Mama mohon. Sekali ini saja Barra. Mama tahu kami salah, oleh karena itu tolong temui kami. Kami akan menebus semua kesalahan kami.
Temui kami di cafe dekat rumah sakit tempat adik angkat kamu dirawat. Atau kami yang akan datang di depan orang tua angkat kamu.
Tanpa sadar Tio meremat ponsel di genggamannya. Dadanya naik turun berusaha menahan emosi bercampur sakit di hatinya. Berawal dari mendapat pesan dan telepon dari seseorang yang mengaku sebagai orang tua kandungnya, yang berusaha Tio abaikan. Hingga akhirnya Tio merasa di terror dengan pesan dan telepon yang diterimanya setiap hari. Tio semakin frustasi kala semua yang dituliskan orang tersebut dalam pesan yang dikirimkan padanya tidak pernah salah. Mulai dari nama aslinya saat di panti asuhan, nama panti asuhan tempat Tio dibuang, bahkan sampai ciri-ciri fisik Tio, semuanya benar.
Jika benar mereka adalah orang tua kandungnya, untuk apa mereka datang di saat Tio sudah bahagia dengan keluarga barunya. Untuk apa mereka kembali mencarinya saat dulu mereka tidak mengharapkan kehadirannya. Tio terlalu sakit untuk mengingat semua kenyataan itu.
Siang tadi mereka kembali menelpon Tio. Memintanya agar mau menemui mereka entah sudah yang keberapa kalinya. Tio ingin menolak, namun mereka megancam akan datang langsung menemuinya. Jelas Tio melarangnya, ia tidak mau menambah beban dan masalah di keluarganya dengan kedatangan orang yang mengaku sebagai orang tua kandungnya itu. Apalagi Kana, adiknya itu baru saja sadar. Bahkan kondisinya masih sangat lemah, masalah ini pasti akan sangat mempengaruhi kesehatannya.
Sekarang Tio sudah memasuki salah satu cafe dekat rumah sakit tempat Kana dirawat. Mau tidak mau Tio memang harus meninggalkan Kana agar dapat menyelesaikan semua masalah ini. Pandangan Tio menyapu seluruh sudut cafe. Menelisik satu persatu pengunjung cafe. Ia bingung, bahkan ia tidak tau bagaimana wajah orang yang menelponnya tadi.
"Barra,
Tio reflek berbalik badan saat seseorang memanggil namanya, ya nama kecilnya saat masih di panti asuhan.
"Barra," panggil laki-laki baruh baya yang Tio yakini seumuran dengan ayahnya itu. Mata mereka saling bertemu, Tio bingung harus bereaksi apa kala menyadari mata mereka memiliki kesamaan.
"A anda siapa?" Tanya Tio gugup.
"Ini papah nak, ini papah. Papah kandung mu! Ayo kita temui mamah kamu, dia sudah menunggu mu sejak tadi."
Tubuh Tio mendadak menegang. Ia mematung di tempatnya berdiri. Jantungnya berdetak dengan cepat, ia tidak tahu harus percaya atau tidak. Apakah laki-laki di hadapannya benar-benar orang tua kandungnya?
"Ayo nak!" Tio membiarkan tangannya ditarik oleh orang tersebut dan menuntunnya pada salah satu meja di dalam cafe.
Di sana Tio dapat melihat seorang wanita sedang duduk, dari gelagatnya wanita tersebut seperti sedang memunggu seseorang. Tio dituntun semakin mendekat, hingga Tio dapat melihat dengan jelas wajah wanita tersebut. Cantik. Sama seperti bundanya.
"Sarah." Panggil laki-laki di samping Tio. Sedangkan perempuan yang dipanggil Sarah itu langsung berdiri dan tersenyum menatap Tio yang masih berdiri.
Tio menahan nafasnya sesaat ketika Sarah tiba-tiba memeluk tubuhnya dengan erat dan terisak. Isakan terdengar begitu jelas, bahkan Tio merasakan pundaknya sudah basah. Dalam pelukan Sarah, Tio hanya diam membiarkan Sarah terus memeluknya, ia masih berusaha mengerti situasi apa yang sedang terjadi.
"Barra, maafin mamah nak. Maafin mamah, hiks...hiks. Mamah tau mamah salah, mamah mohon maafin mamah."
Reflek Tio melepaskan pelukan Sarah, ia mundur beberapa langkah sambil menggeleng pelan, "Anda bicara apa?" Tanya Tio dengan sedikit terbata.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't [Complete]
Teen FictionIni hanya kisah Kanaka di dunia bersama para bintangnya.