__ooOOOoo__
%^Chapter 13 – Monologue^%
__ooOOOoo__
Summary :'Semua tak akan sama, tidak akan pernah sama. Ketika punggung saling berhadapan, tak akan ada lagi mata yang saling menatap sekalipun dengan jarak yang dekat' – Byun In Na.
__ooOOOoo__
Helaian angin menembus jendela kamar yang terbuka. Seorang Namja yang tengah terlelap dalam mimpi sibuk merapatkan selimutnya. Enggan untuk bergerak se-inchi-pun dari tempat tidur hangatnya. Pagi hari di akhir tahun membuat tingkat kemalasannya naik ke permukaan. Abaikan para pegawai kantor yang sibuk lembur untuk tutup buku akhir tahun.
Persetan dengan semua itu, yang terpenting adalah selimut yang hangat dan mata yang terpejam tanpa harus ada yang menganggu. Masa bodoh dengan panggilan darurat dari rumah sakit atau mungkin bunyi pesan singkat dari grub chat khusus Direktur di bawah naungan VT Grub yang sibuk menyusun rencana untuk tahun yang akan datang. Tidak ada yang boleh menganggunya pagi ini, ia hanya ingin bercumbu dengan selimut juga kasur hangatnya.
Baru beberapa menit ia kembali terlelap, suara ketukan pintu menariknya kembali secara paksa. Jika saja suara pemanggil adalah pelayannya, bisa saja Namja itu mengumpat dan memaki, sayangnya yang memanggil adalah suara wanita yang tidak pernah bisa ia tentang. Suara ibunya, Byun In Na.
"Baek-ie, ireonayo. Sarapan sudah siap, kau ingin terlambat di akhir tahun?" dengan gerakan malas, Namja yang dipanggil Baekhyun menggaruk kasar rambutnya dan mengusap wajahnya.
"Aku sudah bangun Eomma, sebentar lagi aku akan turun" jawab Baekhyun dengan suara seraknya.
Satu gerakkan kecil, Baekhyun turun dari ranjang dan menuju kamar mandi. Mengambil sikat gigi dan menyikat gigi- giginya yang putih. Tanpa sadar, Baekhyun menatap pantulan wajahnya di cermin. Baekhyun menghentikan gerakkan menyikat giginya. Ia terdiam. Entah kenapa, melihat pantulan wajahnya sendiri kembali mengingatkannya pada dua sosok yang kemarin malam ia temui. Wajah kedua adiknya yang benar – benar ia rindukan.
"Daehyun-ie, Taehyung-ie, bogoshipda" lirihnya.
Lagi, bayang – bayang kenangan masa lalu saat mereka masih kecil terlintar bak film yang sengaja di putar dengan cepat. Semuanya, masa lalu yang menurutnya berawal bahagia namun berakhir dengan tragis. Keluarganya hancur, hidupnya memang tidak hancur seperti drama yang disiarkan setiap minggu. Hidup Baekhyun sempurna, tidak kekurangan bahkan berlebih dan ia masih memiliki ibu sekalipun ada taring di dalam mulutnya.
Baekhyun masih memiliki pegangan sekalipun tangannya akan tergores dan berdarah. Lalu, ia kembali teringat akan Daehyun. Adik tertuanya itu sama sepertinya, hidup dengan layak dengan kasih sayang yang berlimpah. Terlebih, Daehyun tinggal bersama sang ayah yang begitu bijaksana dan berwibawa. Ia sangat yakin jika Daehyun sama sekali tak akan merasakan goresan luka saat berpegang pada ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DNA (December Never Alone)
FanfictionSalju dan Lonceng, dua hal yang paling Kim Taehyung takuti ketika musim dingin datang. Dua hal yang senantiasa mengingatkan masa lalu yang meremuk hatinya menjadi berkeping - keping. 13 tahun yang lalu, mereka meninggalkan Taehyung diantara keramaia...