Lisa turun kebawah, mencari Yuta, tapi tidak menemukan cowok itu. Dia mencari kesekeliling rumahnya tapi Yuta tidak ada. Lisa pergi keluar dan ternyata Yuta sedang bersandar di pintu gerbang rumahnya.
"Kok malah disini? Ayo masuk,"
"Kenapa nyari? Bukannya udah nyaman sama Hanbin?"
Lisa melebarkan mata, tertegun sebentar. Lantas beberapa detik kemudian dia mengerti.
"Yuta...." lirih Lisa pelan. Tubuh jakung Yuta yang ada dekat dihadapannya entah kenapa kini terasa jauh. Lisa dapat merasakan ekspresi Yuta yang benar benar tidak bagus.
"Ayo putus."
Tangan kanan Lisa terangkat memegang tangan kanan Yuta. Tangan kiri gadis itu kini menggenggam tangan Yuta. Memeluk tangan kanan Yuta dengan erat didadanya.
"Please, jangan pergi. Ini nggak bener. Aku bisa jelasin."
"Gue udah lama sadar Lisa. Gak ada yang gak tau hati lo buat siapa. Dari awal gue emang udah tau imposible banget untuk lo ngelupain Hanbin."
Penjelasan Yuta membuat raut wajah Lisa menyayu, gadis itu kini benar benar merasa bersalah. Ditambah kini Yuta menggunakan Gue-lo.
"Menurut lo kenapa cincin itu dua duanya gue kasi ke elo padahal itu cincin couple?"
Kepala Lisa merunduk, namun tangannya masih menggenggam tangan besar Yuta.
"Itu karna kalo gue yang make, itu semakin mengiris hati gue. Semakin gue inget hari itu semakin gue yakin lo bukan untuk gue milikin."
Kini Lisa sekuat tenaga menahan air matanya. Gadis itu kini menempelkan tangan besar Yuta kepipinya, mencium lebut tangan itu.
Bagaimana Lisa benar benar sanggup kehilangan Yuta sekarang? Bagaimana dia bisa bertahan kini tanpa tangan hangat cowok itu menggenggam tangan mungilnya?
"Gue memilih bertahan karna gue nggak mau lo sedih. Gue janji sama diri gue sendiri untuk selalu buat lo bahagia. Dan sekarang, lo udah bahagia tanpa gue. Jadi,"
Yuta memberi jeda sebentar, ia menatap lekat lekat tubuh Lisa yng terus menunduk. Kini, pundak gadis itu bergetat, ditambah Yuta merasakan tangan kanannya basah.
"Jadi, nggak ada alasan gue tetep disisi lo sekarang." Lanjutnya dengan nada datar.
Kepala Lisa langsung terangakat, memperlihatkan bagaimana kacaunya wajah Lisa. Matanya yang memerah, hidungnya yang memerah, dan pipinya yang basah serta air matanya yang terus mengalir turun.
"Jangan, pleas stay with me."
"Hey, untuk apa? Lo sayang gue enggak, cinta apalagi. Lo cuma anggep gue sahabat dan sebuah plester untuk nutupin luka lo sesaat."
Tangan kiri Lisa melepaskan genggamannya. Ia menutup bibirnya untuk menahan isakan. Namun tangan kanannya kini bertautan dengan tangan kanan Yuta.
"Gue bukan perban, gue cuma plester luka. Dan lo udah nggak butuhin gue lagi sekarang. so why do I have to stay by your side now?"
"I will let you go. and you also have to let me go."
"so this is the end of our story?"
"There is never our story, there is only your story and Hanbin. So let me go."
"No, I will hug you so tightly"
Lisa memeluk Yuta, sangat erat. Bahkan lebih erat dari pelukannya untuk Hanbin tadi. Pelukannya kali ini membuat dia mengingat bagaimana eratnya pelukan Yuta saat dia sedih.
Bagaimana pelukan menenangkan dari yuta untuknya. Dan biasanya Lisa tidak akan membalas pelukan yuta.
Tapi kini? Giliran dia yang memeluk Yuta. Mungkin ini pelukan terakhir untuk mereka.
Yuta memejamkan matanya pelan. Menahan dalam dalam rasa ingin memeluk gadis didepannya itu erat erat. Yuta lantas melepaskan pelukan Lisa secara paksa.
Semakin lama Lisa memeluknya maka semakin susah untuk dia melepaskan Lisa.
"Berhenti nangis, lebih baik lo sekarang masuk kerumah. Lupain semua cerita tentang kita yang memang nggak pernah lo inget."
"Lupain gue yang selalu ada buat lo. Lupain semua yang gue lakuin untuk lo. Buang cincin yang gue kasi untuk lo. Buang semua barang barang pemberian gue."
"Gamau."
"Semakin lo kayak gini semakin gue sakit." yuta menarik nafas panjang. Dia mengelus pucuk kepala Lisa dan mengusap pipi gadis itu.
"Bahagia ya sama Hanbin." Kata terakhirnya sebelum berbalik pergi dan melaju kencang dengan mobil sport miliknya.
Kepergian Yuta seakan menghilangkan otaknya. Lisa hanya diam disana, tanpa pikiran apapun, tanpa tenaga. Dan akhirnya dia jatuh terduduk. Pandangannya masih mengarah kedepan.
Berharap Yuta akan kembali dan berkata dia tidak akan meninggalkannya.
"Gue udah kehilangan Hanbin, apa sekarang gue kehilangan Yuta?"
Beberapa detik kemudian gadis itu mendapat pesan.
Yuta : gue balik ke jepang besok, sorry lupa ngasi tau.
Yuta : semoga kenangan yang gue lukis cukup untuk sebagai pengingat bahwa gue pernah hadir di hidup loLisa semakin menangis. Benar benar menangis. Ia merasa kehilangan, sangat merasa kehilangan.
Yuta sudah menjadi kakak baginya, sudah menjadi pacar yang baik untuknya, dan sudah menjadi pelindung.
Tapi Lisa malah menyianyiakan hadir Yuta. Lisa selalu berfikir cowok itu akan tetep diam disisinya apapun yang terjadi.
Tapi Gadis itu lupa, Yuta tetap manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] Kakak Tiri [Hanlis]
FanficCalon kakak tiri gans? Kalo suka mah pepet. Kalo kagak jauhin Start : 11 may 2018 End :