"Yakin mau bawa mobil sendiri?" Tanya Ayu pada Kana yang sedang mengenakan jaket abu-abunya.
Kana mengangguk, "Mobilnya gak akan lecet bun."
Ayu mendengus, "Bukan mobilnya yang takut lecet tapi kamunya! Telfon mang Didi aja ya?" Ayu menaikkan resleting jaket Kana.
"Lama lagi dong bun, nanti aku telat."
"Ta-
"Udah ah aku berangkat," Kana meraih tangan Ayu lalu menciumnya.
"Assalamu'alaikum." Kana berjalan melenggang keluar setelah mengucapkan salam. Berlama-lama di dalam bisa-bisa dirinya telat berangkat ke sekolah karena harus berdebat dengan sang bunda. Lagi pula tidak setiap hari pula ia membawa mobil sendiri. Karena saja hari ini ayah dan kakaknya harus berangkat terlebih dahulu. Sebenarnya masih ada mang Didi yang bisa datang dan mengantarnya, namun jika ia bisa berangkat sendiri mengapa harus diantar?
Saat sedang fokus-fokusnya pada jalanan di depannya, mata Kana tidak sengaja menangkap sosok perempuan yang berdiri di halte bus sambil terus menerus melihat ke arah jam tangannya. Kana kemudian menghentikan mobilnya tepat di depan halte bus tersebut.
Ale menatap bingung pada mobil yang berhenti di depannya, ia sedikit membungkuk saat kaca mobil itu terbuka dan menampilkan sosok Kana di balik kemudi.
"Eh teman, udah sembuh?" ujar Ale tanpa lupa tersenyum pada Kana. Berharap setidaknya Kana akan balas tersenyum tapi bukan senyum manis milik Kana yang ia dapat, melainkan tatapan tanpa ekspresi dari Kana.
"Nunggu bus?" Tanya Kana. Masih dengan wajah datarnya.
Ale mengangguk, kemudian ia melihat Kana yang sudah berancang-angcang ingin melajukan mobilnya kembali, "E e ehh tunggu! Lo nanya doang? Gak niat nawarin berangkat bareng gitu?"
Kana menautkan alis tebalnya, "Lo mau?"
"Ya kalo lo ijinin mah, ini bus nya lama gue takut telat."
"Naik."
Ale melongo tak percaya. Batu es seperti Kana mengajaknya berangkat bersama? Naik mobil hanya berdua?
"Buru! Ntar telat." Ale terkesiap dan buru-buru membuka pintu mobil Kana, "Iya iya." Tidak ada pilihan lain selain harus menunggu bus yang entah kapan akan datang dan dirinya akan berujung hormat pada tiang bendera karena telat.
Sepanjang perjalanan hanya hening yang terasa. Kana yang fokus menyetir dan Ale yang masih larut dengan pikirannya sendiri. Memikirkan kenapa ada yang aneh ketika ia di dekat Kana. Sejak pertama kali Ale mengenal Kana, ia sudah merasakan ada yang beda. Padahal dirinya adalah tipe orang yang cuek terhadap cowok. Tapi entah kenapa tidak terhadap Kana. Seberusaha apapun ia ingin tidak perduli dengan cowok jakung itu, Ale tetap tidak pernah bisa. Dirinya seolah tertarik oleh magnet yang membuatnya mau tidak mau harus perduli dengan Kana.
"Lo gak mau turun?"
"Eh?" Saking asiknya melamun Ale sampai tidak sadar bahwa kini dirinya dan Kana sudah sampai di parkiran sekolah.
"Udah sampe! Gak mau turun?" Ulang Kana.
"Iya gue turun nih! Galak amat si pak." Ale membuka pintu mobil Kana, namun ia menutupnya kembali dan menoleh ke arah Kana yang sama-sama bersiap untuk turun, "Makasih tumpangannya, sering-sering ya men." Ujar Ale sebelum benar-benar keluar dari mobil Kana.
Ale yang turun dari mobil diikuti oleh Kana mengundang perhatian para siswi yang berada di sana maupun yang sedang melewati area parkiran sekolah tersebut. Tidak diherankan lagi mengingat Kana yang notabenenya salah satu most wanted SMA Bhakti Nusantara sekaligus adik mantan ketua osis yang kini sudah lulus. Banyak perempuan yang menyukai dan mengejar-ngejar Kana, namun tidak ada satupun yang bisa menaklukan hati Kana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't [Complete]
Teen FictionIni hanya kisah Kanaka di dunia bersama para bintangnya.