20. Takut Untuk Mengakui

5.9K 556 64
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi, menandakan kegiatan belajar mengajar di SMA Bhaknus telah berakhir.

Kelas XI-MIPA2 seketika menjadi gaduh, para murid membereskan kembali semua alat tulis mereka setelah memberikan salam kepada guru. Mereka sesekali menggerutu kesal. Bukan kesal karena pulang sekolah, namun kesal dengan guru fisika yang memberikan mereka banyak tugas.

"Kita murid apa kuli bangunan si? Ini sih lebih dari nguli. Ga kira-kira ngasih tugasnya!"

Ale hanya mendengus sambil memasukkan kembali buku pelajarannya ke dalam tas, "Terima aja udahhhhh."

"Lu si enak otaknya encer. Lah otak gue kan kentel!" Sahut Angel. Ia sudah mencangklokkan tasnya di punggung.

"Kentel kek ingus ya?" Ujar Ale sambil melangkah ingin segera pulang dan mengistirahatkan tubuhnya. Matematika dan fisika cukup memaksa otaknya untuk terus berfikir dan berimbas pada rasa lelah.

"Bangsul! Ntar malem kalo udah selesai pr nya gue liat le!" Ale tidak menyahuti teriakan Angel yang masih berada di dalam kelas. Sambil terus berjalan, matanya fokus pada benda pipih yang dipegangnya. Jari lentiknya bergerak lincah memesan ojek online yang bersedia mengantarnya pulang.

Brugh.

"Aww!" Ale meringis memegangi jidatnya. Saking seriusnya dengan ponselnya, Ale sampai menabrak punggung seseorang yang berada di depannya.

"Udah badan kayak tiang listrik pake berenti di tengah jalan si ka!" Omel Ale ketika tahu siapa yang ia tabrak.

Kana hanya menatap malas Ale, "Gue jalan dan lo jalan sambil main hp. Mana yang salah?" Ujar Kana dingin.

"Dih." Ale memasukkan ponselnya ke dalam saku bajunya, "Gue emang main hp, karena gue lagi pesen ojek. Tapi ga seharusnya juga lo jalan kayak siput ditengah koridor. Untung gue yang nabrak, secara gue kan cecan."

"Serah!" Ujar Kana sebelum melenggang pergi meninggalkan Ale yang masih setia mengelus jidatnya.

"Nabrak Kana aja sakit nih jidat. Gimana kalo gue nabrak tembok." Gumam Ale. Tangannya masih mengusap jidatnya dan matanya memandang punggung Kana yang semakin menjauh.

"Ada kali orang begitu. Dingin tapi ga bikin gue menggigil."

Teringat sesuatu, Ale berjalan dengan terburu-buru. Karena insiden tabrakannya dengan Kana, Ale sampai lupa ada seseorang yang menunggunya di depan gerbang sekolah. Driver ojek online.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit dari sekolah menuju rumahnya, sesampainya di rumah Ale langsung memasuki kamarnya. Melempar asal tasnya ke atas sofa dan merebahkan dirinya di atas kasur yang dibalut sprei berwarna baby pink miliknya.

Brakk.

Mata Ale yang baru saja terpejam terpaksa terbuka kembali ketika seseorang membuka pintu kamarnya dengan brutal.

"Kak le! Ke rumah kak Kana yuk!"

Ale langsung bangun dari posisinya, "Ngapain?"

"Nikahin lo sama dia."

Sontak mata Ale membulat dengan sempurna, "Kakak maunya nikah sama Sehun za!"

Kali ini Reza mendengus tidak suka pada kakaknya. Ia berjalan ke arah lemari pakaian milik Ale dan mengambil pakaian Ale dari dalam sana, lalu melemparkannya pada Ale yang masih duduk di atas kasur.

"Gue mau minta ajarin gitar kak. Buruan lu mandi, temenin gue."

"Mager lah za. Kapan-kapan aja ya. Kamu belajar sama temen kamu aja, lagian Kana tuh ga mungkin mau ajarin kamu. Percuma." Ale kembali merebahkan tubuhnya, kepalanya menghadap Reza yang berdiri sambil mencabikkan bibirnya kesal.

I Can't [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang