Kana masuk ke rumah dengan dipapah oleh mang Didi dan Angga. Ayu yang melihatnya buru-buru mengambil alih Kana dan membawa Kana kedalam pelukannya.
"Kenapa bisa gini hmm?" Tanya Ayu berusaha tenang.
"Ma af." Ujar Kana lirih. Ia benci saat-saat seperti ini, saat dirinya merepotkan semua orang. Saat dirinya membuat semua orang sedih. Dan di saat seperti inilah Kana merasa dirinya tidak berguna.
"Suttttt. Kana ga salah. Kita ke rumah sakit ya?" Kana menggeleng, "Masuk aja. Ja ngan ke ru mah sak it."
Ayu pun menghembuskan nafasnya kasar. Dibantu oleh Angga, Ayu membawa Kana ke kamarnya. Dan setelah itu Angga langsung berpamitan untuk kembali ke sekolah dengan diantar oleh mang Didi.
Sesampainya di sekolah Angga langsung masuk ke dalam kelas yang kebetulan sedang ditinggal oleh gurunya.
"Gimana Kana?" Tanya Billy, padahal Angga saja belum duduk.
"Gitulah batu. Ga mau ke rumah sakit." Ujar Angga, "Eh btw gue sungguh berterimakasih banget sama kalian. Gue gak bayangin tadi kalo gak ada kalian berdua." Angga berterimakasih pada Angel dan Ale.
"Jangan terimakasih sama gue deh. Gue mah ga ngapa-ngapain, Ale tuh yang nolongin mah." Tutur Angel.
"Ngga si Angel gue rasa tadi cuma treak-treak doang deh. Gue tau dia kayak apa." Sahut Billy dari belakang.
"Diem lo bantet!" Sungut Angel.
"Udah-udah, pokoknya gue berterimakasih banget sama kalian. Terutama lo Alecia atau Ale siapapun nama lo, berkat lo Kana ga sampe pingsan."
"Iya elah selow si, cuma kek gitu doang juga." Jawab Ale.
"Tapi gue heran loh, Kana bisa tenang sama lo padahal setau gue ga ada yang bisa nenangin dia selain nyokap nya, bahkan kita aja ga bisa." Heran Arif.
"Nah lu kok bisa nanganin orang yang sesek nafas? Kalo kita si bisanya cuma panik kayaknya." Tambah Billy.
"Mmm..bokap gue dokter." Jawab Ale.
"Ooo pantes. Di rumah sakit mana?" Tanya Angga.
"Bokap gue udah meninggal." Ale menunduk, bayangan almarhum papahnya kembali terlintas di pikirannya.
"Ya ampun sorry sorry bukan bermaksud, tadi gue cu-"
"Udah gapapa. Namanya juga ga tau." Ucap Ale.
Sebenarnya Ale ingin menanyakan tentang penyakit Kana pada Angga, namun ia takut mengingat itu hal yang sangat pribadi. Mengenal Kana saja baru seminggu, masa sudah berani menanyakan hal seperti itu. Tapi entah kenapa, wajah Kana selalu terngiang dalam pikiran Ale semenjak kejadian di gerbang sekolah kemarin. Ditambah lagi dengan kejadian tadi yang membuat Ale semakin penasaran dengan sosok Kana.
🌙🌙🌙
Pulang sekolah Ale langsung menceritakan kejadian yang ia alami di sekolah pada Rikha, mamahnya. Kebetulan Rikha sedang berada di rumah hari ini sehingga membuat Ale bisa bermanja-manjaan dengan mamahnya itu. Mereka sekarang sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil menonton tv. Dan Reza, adik Ale entah sedang membuat apa dengan lego-legonya di karpet.
"Mah tadi ada temen kakak, dia sesek nafas gitu. Tapi kayaknya bukan asma deh, soalnya dia ga punya inhaler. Dia meganging dada kirinya, trus kayak kesakitan gitu. Untung dulu papah suka mraktekin cara nolong orang sesak nafas, jadi aku bantu dia aja. Tapi aku bingung, kira-kira dia sakit apa ya mah?"
"Mana mamah tau kak, mamah mah taunya obat doang." Jawab Rikha. Rikha memang mengerti tentang berbagai macam obat, karena memang dulu dia menempuh pendidikannya dibidang kefarmasian. Rikha juga memiliki beberapa apotek obat yang tersebar di Jakarta. Berbeda dengan almarhum suaminya yang berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't [Complete]
Teen FictionIni hanya kisah Kanaka di dunia bersama para bintangnya.