22. I'll Miss U

381 22 0
                                    

Terhitung sudah 30 hari Tya menghabiskan waktu bersama Joe, disaat itu juga Arka tak ada kabarnya.

"Tya, gue mau ngomong sama lo." Bibir Joe bergetar untuk mengucapkan sesuatu yang begitu penting tampaknya.

"Heleh.. Ngomong aja biasanya juga lo langsung ngomong." Tya membalas dengan santai seakan-akan ia tak tau apa yang terjadi.

"Gue mau pergi.." Ucap Joe tersendat. Tya tampak serius menatap Joe.

"Ayo pergi dan gue ikut. Pastinya lo mau ngajak gue jalan lagi kan?" Kata Tya yang senang mendengar ucapan Joe yang belum selesai.

"Gue pergi gak ngajak lo." Singkat Joe menggenggam tangan Tya. "Gue ngelanjutin pendidikan Akmil."

"Uh.. Uhm.. Oh.. Gitu ya gapapa." Jawabnya melepaskan tangan Joe memeluk lututnya.

"Lo sanggup kan? Gue gak bisa tiap hari ngabarin lo." Lirih Joe, berat mengatakan ini untuk Tya. Lagi ia menatap Joe.

"Lo, gak boong kan? Gimanain gue tau keadaan lo?" Tanya Tya yang tampak khawatir.

"Gue serius. Sengaja gue ngajak lo tiap hari selama sebulan karena gue bakal ngejalanin pendidikan selama 4 tahun." Jelas Joe. Tya berusaha tegar untuk mendengarkan kata Joe.

"Dan selama itu kita pisah? Kita gak ketemu? Gak ada saling kabar kah? Dan gue... Gue nanti siapa yang ngajak jalan? Buat gue bahagia?" Lirih Tya, tampaknya shock mendengar kata Joe kali ini. Apa yang akan Tya lakukan selama itu tanpa Joe.

"Tya, tenang. Gue bisa ketemu lo disaat pesiar, sebisa gue bakal ngubungin lo. Gak usah jadi sedih gitu, gue udah pernah bilang kalo lo kangen bisa tatap langit bayangin wajah gue ada disana." Ucap Joe meyakinkan Tya, tampaknya Tya tak tahan lagi mendengar semua itu, sebutir air matanya jatuh membasahi pipinya.

"Disaat gue bahagia lo harus pergi ninggalin gue gitu? Memangnya gue itu apa Joe?! Gue tau selama ini udah jutek sama lo. Tapi please Joe, jangan tinggalin gue." Tya memohon air matanya terus mengalir perlahan.

"Gue gak sejahat itu Tya, dengerin gue. Gue bakal ketemu lo disaat pesiar, dan ngabarin juga. Jadi lo harus tetep tegar gak usah sedih ya." Kata Joe memeluk Tya, isak tangisnya belum juga surut. Ombak berdesir disertai angin pantai di sore hari, Tya masih jatuh di pelukan Joe menumpahkan semua kesedihannya.

"Lo janji bakal nemuin gue kan? Jangan boong lo." Ucap Tya mengusap air matanya.

"Gue gak boong, lo tetep tegar meski cobaan menghampiri lo. Jadilah kura-kura ia berjalan lambat karena ia ingin menikmati setiap prosesnya." Joe menyemangati Tya, agar ia tak terlalu larut dalam kesedihan.

"Harus ya kura-kura? Kenapa gak siput? Kenapa gak kukang?" Tanya manja Tya.

"Ya.. Kura-kura umurnya sampai tua tapi tetap semangat berjalan jauh, lagipula kalo lo diumpamakan siput juga gak mau." Canda Joe.

"Iyalah siput berlendir jijik tau. Gue gak mau kura-kura!" Tegas Tya. Joe sampai kaget mendengar kata Tya.

"Loh emang kenapa?" Bingung Joe.

Tya memegang lengan Joe dan menggosok-gosokkan kepalanya. "Gue mau Joe Satya bukan kura-kura." Manja Tya. Mendengar kata itu Joe mengacak rambut Tya.

"Pulang yuk, nanti dimarahin." Ajak Joe.

"Gue nanya dulu boleh gak?." Tanya Tya.

"Apa sih yang enggak buat yang jutek." Sahut Joe.

"Kapan bakal pendidikan? Dan lo setia sama gue?" Dua pertanyaan itu keluar dari bibir manis Tya.

"Lusa gue berangkat. Gue setia sama lo dan lo jangan nakal selama gak ada gue." Jawab Joe mencubit hidung Tya.

Biar Ku MerindukanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang