C

3K 308 14
                                    

I need vote and commnt guys :))
Gomawo 💕

"Kok cuma gue doang sih yang les?!?!" Protes Lisa dengan kesal karena ternyata Hanbin hanya menemaninya dan memperhatikan dia belajar.

"Gue pinter, beda kayak lo."

Lisa mengumpat dalam hati, berusaha fokus pada buku didepannya itu namun nihil. Diliriknya Hanbin yang sedang bermain hape, diam diam Lisa juga mengambil hape.

4ever(4)

lliissaa : Jemput gue dong

lliissaa : kagak betah gue

lliissaa : knp gk ada yg on sih?

lliissaa : gue bom nih gc

Jenjen : lg sama mama shopping

lliissaa : yg lain woy

Yuta : dah depan nih gue

Jenjen : eleh sepik mulu lo yut

lliissaa : masuk ke dalem plzzzz

lliissaa : ada kak hanbin arghhhh

Taeyong : udah sore kalian mau kmn?

lliissaa : lo beneran dh di dpn yut? kok kagak masuk2?

Yuta : depan rumah gue HEHEH

lliissaa : GECE IHH

Taeyong : lah gue dikacangin
read by 1

"Lisa, hapenya ditaruh dulu. Nggak bisa ya 3 jam tanpa hape? belajar dulu."

Lisa mendengus dan menatap balik hanbin dengan tajam. Diletakan hapenya disebelah buku.

"yang jauh taroh hapenya, ntr gak konsen." Tegur gurunya lagi.

"Sir, ntr ada yang telpon. nggak apa ya?"

"Siapa? pacar kamu? sekalian aja ajakin les biar kamu semangat kalo ada pacar."

Lisa menggeleng lalu menyengir lebar, fokusnya sekarang pada buku berisi materi di depannya. Gadis itu tidak bodoh, dia tau Hanbin mengawasi setiap gerak geriknya. Beberapa menit kemudian dering telpon membuyarkan lamuanya.

"Yutaaa!!" Serunya tanpa sadar ketika melihat siapa yang menelfonnya. "Udah di depan ya? masuk aja, ke ruang tamu langsung."

"ini bukan rumah lo bego, gue mana tau sih."

"Samperin kedepan nih?"

Hanbin mengangkat alisnya, menyentuh lengan Lisa. "Ngapain? duduk disini belajar."




Yuta yang baru datang langsung menepis tangan Hanbin. "Nggak usah dipaks gitu dong."

Lisa tersenyum lebar. "Yes penyelamat gue dateng. Mau kemana?"

Yuta tidak menjawab dan duduk disebelah Lisa yang sedang duduk lesehan. "Disini aja, lo lagi les."

Lisa mendelik, memberi isyarat pada Yuta bahwa dia ingin pergi.

"Belajar aja, gue tungguin."

Lisa mendengus, dengan wajah cemberut ia fokus lagi pada buku didepannya.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Hanbin dengan nada dinginnya.

"Bukan urusan lo, Eh bukan ini Lis jawabannya, itu c bukan a."

Lisa menoleh sesaat, "Nggak usah sok tau ih."

"Itu emang jawabannya a Lisa, pacar kamu bener." Jawab gurunya.

"Sir! Dia bukan pacar saya." Jawab Lisa lalu mendengus. Diliriknya Yuta sekilas, "Kok lo tau sih jawabannya?"

"Gue tuh sebenernya pinter, tapi pura pura bego aja biar lo nggk jadi rank terakhir."

K A K A K

"Cepetin Lisa, lelet banget sih lo?" Hanbin berdecak sambil melirik jam tangannya.

"Duluan aja, gue sama Taeyong."

"Kenapa nggak Yuta?"

Lisa yang sedang mengikat tali sepatu jadi menoleh, "Emang kenapa kalo Taeyong? dia juga temen gue."

"Nggak boleh kalo Taeyong."

Lisa melotot kecil, "Lo punya dendam kesumat sama Taeyong ya? sensi mulu kalo ngomongin Taeyong."

"Lo juga kenapa tiap deket gue jutek terus, tapi sama yang lain biasa aja."

Lisa berdiri, "Gue punya motto. Kalo suka deketin, kalo nggk jauhin."

"Jadi lo nggk suka sama gue?"

"Terserah lo mau nyimpulin apa." Balas Lisa acuh dan langsung berlari ke arah mobil Taeyong yang baru saja datang.

K A K A K

Yuta menyerahkan sepiring siomay kepada Lisa. Ditatapnya gadis itu dengan heran. "Itu sambelnya lima sendok, yakin nggk apa?"

Jennie juga ikut heran. Tiap hari mau Lisa makan apa aja pasti isi sambelnya.

"Nih susu, kalo lo haus atau kepedesan" Ucap Taeyong sambil meletakan sekotak susu di meja.

Baru aja Lisa mau makan tapi piring siomaynya lebih dulu diambil.

"Nggak baik buat kesehatan, ini bekel dari rumah dimakan."

Lisa ingin protes namun Yuta malah semakin mendekatkan kotak makan itu.

"Ini lebih sehat,"

Lisa berecak, menatap Hanbin yang mulai menjauh dengan cepat Lisa mengejar Hanbin.

"Kak, gue mau ngomong." Lisa menghentikan Hanbin lalu mengisyaratkan cowok itu untuk mengikutinya sampai di taman belakang yang cukup sepi

"Stop kayak gini kak, gue nggak suka. Gue tau mama gue sama papa lo mau nikah. Tapi hubungan kita cuma sebates kakak adik tiri."

"Gue mencoba bersikap sebagai kakak yang baik."

"Gue bukan anak kecil lagi yang butuh perhatian seorang kakak. Coba lo biasa aja kak. lo selalu Bersikap seolah olah kita emng deket dari lama."

"Kita emang deket, lo lupa? kemana Lisa yang selalu senyum senyum nyapa gue waktu awal sekolah? dimana Lisa yang selalu nyorakin gue dipinggir lapangan kalo lagi tanding basket?"

Lisa menggeleng kecil, "Itu dulu kan, sekarang beda lagi."

"Apa yang beda sih lisa?!?"

"Itu dulu waktu gue nganggep lo kakak kelas biasa. Tapi sekarang lo calon kakak tiri gue."

Hanbin tersenyum kecil, "Bukannya harusnya kita lebih deket?"

"Bukannya sekarang kita lebih deket? gue tinggal di rumah lo, gue sekolah bareng lo. Emang dulu kita sedeket apa? cuma sebatas kakak kelas-adek kelas kan?"

Hanbin terdiam, mereka memang dekat. Tapi entah kenapa cowok itu merasa Lisa menjauhinya atau menjaga jarak dengan dirinya.

"Kita jalanin hidup masing masing aja kak. Nggak usah saling ikut campur satu sama lain." Lisa langsung berbalik pergi meninggalkan Hanbin dengan pikirannya sendiri.

K A K A K  T I R I

[5] Kakak Tiri [Hanlis]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang