47. Harapan Kanaka

5.5K 587 64
                                    

Kana tak henti-hentinya mengembangkan senyum tipisnya sejak menginjakkan kaki di kamarnya sendiri. Entah berapa lama Kana harus mendekam di rumah sakit, Kana tidak menghitungnya, sehingga ia sangat merindukan kamarnya sendiri. Kana mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamarnya, ia kembali tersenyum. Sepertinya mbak Eka tidak pernah membiarkan kamarnya dalam keadaan kotor.

Kana mengucap syukur karena masih diberi kesempatan untuk pulang ke rumah.

Kana melirik meja belajarnya dan mengambil salah satu buku dari sana sebelum naik ke kasurnya. Nampaknya Kana tidak mengindahkan pesan dokter yang menyuruhnya untuk beristirahat sesampainya di rumah. Karena arti istirahat bagi dokter dan Kana berbeda. Istirahat bagi Kana bukan berarti harus tidur sepanjang hari, yang terpenting ia tidak melakukan aktifitas fisik yang membuatnya lelah. Itu arti istirahat bagi Kana.

"Kanaka?"

Kana mengalihkan fokusnya dari buku yang ia baca pada orang yang muncul dibalik pintu kamarnya.

"Kamu tuh ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu tuh ya...bukannya istirahat!" Ayu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ini lagi istirahat bun,"

"Sambil baca buku." Sambung Kana.

Ayu menghela napas kemudian ikut duduk di samping Kana dan mengelus kepala Kana, "Kamu tuh masih lemes, muka kamu masih pucet banget. Istirahat ya."

Kana tidak membantah, bahkan saat Ayu mengambil buku dari tangannya. Tatapan teduh dari sang bunda membuatnya tidak berani membantah perintah bundanya.

"Tapi bun," Kana menatap lurus wajah sang bunda yang tersenyum manis ke arahnya. Senyuman yang sangat indah bagi Kana. Kana memejamkan matanya sembari menikmati usapan lembut di kepalanya.

"Tapi apa?"

"Berapa hari aku ga sekolah?"

Ayu nampak berpikir sebelum menjawab pertanyaan Kana, "Mmm..lumayan lama si dek, hampir setengah bulan."

Kana menghelas napas kasar, "Apa aku bisa naik kelas."

"Pasti naik lahh, kan anak bunda pinter. Inget ga dulu pas kamu masih SMP, kamu pernah ga bisa sekolah lebih lama dari ini kan?"

Kana mengangguk, ia beringsut memiringkan badannya, menenggelamkan kepalanya di leher sang bunda, dan memeluk tubuh ramping bundanya.

"Masa anak bunda yang selalu menyandang juara kelas ini ga naik kelas, pasti naik lah! Kan Kana pinter."

Hanya terdengar dengkuran halus dari Kana. Ayu dapat merasakan hangatnya deru napas teratur Kana. Dengan hati-hati agar Kana tidak terusik, Ayu menurunkan tangan Kana yang melingkar di perutnya. Ayu juga tidak lupa untuk menyelimuti Kana sampai sebatas dadanya. Ia mengecum kening Kana sebelum benar-benar keluar dari kamar Kana, meninggalkan anak itu yang sedang bermain dengan mimpi-mimpinya.

I Can't [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang