"Gue juga nggak tau kenapa gue bisa ngomong kaya gitu ke Kana. Gue benar-benar merasa cewek paling bodoh ngga. Saking bodohnya gue, Kana sampai pergi begitu aja tanpa ngucapin apapun. Kana jijik kali ya ngga sama gue."
Angga terus teringat ucapan Ale kemarin, saat ia tidak sengaja mendapati Ale duduk seorang diri di taman belakang sekolah. Angga bertanya kenapa, lalu Ale menceritakan semuanya pada Angga. Semua, termasuk yang telah terjadi antara dirinya dan Kana.
Angga melirik Kana yang duduk manis di atas kasur, "Ka."
Angga menghela napas saat Kana hanya berdehem, wajah sahabatnya itu terlihat lebih pucat, membuat Angga takut untuk memulai pembicaraannya.
"Kemarin Ale ngomong apa sama lo?" Angga buka suara.
Sebelah alis Kana terangkat, mata hazelnya menatap Angga seolah balik bertanya.
"Di taman sekolah. Ale duduk sendiri di sana, setelah lo tinggalin dia gitu aja."
Kana mulai paham, "Dia cerita sama lo?"
"Lo keterlaluan ka." Ucap Angga.
Kana menegakkan tubuhnya. Kana tidak sempat menjawab karena dengan cepat Angga melanjutkan ucapannya.
"Lo sadar ga si selama ini lo udah ngasih harapan ke Ale? Dengan lo bersikap hangat ke dia, dengan lo sedikit demi sedikit mulai terbuka sama dia, dan dengan banyak waktu yang udah kalian habiskan bersama. Sadar ga sih ka? Cara lo kemarin tuh salah." Angga mengusap wajahnya kasar.
"Gue ga cinta sama Ale." Ucap Kana dengan tenang.
"Bohong!" Sentak Angga.
Tangannya terkepal, emosi yang sedari tadi berusaha ia tahan memuncak kala Kana berdusta. Selama ini Angga selalu mengalah untuk Kana, bahkan selalu berusaha agar Ale dan Kana bisa bersama, karena yang Angga mau adalah melihat sahabat dan orang yang ia cinta bahagia. Banyak perubahan pada Kana saat Ale datang di kehidupannya. Angga bersyukur akan itu. Senyum Kana sangat berharga baginya, karena selama hidupnya Kana sulit untuk tersenyum.
"Seharusnya lo mikir ka, lo ga bego kan? Ale baik banget sama lo, dia peduli sama lo, dan dia ga mandang lo dari fisik doang. Dia cinta banget sama lo! Itu terlihat dari cara dia memperlakukan lo. Ga seharusnya lo sia-siain orang kaya Ale."
"Lo bilang lo ga cinta sama Ale? Bohong! Itu adalah kebohongan terbesar yang pernah gue denger dari mulut lo!" Sambung Angga.
Kana memejamkan matanya sembari menggigit bibir bawahnya pelan karena menahan nyeri dan sesak di dadanya, "Lo cinta sama Ale?" Lirih Kana.
Angga membeku, ia menunduk tidak berani melihat Kana. Angga benar-benar diam dan tidak tahu harus menjawab apa, walau sejujurnya ia memang cinta pada Ale.
"Bener ngga, gue bohong. Gue memang cinta sama Ale, tapi gue terlalu takut untuk mengatakannya." Kana menjeda kalimatnya untuk mengatur napasnya yang semakin pendek, "Gue takut ga bisa bertahan lebih lama. Gue ga tau seberapa lama lagi gue hidup."
Angga mengangkat kepalanya, amarahnya kini berubah menjadi kekhawatiran. Kana terlihat sangat kesakitan, namun dia tetap berusaha untuk melanjutkan kalimatnya.
"Ka," Angga berdiri mendekati Kana membantu Kana untuk berbaring. Namun Kana tidak mau, ia tetap berusaha mempertahankan posisinya.
Kana mencengkram lengan Angga kuat, "Jauh lebih baik kalau Ale sama lo, dia pasti bahagia."
Napas Kana semakin memburu, mulutnya terbuka berusaha meraup oksigen. Sebelah tangannya meremas dada kirinya, dengan tangan sebelahnya lagi masih mencengkram lengan Angga.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't [Complete]
Teen FictionIni hanya kisah Kanaka di dunia bersama para bintangnya.