14. Back To Home

7.7K 592 34
                                    

"Akhirnya mas Kana pulang," ujar Eka girang ketika membuka pintu dan mendapati anak majikannya yang baru saja pulang dari rumah sakit setelah lima hari harus dirawat.

Kana yang digandeng oleh ayahnya lantas tersenyum kemudian mencium tangan Eka-asisten rumah tangga keluarganya yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri, mengingat usia Eka yang hanya dua tahun lebih tua dari Tio.

Adhi menuntun Kana untuk duduk di sofa. Kana masih sedikit lemas, wajahnya pun masih terlihat pucat. Namun bukan Kana namanya jika tidak terus merengek meminta pulang  walau keadaannya belum benar-benar baik. Dan karena hal itulah akhirnya dokter Kevin mengizinkan Kana pulang, dengan syarat harus tetap istirahat dan tidak boleh kelelahan selama di rumah.

"Mau di sini apa mau ke kamar?" Tanya Adhi.

"Sini aja dulu yah," jawabnya dengan kepala yang menoleh ke kanan lalu ke kiri, seperti sedang mencari sesuatu.

"Yaudah ayah balik ke kantor ya? Istirahat, kalo butuh apa-apa bilang sama bunda atau mbak Eka," pamit Adhi sambil mengelus kepala putra bungsunya itu.

"Iya yah,"

"Abis ini istirahat loh ya?" Ujar Adhi sebelum benar-benar pergi.

Kana hanya mengangguk sambil memandangi ayahnya yang sudah berjalan menjauh, lalu menghilang di balik pintu. Kana sendirian, sedangkan sesuatu yang sedari tadi ia cari tak kunjung terlihat wujudnya. Padahal dirinya sudah sangat merindukannya selama dirawat di rumah sakit.

"Ayah udah berangkat lagi dek?" Tanya Ayu ketika melihat anaknya duduk sendirian padahal tadi suaminya yang menggandeng Kana ke ruang tamu.

Kana mengangguk, "Baru aja jalan bun."

Ayu duduk di samping Kana lalu mengelus kepala Kana, "Ayah lagi banyak kerjaan," ujarnya sambil tersenyum, "Istirahat aja yuk di kamar." Sambungnya.

Meong..meong..

Kana sontak berdiri dan menghampiri Panda yang baru saja terlihat. Kucing berbulu putih dengan warna hitam di bagian telinganya itu terlihat nyaman dan tidak memberontak ketika sang pemilik menggendongnya dan mengelusnya dengan lembut. Sama halnya dengan Kana yang merindukan hewan peliharaannya itu, si peliharaan juga sepertinya sangat merindukan pemiliknya.

Ayu hanya geleng-geleng dan tersenyum melihat kelakuan anaknya, "Segitu kangen nya kah?"

"Iya," Kana masih terus mengelus kepala Panda dengan lembut, membuat kucing itu memejamkan matanya. "Panda kok kurusan, mas Tio kasih makannya dikit ya?" Monolog Kana, membuat Ayu terkekeh.

"Udah ka, istirahat dulu. Inget kata om Kevin?" Titah Ayu yang tidak digubris oleh Kana. Anak itu masih sibuk dengan kucing digendongannya.

"Ragil Kanaka?" Geram Ayu.

"Nggehh bun nggehh," sahut Kana sambil menurunkan Panda dari gendongannya.

Mendengar jawaban Kana membuat Ayu tertawa kecil. Melihat wajah Kana yang menuruni suaminya, apalagi matanya yang sipit, membuat Kana terlihat lucu ketika berbicara menggunakan bahasa Jawa.

"Udah ah ayuk ke kamar," Ayu menggandeng Kana, menuntunnya menuju kamar.

"Tinggi banget kamu siii? Udah hampir sama kayak mas Tio." Ujar Ayu ketika ia harus sedikit berjinjit saat hendak mencium kepala Kana.

"Emang mas Tio doang yang bisa tinggi, aku juga bisa."

"Tinggi doang, makan yang banyak dong biar badannya gemukan juga." Ayu membuka pintu kamar Kana, membiarkan anaknya masuk terlebih dahulu.

Kana yang sudah sangat merindukan kasur empuknya langsung merebahkan tubuhnya dan memeluk guling kesayangannya, "Kalo aku gendut nanti ga ganteng dong bun, bulet kaya mang Didi" sahutnya sambil mengeratkan pelukannya pada guling, meluapkan semua kerinduannya karena selama lima hari tidak bisa memeluk gulingnya itu.

I Can't [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang