"Gue suka sama lo,"
Satu kalimat berjuta arti.Lisa diam, menelan ludahnya gugup. meskipun mendadak, gadis itu sama sekali tidak terkejut, tapi gadis itu lebih memilih menunduk.
Entah kenapa hatinya senang, padahal seharusnya dia menepis rasa itu jauh jauh.
Karna hubungannya dengan Hanbin itu rumit. Bukan hanya sekedar kakak dan adik kelas. Tapi mereka adalah calon saudara tiri.
"Ini serius Lisa. Gue nggak suka liat lo sama Taeyong atau Yuta. Gue bahkan pengen pindah ke kelas lo bair bisa jagain elo."
Lisa meneguk ludahnya kasar. Nafasnya sedikit tercekat mendengar penjelasan Hanbin. Perlahan gadis itu melangkah mundur. Tapi ia masih tidak ingin membuka suara terkait pengungkapan Hanbin tadi.
"Jangan mundur, biar gue aja. Sakit kalo liat lo ngejauhin gue, biar gue yang pergi."
Entah keberanian dari mana tapi Lisa, gadis yang tadi menunduk itu kini perlahan mendekat dan menatap Hanbin datar.
"Nggak usah, tetep gini aja. Gue nggak masalah."
Lisa, gadis cantik yang sekarang memberanikan diri mendekat ke arah Hanbin dan sengaja melupakan fakta bahwa ia harus menjauhi Hanbin.
Detak jantungnya selama ini yang berusaha dia lupakan dan dia pendam kembali muncul dan mengusiknya.
karna sesungguhnya, sekeras apapun dia menjauh. Sekuat apapun tekadnya menjauhi Hanbin atau seberapa besar usahanya tetap saja hatinya menuju cowok itu.
Lisa, gadis itu menginginkan Hanbin. Calon kakak tirinya. Bukan sebagai kakak adik, tapi sebagai pasangannya.
K A K A K
"Udah bro!?"
Sapaan Mino dihadiahi dengusan dan lemparan kulit kacang bekas oleh Hanbin. Cowok itu duduk menyilangkan kaki depan tv.
"Lancar kagak? nanti gue bantuin dah lu berdua jadian. Soal om sama mama Lisa urusan gampang." Mino seakan meledek, cowok itu dengan entengnya melempar sekaleng soda ke arah Hanbin.
"Ini cuma hukuman karna kalah lomba renang sama lo aja, nggk ada maksud lebih." Balas Hanbin tidak mau kalah. Merasa pernyataan yang diberikan tadi tidak dari hati.
Mino menggeleng kecil, membuka tutup kaleng soda lalu meneguk beberapa kali sebelum membuka suara. "Nggak usah dipendem juga. Gue ada Hayi, lo masih jomblo gue jadi kasian."
Hanbin menoleh dan menatap Mino tajam. Memilih diam dan mengabaikan celotehan Mino.
"Tapi beneran, lo cocok sama Lisa." Kata Mino yang membuat Hanbin menoleh dengan tajam, seakan mengerti Mino mengangguk menenangkan.
"Semua karna kalian calon saudara tiri kan? makanya elo kayak gini."
Hanbin berdehem kecil, sedikit gengsi untuk sekedar menjawab 'iya'
"Kalo lo bilang sama Om pasti om ngerti."
Hayi kali ini membuka suara. "Apa lisa suka sama lo juga bin? soalnya dia bilang ada gebetan."
Mendengar pertanyaan Hayi, Mino jadi mengumpat dalam hati dan balik melempari Hanbin dengan kulit kacang miliknya.
"ANJING GUE KIRA KALIAN SALING SUKA!!" Mino mendengus menyadari suaranya terlalu tinggi. Ia berdehem kecil, menoleh ragu ke arah Hanbin selanjutnya menghela nafas panjang sebelum berkata.
"Jauhin kalo emang nggak saling suka. Tapi lo harus tetep berjuang kalo seandainya perasaan lo dibales Lisa."
Kata Mino tegas, entah jiwa kakak atau Jiwa playboynya yang muncul tapi ampuh membuat Hanbin mengangguk kecil. Seakan menurut dengan nasehat mino.
"Jadi... gue harus berjuang?"
K A K A K
Mereka berempat duduk diam dimeja makan. Lisa memilih tempat duduk didepan Hayi, yang membuat dia duduk disebelah Hanbin.
Seenggaknya, bisa menghindari tatap menatap.
"Pernah ke bali kan lis? ada tempat yang pengen lo datengin nggak? biar bisa bagi waktu nanti."
Lisa mengangkat kepalanya, tersenyum tipis ke arah Mino. "Sama mama sih beberapa kali. Gue ngikut aja deh kak."
Mino dan Hayi bersikap seakan tidak tau apa yang terjadi. Bisa hancur liburan mereka kalau sampai perang ketiga muncul.
"Hay, lo bisa masak? gue baru tau, enak btw."
Mino menoleh ke kiri, alisnya terangkat. Dia kenal betul hayi, gadis pipi bulat itu tidak bisa memasak.
"Lisa yang masak, gue mah bisa masak aer sama nasi doang." Jawab Hayi sambil tertawa renyah.
Hanbin mengerjap pelan, ia tidak menjawab lebih jauh. Suasana kembali hening sampai dering hape lisa berbunyi.
Posisi hape itu ada antara dirinya dan Hanbin. Melihat si penelfon membuat Lisa dengan kecepatan kilat mengambil hapenya.
"Habisin dulu makannya," Tegur Hayi saat melihat Lisa bingung harus mengangkat atau mengabaikan telpon itu.
Lisa tersenyum kikuk, "Gue udah kenyang, duluan ke kamar ya kak." Izin gadis itu sebelum melangkah pergi.
Sepeninggal Lisa, Hanbin mendengus kecil.
"Kenapa? liat siapa yang telpon?" Tanya Mino kepo dan sayangnya pertanyaannya sangat tepat.
Hanbin mengangguk lemas, "Yuta," Cowok itu mengaduk aduk makannya, tiba tiba nafsu makannya hilang. "Nggak ada harapan dah, Lisa nggak suka gue."
Melihat Hanbin yang menyerah duluan Mino hanya bisa geleng geleng. Ya kan Mino cuma bantu, kalo soal usaha ya urusan Hanbin.
K A K A K T I R I
jangan lupa vote and comment guys
thx❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] Kakak Tiri [Hanlis]
FanfictionCalon kakak tiri gans? Kalo suka mah pepet. Kalo kagak jauhin Start : 11 may 2018 End :