21. Dia Milik Sahabat

5.4K 575 40
                                    

Pagi ini Kana berangkat ke sekolah bersama Tio, sama seperti kebanyakan hari-hari sebelumnya. Namun ada yang berbeda hari ini.

Tio yang biasanya terkesan cerewet dan bawel sedikit menjadi pendiam hari ini. Bahkan saat acara sarapan pagi mereka, Tio hanya berbicara saat berpamitan dengan Ayu dan Adhi. Kana sendiri dibuat bingung karena sikap kakaknya hari ini.

Biasanya gue yang nyuekin. Kenapa sekarang gue yang dicuekin? Batin Kana.

Ia berkali-kali menoleh pada Tio yang sedang fokus menyetir. Diperhatikannya wajah Tio dari samping, berharap Tio akan menasehati atau memperingatkannya untuk tidak lupa meminum obat seperti bisanya.

"Mas?"

"Hmm."

Biasanya kan gue yang bilang hmm.

"Lo kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Diem mulu dari tadi."

"Gak papa."

Kana menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Bingung ingin mengatakan apa lagi, ia memilih menyandarkan kepalanya pada kaca mobil.

"Gue tau lo lagi ada masalah kan? Tanpa mas ngomong Kana juga tau." Ujar Kana.

"Sotoy! Sejak kapan mas punya adik kayak Roy Kiyosih."

Kana hanya menanggapi dengan dengusan pelan. Ia tahu kakaknya seperti apa. Kakaknya hanya akan diam ketika ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Jika tidak, maka Tio akan jauh lebih cerewet dari bundanya.

"Sampe ka, gamau turun?"

Kana menegakkan kepalanya, melihat ke luar. Ia tidak sadar bahwa sudah sampai di depan sekolah. Kana sudah hendak membuka pintu mobil ketika tiba-tiba Tio menarik tasnya.

"Jangan lupa minum obat."

Kana tidak menjawab dan tidak menunjukkan ekspresi apapun. Ia masih memandang Tio tanpa ekspresi.

"Jangan kecapean, gausah sok ku-

"Ini baru mas Satrio gue!" Potong Kana.

"Siap captain! Kana gak akan lupa minum obat, gak kecapean, dan gak sok kuat." Ujar Kana bersamaan dengan ia membuka pintu mobil.

"Siap siap, pulang sekolah tepar." Gumam Tio. Sedangkan Kana yang sudah keluar hanya menyengir tanpa dosa lalu berjalan memasuki area sekolah.

Di dalam mobil Tio hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tangan kanannya bergerak memijat lehernya sendiri yang terasa pegal. Tugas kuliah yang menumpuk serta satu persoalan baru yang harus ia hadapi cukup berpengaruh pada tubuhnya. Apalagi akhir-akhir ini makannya tidak teratur dan kondisi Kana yang naik turun, sehingga semakin menambah beban pikirannya saja.

🌙🌙🌙

Jam kosong dimanfaatkan oleh Billy dan Arif dengan bermain basket di lapangan. Mereka larut dalam permainan, seolah sedang bertanding sungguhan, Billy dan Arif terlihat seperti musuh. Saling berusaha merebut bola dan mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya. Padahal hanya mereka berdua yang bermain tanpa ada anggota lain.

"Lu ga ikut main ngga?" Tanya Ale. Kini Angga dan Ale duduk bersebelahan di kursi pinggir lapangan, menonton Arig dan Billy yang sedang bermain.

Angga menggeleng, "Lagi males aja."

Ale hanya manggut-manggut. Ia sesekali tertawa ketika Arif terus menyebut Billy dengan sebutan bantet saat bermain.

"Angel kemana?" Angga membungkukkan badannya, meraih tali sepatunya yang terlepas lalu mengikatnya.

I Can't [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang