Wanita itu berjalan tergesa-gesa melewati lorong menuju laboratorium gedung itu. Ia mempercepat langkahnya dan mulai berlari pelan.
Wanita itu sudah sampai didepan pintu lab itu. Ia tempelkan idcard miliknya di scanner, dan pintupun terbuka otomatis. Ia pandang seluruh ruangan, matanya tertuju pada satu titik dan ia pun langsung menghampirinya.
"Ada yang memalsukan zat imun kita. Aku sudah menghentikan distribusi untuk sementara, dan menarik kembali zat imun yang belum dibagikan kepada masyarakat" Ucapnya pada pria yang sedang meneliti dengan mikroskop itu.
Peter, ia mengulurkan tangannya meminta kedua botol yang ditunjukan Calissa tanpa berpaling sedikitpun dari mikroskopnya. Ia meraba botol palsu yang Calissa berikan, dan meletakkannya di atas meja.
Peter memundurkan kursinya dan mendesah lalu tertawa kecil. "Aku sudah menduganya" Ucap peter pelan dan menarik salah satu kursi dan menyuruh Calissa duduk.
"apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Calissa dan menatap mikroskop itu. Peter menyodorkan botol kaca kecil berisi darah kepada Calissa. "Mengecek DNA, aku ingin tahu zat apa yang mereka pakai" Jawab peter dan memandangi kedua botol itu bergantian.
"Kau mengambilnya dari darah imuno yang kemarin?" Tanya Calissa dan mencoba mikroskop itu. Peter mengangguk dan menyenteri salah satu botol. "Dan dari imuno yang sudah mati dan ditangkap sebelumnya" Jawab peter dan menoleh kekanan menunjukan sampel darah imuno kepada Calissa.
Tak lama, seseorang memasuki ruang lab. Asisten peter, ia datang membawa beberapa berkas dan menghampiri dua orang itu. "5 imuno yang kritis mereka hidup kembali dan warna tubuhnya berubah gelap. 3 imuno yang dalam proses pencarian sudah ditemukan, namun mereka tetap hidup walau sudah ditembak di kaki atau tangan. Dan sisa 1 imuno yang masih berkeliaran di New York" Ucapnya dan memberikan biodata imuno itu semasa menjadi manusia.
Peter menghela nafasnya dan meletakan dokumen itu diatas meja. Calissa menurunkan alisnya dan membaca lagi berkas mengenai imuno yang masih berkeliaran itu. "Keluarkan dari New York 4 imuno yang hidup kembali,dan 1 imuno kau tempatkan di ruang tabung steril agar aku bisa menelitinya. Sama juga untuk 3 imuno yang baru ditemukan, simpan 1 untuk penelitian. Dan, terus cari 1 imuno itu, jangan sampai ada warga yang terserang lagi" Ucap peter, lalu bangkit dari duduknya untuk pergi menuju ruang isolasi.
"Aku ikut" Ucap Calissa dan bangkit dari duduknya. Calissa langsung mengikuti peter dari belakang, dan memakai masker pelindungnya.
°°°
Sudah 1 jam ia berada didalam mobil, memperhatikan gedung perusahaan itu. Edmund, ia terus memikirkan cara untuk masuk kedalam gedung itu tanpa menggunakan idcard.
mason.. mason.... mason... gumam edmund dalam hati dan menyenderkan tubuhnya. Ia lipatkan tangannya didada dan memikirkan hal yang dapat membantu. "LUCAS?!" Ucap edmund saat teringat sesuatu. Ia teringat saat melihat Lucas di bandara, para ajudannya membawa koper berlambang mason corps dan juga emmily pernah bercerita padanya. ia mengambil ponselnya dan mencari nama seseorang, emmily.
"emmily?" Ucap edmund dan membenarkan posisi duduknya. Matanya terus memerhatikan orang-orang yang berlalu-lalang di perusahaan itu. "Ini aku edmund, bisakah kita bertemu?" ucapnya lagi, ia memakai sabuk pengamannya dan menyalakan mesin mobilnya.
°°°
Calissa terus memerhatikan dengan teliti imuno-imuno yang ada di tabung kaca ruang isolasi. Ia mendekati salah satu imuno yang berubah warna menjadi hitam, makhluk itu menatap balik Calissa yang mendekatinya.
Tiba-tiba makhluk itu langsung mengerang dan menyerang Calissa namun terhalang kaca tabung itu. Calissa memundurkan langkahnya dan menutup mulutnya terkejut.
"agresif" Ucap peter pelan, ia berjalan mendekati Calissa yang masih terpaku. "Surprise. Mainan terbaru kami" Ucapnya dan menepuk-nepuk pundak Calissa. Ia berjalan menuju tabung itu dan menyalakan lampu tabung itu.
"Boleh aku minta foto imuno yang sudah tertangkap?" Ucap Calissa pada salah satu pegawai. Ia mendekati peter yang sedang mengamati imuno-imuno yang ada dalam tabung. "Mereka masih hidup. Mereka bukan monster," Ucap Calissa lirih, peter tertawa kecil lalu tersenyum. "Kau benar" ucap peter.
"Ini daftar imuno yang telah ditangkap. Dan, kami baru dapat kabar bahwa ada warga sipil yang tertular virus itu" Ucap asisten peter. Calissa langsung melihat-lihat foto-foto imuno itu berulang kali.
"Pindahkan mereka ke daerah isolasi. Dan, jika sudah parah keluarkan dari New York" Ucap peter dan langsung dilaksanakan oleh pegawainya. Calissa masih melihat-lihat foto itu dan mdngulangnya. "Kau yakin tidak ada yang tertinggal?" Tanya Calissa, pegawai itu langsung mengangguk yakin.
°°°
"Hai edmund, maaf membuatmu menunggu" Ucap Emmily dan duduk di sofa depan Edmund. "Tak apa" jawab edmund dan menyodorkan secangkir kopi yang sudah ia pesan.
Edmund menggenggam tangannya, lalu menelan ludahnya sebelum ia bertanya kepada Emmily. Ia menghembuskan nafasnya menenangkan dirinya sebelum berbicara.
"Maaf membuang waktumu, aku tahu kau sangat sibuk. Jadi, aku langsung ke inti pertanyaannya saja" Ucap edmund cepat, Emmily meminun kopinya dan tertawa pelan mendengar nada suara Edmund yang sangat gugup.
"Kau tahu dimana Lucas? Dia bekerja di Mason corps kan?" Tanya edmund ragu. Emmily meletakan cangkirnya dan tak menjawab satu katapun. Suasana berubah menjadi hening, Emmily langsung memakai tasnya kembali.
"Wait.. wait... aku tidak mencari Lucas karna perbuataan bodohnya pada Calissa dulu. aku hanya ingin...... berbincang?" Ucap Edmund mencegah Emmily yang ingin pergi.
"Aku tak berhubungan lagi dengannya" Jawab emmily dan tersenyum kepada edmund lalu pergi meninggalkannya.
°°°°°
HAAAI^^ maaf yah kemarin ga ngepost. ohya, Selamat hari raya idul fitri. Aku minta maaf yah kalo ada kesalahan yang ga disadari:)
keep vote and comment deh pokonya
KAMU SEDANG MEMBACA
IMUNO
Teen FictionApakah mesin waktu itu benar ada? Jika ada.... izinkan aku memakainya sekali saja dalam hidupku. Aku ingin memulai kembali semuanya, aku tidak akan bermain lagi dalam pilihan. Terlihat tak penting, namun ternyata itu semua menentukan hidupmu. itula...