THE TRUTH

149 10 0
                                    

"Ayo masuk" Ajak Dane setelah menggendong Calissa ke kursi rodanya. Ia menutup bagasi mobil dan berjalan masuk kedalam rumah. Wanita itu masih terdiam ditempatnya, ragu untuk masuk.

Rasa menyesal, takut dan bersalah itulah yang ia rasakan saat itu. Tubuhnya masih belum sanggup bertemu kedua orangtua edmund, dan tak tahu harus apa. "Ayolah, tak apa" Ucap dane lalu mendorong kursi roda Calissa kedalam rumah.

"Calissa!! bibi sangat khawatir denganmu" Ucap bibi mary yang muncul di depan pintu dan langsung memeluknya. Pelukan hangat penuh khawatir sangat terasa, namun hatinya masih merasa tak pantas mendapat pelukan itu.

"Bibi... ma... maafkan—" Ucap Calissa saat dipeluk bibi mary, namun bibi mary langsung menutup mulutnya dan tersenyum hangat pada Calissa. "Kau tidak salah, ini keputusan edmund" Ucap bibi mary tegar, dari ekspresinya Calissa tahu bahwa bibi mary juga merasakan kehilangan yang sangat dan menahan tangisnya.

"Bibi sudah memasakan makan malam untukmu, ayo kita kedalam" Ucap bibi mary dan mendorong kursi roda Calissa. Dane dan paman juga masuk kedalam dan berkumpul di meja makan.

Tatapannya kosong kearah bangku dihadapannya. Bangku tempat Edmund duduk saat makan bersama, kini kosong tak ada penghuninya. Calissa mengambil tissue dan menghapus air mata yang tiba-tiba jatuh, tak ada yang berbicara hanya bibi mary yang sibuk menyiapkan makanan.

"Kau sangat kurus, pasti kau lupa makan karna pekerjaanmu. Ayo makan anggap saja kau sedang di paris dengan keluargamu" Ucap paman James dan mengambil makanannya. Calissa tersenyum tipis dan meminum airnya, sedangkan bibi mary meletakan makanan diatas piring Calissa.

praak.... sendok dan garpu yang Calissa letakkan tiba-tiba saat makan malam berlangsung. Paman james, bibi mary, dan dane langsung menoleh kearah Calissa yang sudah tak mampu membendung rasa bersalah dan tangisnya. Bibi mary langsung memeluk Calissa dari samping dan mengelus rambut Calissa.

"Bibi tahu, ini sangat berat bagimu. Tak apa, kami sudah menerimanya" Ucap bibi mary lirih menahan tangis, ia terus memeluk Calissa yang menangis bersalah. "Tapi ini karna dia menolongku" Ucap Calissa terisak, bibi mary melepas pelukannya dan mengelap pipi Calissa yang basah dengan air mata.

"Edmund sudah konsisten dengan pilihannya. Selalu ada pengorbanan dalam pilihan. Bibi bangga karna dia sudah menjadi pria sejati. Tugasmu adalah melanjutkan pekerjaanmu dan jika beruntung kau bisa menyelamatkan edmund lagi untukmu" Ucap Bibi mary sambil mengelus rambut Calissa. Wanita itu langsung memeluk bibi mary dan menumpahkan tangisannya.

°°°

Mereka berjalan menuju kantor Calissa, Dane menghentikan langkahnya di salah satu kursi jalan dan membiarkan Calissa istirahat. Setelah makan malam, Calissa memilih kembali ke perusahaan dan istirahat disana. Baginya, ia lebih nyaman di kantor untuk saat ini.

Dane duduk dikursi jalan dan memberikan bir kaleng pada Calissa. "Mulai esok, aku yang akan bertanggung jawab untuk keselamatanmu" Ucap Dane dan menegak bir itu. Calissa langsung menoleh bingung dan menaikkan alisnya seakan bertanya mengapa.

