42. Ungakapan Perasaan

5K 590 65
                                    

"Kanaka!"

Kana tersadar dari lamunannya ketika Ale berlari menghampirinya dengan senyum yang tak pernah pudar dari bibir tipisnya. Kana sudah terbiasa di dekat Ale, ia tidak akan menghindar seperti sebelum-sebelumnya. Karena percuma, Kana pikir takdir yang selalu mempertemukan mereka. Dan takdir juga yang akan memisahkan mereka nantinya.

"Nih!" Ale menyerahkan kotak bekal yang ia bawa pada Kana.

Alih-alih menerimanya, Kana menaikkan sebelah alisnya, "Nasi goreng lagi?"

Ale mengangguk semangat lalu duduk di samping Kana, "Gue ga tau mau masakin lo apa lagi, lo ga boleh makan sembarangan kan? Gue baca di internet juga daging olahan semacem sosis ga baik buat jantung, jadi gue ga pake sosis di nasi gorengnya. Gue kasih suwiran ayam sebagai gantinya."

Kana mengangguk pelan, "Thanks."

Ale tersenyum, melihat Kana mulai memakan nasi goreng yang ia berikan, Ale memilih diam sambil terus memperhatikan wajah Kana dari samping yang merupakan hobi baru baginya. Ale tersenyum. Entah kenapa, Ale sendiri bingung dengan perasaannya setiap kali bersama dengan Kana. Ale tidak bisa mendeskripsikannya, namun tiap kali dia di dekat Kana ada rasa ingin selalu bersama yang tidak ingin ia diakhiri.

"Kana kok lu pucet banget ya."

Bukannya menjawab, Kana malah menutup kotak bekal Ale yang masih terisi banyak nasi goreng, "Gue kenyang."

"Oh iya, gue bikin susu kedelai buat lo. Tapi maafin ya kalo ga enak, ini gue baru pertama kalinya bikin." Ale meringis sambil menyerahkan sebotol susu kedelai yang ia bawa.

Kana langsung meminumnya, namun belum sampai habis, "Manis banget le, gue ga bisa makan yang terlalu manis."

"Lebih tepatnya ga boleh." Jelas Kana.

"Ya ampun, maaf ya ka! Yaudah ga usah diminum, gue beliin air mineral aja ya." Ale sudah berdiri namun Kana menahannya.

"Ga usah, gue makan sedikit doang. Jadi ga seret."

"Bener?"

Kana mengangguk membiarkan Ale yang kembali duduk di sampingnya. Lalu Kana mengambil ponsel di saku celananya dan membuka notifikasi yang masuk.

Mas Satrio:
Kana berangkat sekolah sama siapa? Ayah atau mang didi?

Me:
Ayah

Mas Satrio:
Obat udah diminum kan?

Me:
Udh

Mas Satrio:
Bagus! Jangan aneh" di sekolah, hari ini mas pulang

Kana tersenyum tipis, selama dua hari Tio tidak berada di rumah, selama itulah Kana merasa sangat bosan di rumah. Rumah terasa sangat sepi tanpa hal aneh yang Tio lakukan.

"Kana lo keringet dingin gitu si." Ale kembali buka suara, selain wajah Kana yang terlihat lebih pucat dari biasanya, Ale juga melihat jelas peluh yang membasahi rambut dan pelipis Kana.

"Udah biasa le, ga usah berlebihan." Ujar Kana, sejak bangun tidur tubuhnya memang terasa tidak enak. Dadanya juga terasa nyeri, tapi Kana biarkan karena Kana pikir akan segera membaik setelah ia meminum obat. Namun sampai sekarang dadanya masih terus nyeri dan sesak. Bahkan Kana sampai menggigit bibir bawahnya ketika tiba-tiba dadanya terasa seperti ditusuk-tusuk.

"Sesakit itu ka?" Ale sampai tak tega melihat Kana berusaha menahan rasa sakit untuk tetap terlihat baik-baik saja di depannya.

"Sakit le."

I Can't [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang