Ale mengetuk-ngetukkan jarinya di meja kerja mamahnya sambil menopang dagu. Niatnya datang ke apotek mamah nya untuk menghilangkan rasa bosan di rumah, namun kenyataannya dirinya malah semakin bosan hanya berdiam diri di ruangan mamahnya. Ale ingin bantu-bantu, tapi apa yang bisa ia bantu. Melayani pembeli? Bisa-bisa Ale salah memberikan obat.
Akhirnya Ale memutuskan keluar dari ruangan mamahnya. Mengamati pengunjung apotek yang terlihat ramai hari ini. Hari ini banyak orang sakit kali? Batin Ale.
"Eh Alecia sejak kapan di sini?" Tanya salah satu karyawan mamahnya saat melihat Ale.
"Udah lama si tan, tapi di dalem. Ini mau keluar cari jajan." Jawab Ale sambil tersenyum ramah. Kemudian Ale melangkahkan kaki keluar dari apotek sebelumnya ia mengikat rambut panjangnya asal menggunakan karet gelang bekas ikatan nasi uduk yang ia makan tadi pagi.
Ale berdiri, pandangannya menyapu sekeliling. Melihat ramainya dan panasnya kota Jakarta di siang hari. Tiba-tiba Ale menyipitkan matanya saat melihat seseorang yang berada tak jauh darinya.
Ale mendekat, "Kana bukan si?" Gumam Ale. Ale tidak langsung bersuara, ia memperhatikan Kana terlebih dahulu yang sedang berjongkok sambil mengelus kucing jalanan.
"Pushh...push..." Ale tersenyum, ternyata di balik dinginnya Kana, ia adalah penyayang binatang.
"Ka?" Ale menepuk punggung Kana, membuat laki-laki itu sedikit terlonjak laget. Bahkan karena Kana yang kaget, kucing jalanan itu sampai pergi.
Kana memegangi dadanya, "Astagfirullah."
"Kaget ya?" Dengan polosnya Ale melontarkan pertanyaan itu.
"Menurut lo?" Sahut Kana sambil berdiri, ia membenarkan posisi topi yang ia kenakan.
Ale terkekeh, "Ngapain ka di sini?"
"Kakak gue lagi beli obat." Jawabnya datar. Ale hanya ber oh ria.
"Lo ngapain di sini? Mulung?" Giliran Kana yang bertanya.
Ale melotot, "Enak aja! Itu apotek punya nyokap gue asal lo tau." Jawaban Ale membuat Kana sedikit kaget. Dalam hati ia bertanya-tanya yang mana mamahnya Ale.
"Siapa yang sakit? Elo? Apa masih sesek nafas?" Tanya Ale.
"Kepo lu kaya monyetnya dora." Sahut Kana.
Ale terbahak, "Lah si Kana bisa ngelawak juga." Sedangkan Kana hanya memutar bola matanya malas, cewek aneh. Batinnya.
"Kirain di mana." Tio datang menghampiri Kana dan Ale sambil menenteng sekantung plastik kecil berisi obat pesanan Ayu. "Kirain kemana ka, ngapain di sini?" Tanya Tio sambil melirik Ale yang berada di depan Kana.
"Tadi ada kucing." Jawab Kana.
"Ini siapa?" Tanya Tio lagi. Kana tidak langsung menjawab, ia melirik Ale terlebih dahulu. "Temen sekelas gue mas." Jawabnya kemudian.
Ale tersenyum ramah kemudian memperkenalkan diri, "Saya Alecia kak." Tio tersenyum, "Oh temen Kana ya? Gue Tio kakaknya Kana."
Ale tersenyum sambil mengangguk, ternyata kakaknya Kana pun tidak kalah tampan dengan Kana. Namun dia berbeda menurut Ale. Mata Kana sedikit sipit, namun kakaknya tidak. Wajahnya juga menurut Ale tidak mirip dengan Kana. Namun mereka berdua sama-sama tampan menurut Ale.
"Ya udah ayo pulang ka. Eh Alecia kita duluan ya." Tio pamit sebelum berjalan menghampiri mobilnya sambil merangkul Kana.
Ale memandang kepergian kakak beradik itu, Tio terlihat sangat menyayangi Kana.
Sedangkan di dalam mobil Kana diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Tio yang duduk di balik kemudi menoleh memperhatikan adiknya yang diam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't [Complete]
Teen FictionIni hanya kisah Kanaka di dunia bersama para bintangnya.