"Edmund, sebelum hari itu ia memohon padaku untuk menjagamu jika ia tak bisa menjagamu lagi. Dia memang keras kepala" Dane tertawa dan menegak birnya lagi. Calissa meletakan birnya dan tersenyum tipis.  "Kau tak bisa menjagaku, tapi menyuruh orang lain menjagaku. Kenapa kau harus berjanji, jika kau sendiri tak yakin bisa memenuhinya?" Gumam Calissa dan meneguk kembali birnya.

Hari sudah larut, Dane pun mengantar Calissa ke Roosevelt lalu pulang kerumahnya.

°°°

01.30 am . Wanita itu masih terjaga, berbaring di sofa dan menatapi kotak dari Dane itu. Ia bangkit dari tidurnya dan duduk di sofa. Dengan rasa penasaran, ia buka kotak itu ternyata isinya adalah perekam.

Calissa memutar-mutar perekam itu, memastikan perekam itu aman. Ia tekan tombol power lalu play, Ia nyalakan lampu kecil dekat sofa itu dan mendengar isi perekam itu.

Edmund.... maaf waktu itu aku tak bisa menjawab pertanyaanmu. Kau hebat bisa mencurigai Lucas dengan cepat. Dugaanmu benar, Mason corps lah yang membuat zat imun palsu itu. Dan, Lucas ia yang menjadi mata-mata. aku baru sadar, ia berkencan denganku hanyalah triknya untuk membodohiku. sungguh... aku merasa menyesal dan tak tahu lagi harus melakukan apa. Aku merasa tak pantas bertemu Calissa lagi, setelah membocorkan rahasia Roosevelt corps kepada Lucas. Aku diancam lucas untuk bertanya kepada Calissa tentang salah satu zat, dan memberitahu dia jawabannya.

Rekaman terhenti sesaat, hanya isakan tangis yang terdengar.
Tolong sampaikan maafku kepada Calissa. Aku tak sanggup jika harus menemuinya lagi, aku merasa diriku tak ada gunanya lagi. Biarkan aku menanggung semua kesalahanku ini, dan kau edmund tolong jaga Calissa untukku. Aku benar-benar teman yang jahat, aku selalu menentang perkataannya, dan selalu berbohong dengannya. Aku tak tahu harus berkata apa, hanya kaulah yang dapat kupercaya. Tolong tangkap Lucas, sebelum ia membunuh kalian berdua. Aku percaya padamu edmund. Maaf hanya ini yang bisa kukatakan , aku tak punya waktu lagi. thanks edmund. Calissa beruntung memilikimu.

Air matanya kembali membasih pipinya, perekam itu ia letakkan diatas meja samping sofa. Tak percaya dan tak ingin percaya itulah yang dirasakannya.

Seperti dihunus pedang, saat mendengar ini semua. Sahabat selama ia di Amerika, inilah alasan ia mati bunuh diri dan..... pengkhianatan. Ia memakai sweaternya, dan menatap kursi roda yang jauh dari sofa. Ia seka air matanya dan menarik selimutnya.

Dengan hati-hati ia turun dari kursi roda. aaah... desahnya saat terpleset turun dari sofa. Sekuat tenaga, ia mengesot menggapai kursi rodanya dan menahan sakit lukanya. Ia mengatur nafasnya setelah sampai di kursi rodanya. Ia genggam kedua pegangan kursi rodanya mencoba bangkit dan duduk di kursi rodanya.

Tengah malam yang sepi, ia menyusuri koridor kantor. Pegawai lain ada yang bertugas jaga malam, atau memang sengaja lembur. Ia terus menyusuri perusahaan itu dengan air mata yang turun dari matanya.

"Calissa... kau ingin kemana?" Tanya seseorang yang baru saja keluar dari ruangannya, peter. Calissa menghapus air matanya dan memutar balik kearah peter. "Bisa kau antarkan aku ke gedung roosevelt yang diperbatasan? gedung kedua?" Ucap Calissa.

Peter menimbang-nimbang dulu, dan melihat Calissa yang sangat depresi. Ia pun mengabulkan permintaannya dan mengambil kunci mobilnya lalu mengantar Calissa ke gedung kedua Roosevelt.

°°°°°

IMUNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang