Tio hampir saja menjatuhkan sebotol air mineral yang ia pegang. Terakhir kali ia meninggalkan Kana di taman rumah sakit. Ia terpaksa meninggalkan Kana sendiri karena lagi-lagi Guntur dan Sarah terus menelponnya, tidak mungkin ia mengangkatnya di depan Kana, dan membiarkan Kana mendengarkan semua percakapannya.
Namun saat Tio kembali sambil membawakan air mineral karena Tio takut jika Kana kehausan, ia malah tidak menemukan Kana di sana. Tio hanya menemukan kursi roda Kana yang masih berada pada tempat semula.
"Bangsat."
Tio berjalan tergesa-gesa menuju kursi roda yang tadinya Kana duduki. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman, namun tidak juga melihat adiknya. Mendadak Tio tidak bisa berpikir jernih, diusapnya wajahnya kasar.
Tio yakin Kana masih belum kuat berjalan sendiri, tubuhnya masih lemah dan lemas. Naik ke kursi roda saja masih harus dibantu oleh Tio. Jadi sangat tidak mungkin jika Kana pergi sendiri tanpa bantuan orang lain.
"Ya Allah dek lu kemana si?!" Ujarnya frustasi.
Tio meremat botol air mineral yang ia beli tadi, "Tante-tante pake nelpon segala si!"
Tio merutuki Sarah yang tadi menelponnya. Karena jika tidak karena harus mengangkat telepon dari Sarah, ia tidak perlu meninggalkan Kana sendiri. Dan berujung Kana hilang seperti sekarang.
"Sampe lu kenapa-napa, mati aja gue!"
"Satrio?"
Tio yang sedang kalap menoleh kaget saat seseorang wanita berpakaian khas perawat rumah sakit menghampirinya.
"Suster Julia." Ucap Tio, ia memang sudah mengenal baik suster Julia. Suster kepercayaan Kevin yang sering merawat Kana tiap kali anak itu masuk rumah sakit.
"Suster liat adik saya ga? Tadi dia duduk di sini, saya tinggal sebentar untuk angkat telpon, ga ada sepuluh menit sus. Tapi sekarang gak ada. Suster tau sendiri kan Kana belum kuat jalan sendiri, tapi sekarang dia gak ada. Pasti ada orang yang nyulik Kana sus!"
Suster Julia tertawa. Tio yang sedang frustasi bahkan hampir menangis karena Kana menghilang dibuat bingung karena reaksi suster Julia. Apa dia seperti bercanda?
"Kok suster ketawa? Saya serius sus."
Suster Julia berusaha menghentikan tawanya, "Kamu lucu banget serius kalo panik gitu yo."
"Tadi saya liat Kana duduk sendiri di sini, karena saya khawatir jadi saya samperin. Trus Kana cerita sama saya, kalo liat kucing jalan ke arah bangsal anak-anak. Dia pengin ngejar, katanya kucingnya lucu. Cuma kan Kana belum kuat jalan sendiri."
Suster Julia kembali tertawa melihat ekspresi panik sekaligus bingung Tio.
"Trus Kana minta saya buat bantuin dia jalan nyari kucing itu. Dan sekarang Kana lagi asik nguyel-ngunyel kucing di sana." Tunjuk suster Julia ke arah lorong rumah sakit.
Mulut Tio menganga sekaligus menghembuskan napas lega, "Ya ampun susssss, saya hampir mau mati tau gak! Kenapa ga bilang dari tadi kalo Kana sama suster?"
"Kamu nya ga ngasih kesempatan saya ngomong." Sahut suster Julia sambil mendorong kursi roda Kana.
"Trus kenapa Kana jalan? Kenapa ga pake kursi roda?" Tanya Tio bingung.
Suster Julia berdecak, "Kamu kakaknya, seharusnya kamu lebih tau! Kana sendiri yang minta dibantuin jalan, saya juga tau gimana kondisinya, muka aja pucet banget. Udah saya bilang pake kursi roda aja biar saya dorongin, Kana nya gak mau, malah ngancem mau jalan nyari kucing nya sendiri. Bisa-bisa berujung di ICU lagi kalo gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't [Complete]
Teen FictionIni hanya kisah Kanaka di dunia bersama para bintangnya.