Edmund terus berlari memimpin barisan hingga di tempat pemberhentian jeeps. Ia langsung menyuruh anggota lain memasuki jeeps, dan dirinya terus memerhatikan setiap anggota yang sampai di tempat jeeps itu.
Dimana Calissa? gumamnya dalam hati, saat sadar bahwa Calisaa tak ada dalam pasukan. Seseorang langsung menghampirinya dengan lari yang tergesa-gesa. "Calissa!! kakinya tertembak pistolnya sendiri dan menolak evakuasi" Ucap Orang itu dan langsung terduduk setelah lari 2km.
Tanpa fikir panjang, Edmund langsung memberikan kameranya pada orang itu berlari menyusuri jalan yang tadi. Semua pikirannya telah bercampur aduk dan hanya satu tujuannya, Calissa selamat.
°°°
Langkahnya semakin melambat saat melihat seorang wanita yang tertidur di tanah. Ia mendesah kesal dan langsung berlari menuju wanita itu. "CALISAA!!" teriaknya dan berlari secepat ia bisa.
"Stay with me! Stay with me!" ucapnya lirih dan panik saat mendapati wanita itu kesakitan dan tak mampu membuka matanya. Ia langsung menggendong wanita itu dan berlari dari tempat itu. Wanita itu terus memegangi kakinya dan merintih kesakitan. Edmund tak mampu menatapnya dan terus memandang kedepan.
Suara erangan makhluk itu tiba-tiba terdengar. Dalam sekejap, makhluk itu sudah ada didepan, belakang dan sampingnya. Ia menghentikan langkahnya dan menodongkan pistol itu kearah imuno yang mengelilinginya.
Ia menatap balik Calisaa yang sejak tadi menatapnya lirih dan menahan tangisnya. Ia letakan wanita itu di bawah pohon, walau wanita itu terus mencengkram bahunya. Ia lepaskan cengkramannya, dan kembali fokus pada imuno yang mendekat.
Ia memejamkan matanya, dan mengarahkan kedua pistolnya pada imuno yang mulai mendekat. Ddaar... satu tembakan membuat imuno yang dekat dengannya terjatuh dan mati sesaat. Saat itu juga, imuno yang lain langsung menyerangnya dari 2 arah.
Edmund langsung menembakkan pistol-pistol itu dengan membabi buta. Teriakan Calissa tak terdengar lagi, hanya erangan makhluk itu dan suara tembakan yang ia tembakan.
°°°
"EDMUUNDD!!!!!" teriak Calisaa saat melihat sang kekasih diserang 2 imuno yang sekarat. Calissa langsung menembakkan makhluk itu dengan senapan yang tertinggal disana.
Sekuat tenaga, ia menghampiri Edmund yang tergeletak tak berdaya setelah diserang 2 imuno. Tangisannya langsung tumpah melihat sang kekasih tak berdaya karna menyelamatkannya.
"edmund" panggil wanita itu lirih, dan membuka maskernya. "edmund" ia merobek baju pria itu dan menutupi luka bekas gigitan makhluk itu di leher pria itu. Air matanya kini membasahi wajah pria itu yang mencoba membuka matanya. "Bangun, kau janji akan melindungiku" Ucapnya penuh isakan.
Pria itu berhasil membuka matanya dan tangannya menyeka pipi wanita itu dari air mata yang membasahi pipinya. Sekuat tenaga, ia sanggupkan dirinya mengucapkan Beberapa kata. "Mason corps. Lucas!" Ucap edmund terbata-bata.
Calissa terus menangis dan mendekapkan edmund dipelukannya. "No!!! i dont need hero or sherlock holmes now! i just need you. Stay with me please!!" Ucap Calissa, tubuhnya goyah dan menumpahkan seluruh tangisannya didepan pria itu.
"I'm fine. Go away" Jawab edmund dan tersenyum tipis. Darah langsung keluar dari mulutnya, ia melepaskan genggamannya dari tangan Calissa dan menyeka air mata wanita itu lagi.
Erangan terdengar dari salah satu sisi, membuat Calissa berjaga dan menyiapkan pistolnya. Pria itu terus menahan sakit dan kejang di tubuhnya melepaskan genggaman tangan wanita itu. "Leave me!" Ucap edmund pelan, Calissa langsung menatap edmund dengan dingin dan tajam. "Shut up!!" Ucap Calissa kesal dan menggenggam tangan pria itu lagi.
Makhluk itu mulai mendekat, ada 3 imuno yang mulai mendekatinya. Dalam hitungan detik, 2 dari imuno itu langsung menyerang Calissa dan edmund. Ddaaar.... Ddaar... Ddaarr....
3 tembakan membuat makhluk itu jatuh. "Go!" Ucap seseorang dari belakang, dan menarik tangannya. Calissa menahan tangannya dan menatap Edmund yang sudah kejang-kejang. "Peter!!" Teriaknya saat pria itu memaksanya lagi.
