jika kantorku ialah apartemenku" Ucap Calissa dan bersender pada kursi kerjanya. Edmund langsung tersedak saat mendengarnya, dan meletakan gelas jusnya.
"Itukan hanya perumpamaan" Protes Edmund. Calissa berjalan kearah edmund, dan duduk di samping Edmund. Calissa menghela nafasnya pelan, dan menunjukan botol kecil itu pada Edmund.
"Coba kau bandingkan, apakah ada yang salah?" Ucap Calissa lalu memberikan botol yang ia temukan dan botol yang ia dapatkan dari perusahaan.
Edmund mengangkat kedua botol itu keatas dan mencoba membandingkan. Ia mendekatkan botol yang ditemukan Calissa, ekspresi wajahnya berubah sesaat setelah melihat secara dekat botol itu.
"Wait...." Ucap Edmund dan menurunkan botol itu lalu menoleh pada Calissa. Calissa langsung menatap dalam edmund berharap ia menemukan sesuatu.
"Kenapa kau bertanya padaku? Bukankah kau yang bilang jangan saling mencampuri pekerjaan masing-masing?" Ucap Edmund. Ekspresi Calissa langsung berubah sesaat dan mengambil paksa botol itu. Edmund tertawa geli saat ledekannya berhasil membuat wanita itu marah.
"Kau lihat bagian bawah, kalau kau memperhatikan lebih jelas lagi stempelnya ada yang berbeda" Ucap Edmund saat Calissa bangkit dari duduknya. Calissa langsung menoleh curiga pada edmund, lalu duduk kembali memperhatikan botol itu.
°°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
IMUNO
Teen FictionApakah mesin waktu itu benar ada? Jika ada.... izinkan aku memakainya sekali saja dalam hidupku. Aku ingin memulai kembali semuanya, aku tidak akan bermain lagi dalam pilihan. Terlihat tak penting, namun ternyata itu semua menentukan hidupmu. itula...