Kana meneguk habis segelas susu kedelai yang dibawakan oleh mbak Eka. Saat meletakkan gelas kosongnya di meja, Kana melirik Tio di sampingnya yang sedang menikmati sepiring mie goreng. Kana menjilat bibirnya sendiri karena tergiur dengan mie yang disantap kakaknya. Namun sayang, Kana dari dulu tidak pernah diperbolehkan memakan mie instan oleh Ayu karena alasan kesehatannya.
Kana kemudian menoleh, memperhatikan bundanya yang sedang menerima telepon di teras belakang dari pintu kaca.
Kesempatan bagus untuk Kana.
"Mas," Kana menyikut Tio membuat Tio menoleh dan menggerakkan dagunya tanpa mengatakan apapun karena memang mulutnya masih penuh dengan mie.
"Bagi dong mie nya."
Tio mengunyah mienya cepat lalu menelannya, "Mie instan ga baik buat lo."
"Dikit doang mas, lagian makan sedikit ga bakal bikin gue masuk rumah sakit lagi kali," Kana masih memohon, ia benar-benar ingin memakannya. Lagi pula ia hanya akan memakan sedikit, dan ia yakin itu tidak akan berefek apapun.
Melihat wajah memelas adiknya membuat Tio tidak tega. Tio tahu, sejak kecil Kana memang tidak sebebas dirinya yang bisa memakan makanan apapun yang ia inginkan, "Yaudah dikit aja tapi!" Tio menyodorkan piring yang ia pegang pada Kana.
Kana tersenyum lantas menerimanya, "Makasih aaa--
"Dek ini uti mau ngomong sama kamu!"
Sial.
Baru saja Kana membuka mulut dan ingin menyuapkan mie ke dalam mulutnya, Ayu tiba-tiba masuk, membuat Kana buru-buru menyodorkan kembali piring yang berisi mie goreng itu pada kakaknya.
"Kenapa bun?"
"Uti mau ngomong sama kamu," Ayu menyerahkan ponselnya pada Kana kemudian melenggang pergi meninggalkan Kana dan Tio di ruang keluarga.
"Hallo uti?"
"Hallo dek, gimana kabar kamu? Maaf ya uti kemarin ga sempet jengukin kamu, uti lagi sibuk banget sama restaurant."
Kana bisa mendengar nada penyesalan dari neneknya itu, "Iya gak papa ti. Kana baik, kemarin udah boleh pulang." Kana sangat memaklumi kesibukan neneknya yang memilih menetap di Jogja dan membuka restaurant yang sekarang sudah memiliki banyak cabang di Jogja. Untungnya Tias-nenek Kana tidak sendiri mengurus bisnis kulinernya, ia dibantu oleh Ningrum anak pertamanya.
"Tapi kamu beneran udah sehat kan?"
Kana menghela napas pelan, "Iya uti. Kalo belum sehat gak mungkin akunya boleh pulang."
"Alhamdulillah, kalo gitu kan Uti gak kepikiran kamu terus. Oh ya dek, insha Allah dalam waktu dekat uti bakal ke Jakarta."
Kana menyunggingkan senyumnya setelah mendengar penuturan neneknya, "Beneran ti?" Kana senang neneknya akan datang, pasalnya terakhir ia bertemu dengan neneknya adalah dua bulan yang lalu saat dirinya masuk rumah sakit.
"Iya uti kangen banget sama kamu sama mas Tio juga, padahal bunda sering kirimin foto kalian. Tapi kayaknya foto aja belum cukup buat ngobatin rasa kangen uti sama cucu-cucu uti yang ganteng."
Kana terkekeh sebelum menyahut, "Cucu ganteng uti itu namanya Kanaka. Kalo Satrio itu gantengnya dipaksain." Kana melirik Tio yang sedang melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda tadi; makan mie goreng.
"Sama-sama ganteng udah ndak ada yang jelek." Tias terkekeh, "Udah dulu ya dek, uti mau shalat. Kamu baik-baik di sana. Yang manut sama bunda, uti ga mau denger kamu anfal lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't [Complete]
Teen FictionIni hanya kisah Kanaka di dunia bersama para bintangnya.