Peter terdiam dan menatap pria yang kejang-kejang itu. "Dont waste your time!" Ucap peter dan langsung merangkul Calissa yang terduduk memandangi edmund. Peter langsung memasukan Calissa dari pangkuannya kedalam Jeeps dan membiarkan wanita itu menangis dan mengamuk dalam mobil. Dengan berat hati, peter meninggalkan Edmund ditempat itu dan menuju pintu gerbang perbatasan.
°°°
"Kau tidak melakukan hal bodoh kan?" Ucap gadis itu khawatir. 5 menit yang lalu, pria itu masuk kedalam apartmennya tiba-tiba dan langsung terduduk disofa.
Dengan hati-hati gadis itu mendekati pria itu dan memandang menyelidiki. Gadis itu langsung memundurkan tubuhnya, saat pria itu tiba-tiba menodongkan pistol kearahnya dan tersenyum membunuh. "Bunuh diri atau aku yang akan membunuhmu?" Ucap pria itu dingin dan menodongkan pistolnya.
"Lucas...." Ucap gadis itu lirih, tubuhnya gemetar dan menahan rasa takutnya. "Tugasmu sudah selesai menjadi pacarku, emmily" Ucap lucas dingin dengan tatapan tajam. "Kuberi 2 hari untuk kau agar menghilang dari hadapanku. atau aku yang akan membunuhmu" Sambung Lucas dan menurunkan pistolnya.
Lucas bangkit dari duduknya dan merapihkan pakaiannya. "Jangan membuatku menunggu" Ucapnya dan pergi keluar meninggalkan emmily diruangan itu sendiri. Praaang..... semua yang ada diatas meja langsung ia lemparkan ke pintu bersamaan pria itu pergi.
"LUCAS BIADAP!!!" teriaknya dan langsung menumpahkan rasa takut dan tertekannya selama ini dalam tangis. Ia melempar semua barang diapartemennya dan membakar foto dirinya dan pria itu.
°°°
"Maaf" Calissa tak menoleh sedikitpun dan tetap fokus pada pengobatan kakinya. Dengan bantuan perawat, ia berpindah ke kursi roda mathic dan meninggalkan ruangan itu tanpa dibantu oleh siapapun. Ia mengendarai kursi rodanya dengan tombol yang ada disampingnya.
Peter, ia mengikuti wanita itu dari belakang. Calissa menghentikan kursi rodanya di koridor itu, tubuhnya bergetar menahan tangis. "Aku benar-benar menyesal" ucap peter lagi. Kini, Calissa memutar kursi rodanya menghadap peter.
"Apakah penyesalan dapat membalikan keadaan? jika iya, aku akan terus menyesal menyetujui ikut sertaan dalam proyek ini" Ucap Calissa dingin, ia memalingkan wajahnya dan menahan tangisnya.
"Setiap pilihan ada yang harus dikorbankan, dan aku salah memilih untuk saat ini", Peter berjalan mendekati Calissa, namun wanita itu juga memundurkan kursi rodanya. "Seharusnya kau meninggalkan kami berdua" Ucapnya lagi dan memutar kembali kursi rodanya.
"Kau tidak tahu alasannya" Ucap peter pelan dan membiarkan wanita itu meninggalkannya.
°°°
"Bodoh. Kau akan dipecat jika ketahuan hasil fotomu seperti ini" Ucapnya pelan dan melihat hasil foto yang ada di kamera Edmund, yang diberikan salah satu pegawai.
Malam yang sunyi, sepi, dan damai. Dibawah sinar bulan yang menyinari malam itu, ia duduk dibalik kaca jendela ruangannya memandangi foto demi foto yang ada di kamera Edmund. Terkadang, ia tertawa sedikit saat melihat hasil bidikan kekasihnya itu.
Hampir setengah dari isi foto itu ialah foto dirinya yang diambil secara diam-diam oleh Edmund. Foto dirinya saat memimpin pasukan dan panik. Satu tetes... Dua tetes... Tiga tetes... tetesan air mata itu kini jatuh membasahi kamera milik pria itu. Wanita itu langsung mengusapnya dan membiarkan air mata yang lain membasahinya lagi.
"Mana janjimu" Ucapnya lirih, isakan demi isakan ia coba tahan dan mencoba tegar dihadapan foto pria itu yang sedang tersenyum kearahnya. "Bodoh. jangan tersenyum! Apa yang harus ku katakan pada keluargamu?", Wanita itu terus mengatakan hal-hal itu sendiri dibawah kegelapan ruangannya dan hanya disinari sinar bulan.
"Sekarang, aku yang harus menjadi pahlawanmu" Ucapnya dan menyeka airmata. Ia dekapkan bingkai foto itu didadanya dan meluapkan semua tangisan kepedihannya saat itu juga.
°°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
IMUNO
Teen FictionApakah mesin waktu itu benar ada? Jika ada.... izinkan aku memakainya sekali saja dalam hidupku. Aku ingin memulai kembali semuanya, aku tidak akan bermain lagi dalam pilihan. Terlihat tak penting, namun ternyata itu semua menentukan hidupmu. itula...