Ayu terisak di pelukan Tio. Mereka kini sudah berdiri di depan ruang UGD tempat Kana ditangani. Namun sudah hampir satu jam Kana ditangani belum ada tanda-tanda dokter atau perawat keluar dan memberitahukan kondisi Kana, membuat Ayu dan Tio semakin tidak tenang.
"Mas adik kamu," ujar Ayu lirih.
"Kana kuat bun, dia kuat." Tio berusaha menguatkan Ayu, walau sejujurnya dirinya pun sama rapuhnya dengan bundanya. Ia takut ketika Kana tertidur, takut kalau Kana tidak bangun kembali.
Sejak pagi Tio sudah merasakan perasaan yang tidak enak. Firasatnya mengatakan terjadi sesuatu pada Kana, terlebih ketika Kana tidak membalas pesannya. Itu membuat Tio semakin khawatir. Dan ternyata perasaan Tio memang tidak salah, Kana memang tidak dalam keadaan baik. Tidak lama setelah ia mengirim pesan pada Kana, Arif menelponnya dan mengatakan Kana pingsan.
Ikatan batin antara Tio dan Kana memang kuat, sekalipun mereka tidak terikat hubungan darah sedikitpun. Mungkin itu karena mereka terbiasa bersama sejak kecil, dan mungkin juga karena rasa sayang Tio yang begitu besar terhadap Kana.
"Gimana Kana?"
Ayu berhambur memeluk Adhi yang baru saja sampai. Mungkin setelah dikabari Kana kembali collapse, Adhi yang sedang bekerja di kantor langsung meninggalkan kantor untuk menuju rumah sakit.
Adhi membalas pelukan istrinya dengan erat, "Kana pasti kuat!" Ujarnya sambil mengelus kepala Ayu, menenangkan istrinya yang terus terisak di pelukannya. Ia sangat yakin anaknya pasti kuat dan tidak akan kalah dengan penyakit sialan itu. Sudah tidak terhitung Kana berada dalam posisi ini, dan anak itu selalu menang. Kana selalu membuka matanya kembali, walaupun kadang Kana tertidur cukup lama, namun Kana selalu mau bangun demi orang-orang yang menyayanginya. Jadi Adhi sangat yakin Kana pasti tidak akan menyerah, anaknya itu kuat. Sangat Kuat.
Tidak lama setelah Adhi datang, pintu ruang UGD terbuka, menampilkan sosok dokter yang sudah sangat Adhi kenal.
"Anak gue gapapa kan?" Adhi langsung menanyakan keadaan Kana pada Kevin-dokter yang menangani Kana sekaligus sahabat baiknya.
Yang ditanya tersenyum dan menepuk pundak Adhi, "Kana tuh kuat gak kaya bapaknya," Kevin terkekeh sebelum melanjutkan ucapannya, "Gini aja lo mau nangis tuh." Ejek Kevin.
Rasa lega bercampur jengkel menyelimuti Adhi. Lega karena anaknya kembali menang melawan maut dan jengkel karena kelakuan orang yang dipanggil dokter di hadapannya itu. Semua orang tegang menunggu penjelasannya tentang kondisi Kana, ia malah masih sempat bercanda.
"Lu udah jadi dokter, ilangin sifat gila luh!" Ujar Adhi sambil mendelik.
Kevin terkekeh, "Kana udah stabil, tapi dia masih belum sadar. Kalian sabar ya, nanti kalau Kana udah di pindahin ke ruang rawat kalian boleh ketemu." Kevin tersenyum menatap Ayu dan Tio secara bergantian sebelum berpamitan untuk memeriksa pasiennya yang lain.
"Kalian balik ke sekolah lagi gih." Tio menghampiri teman-teman Kana yang berdiri tidak jauh darinya.
"Nanggung banget udah jam segini, gue nungguin Kana aja la." Ujar Angga yang diangguki oleh teman-temannya.
Tio mendengus, "Bilang aja ga mau sekolah lu, pulang aja kalo gitu sana. Gue tau kalian pada capek."
"Kita mau nunggu Kana mas."
"Kana gak papa, besok aja pada ke sini lagi, sanah pada balik." Tio bukan bermaksud mengusir, ia hanya ingin teman-teman Kana itu beristirahat di rumah. Mereka pasti lelah. Membawa Kana ke rumah sakit, lalu berdiri berjam-jam menunggu Kana ditangani. Tio bersyukur adiknya dikelilingi oleh sahabat yang sangat perduli dengannya. Walaupun terkadang sifat mereka sedikit abnormal menurut Tio.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't [Complete]
Teen FictionIni hanya kisah Kanaka di dunia bersama para bintangnya.