33. Day Night

388 27 5
                                    

"Kenapa gelisah sih?! Ini cuma malam biasa aja sama Joe, dia cuma ngajak gue jalan doang!" Rutuknya pada diri sendiri.

Malam dingin menembus tulangnya, mondar-mandir daritadi di dalam kamarnya, gelisah, ragu, resah, atau entahlah apa lagi yang harus diungkapkan perasaannya kini. Joe mengabari Tya tadi sore, hanya itu tak lebih mengingatkan ada kencan dengannya.

Gue jemput lo, jangan keluyuran!

Baru menerima pesan darinya, hatinya merasa berdetak kencang sekali. Apa? Gue gak bakal keluyuran kalo bukan lo yang ngajak! Kesalnya.

Ini malam yang dijanjikan Joe, atau bisa dikatakan bayar hutang, ia pernah berjanji mengajak Tya untuk pergi jalan bersamanya, tapi Tya tak tau kemana ia akan dibawa. Ia melihat hpnya menunjukkan pukul 18.15, belum malam tapi ia sudah bingung sendirinya, menggunakan dress yang tak terlalu ribet hanya sebatas lutut saja, rambutnya dibiarkan tergerai, sedikit polesan bedak dan liptint.

"Akkhhh!!! Joe kemana sih?! Suka banget buat gue gini!"

Tya berjalan mendekati kasurnya dan akan duduk di pinggirnya, namun ketukan pintu membuatnya mengurungkan niatnya. Dengan wajah sembrawutan, ia berjalan mendekati pintu, bibirnya tak henti mengoceh karena perasaannya kali ini, tangannya sudah memegang handle pintu dan saat dibukanya ia berhenti mengoceh menatap seseorang itu.

"Yuk jalan."

Tya tak memalingkan pandangannya walau hatinya sedang gelisah, ia menatap seseorang itu di depan kamarnya berdiri tegap dengan ototnya yang perfect, ditambah kameja putih dan celana pendek beserta ikat pinggangnnya, aroma maskulinnya tercium jelas, seketika ia lupa untuk menarik napasnya.

"Tya? Kenapa?"

What? Gue gak salah denger kan? Tya menarik napasnya sedalam-dalamnya aroma maskulin itu ikut masuk ke rongga hidungnya dan menghembuskan secara perlahan.

"Lo ngapain disini!"

"Ada janji sama lo, dan sesuai janji gue jemput lo."

Hati kesalnya kembali muncul dijawab dengan dingin, ia kembali masuk kamar mengambil clutchnya dan disaat berbalik badan, aroma maskulin itu kembali menabrak penciumannya. Tepat! Orang itu masuk ke kamar Tya, dan Tya menabraknya.

"Lo-  lo- Gila!"

Tya mendengus kesal namun orang itu menarik tangannya dan terpaksa melangkahkan kakinya keluar bersama orang itu.

"Om, Tante, pinjem dulu anaknya ya ada janji kencan!"

"Iya sip!"

Hah? Itu jawabannya? Gak mikir apa?! Gila banget Mama Papa ngasi ijin! Akhhh gue dihipnotis sama orang gila ini!

Dan sampai masuk mobil, Tya tak berkata sedikit pun, terlalu menyimpan rasa kesalnya tapi dibalik semua itu ia menyimpan rasa rindu terlalu dalam.

"Joe! Lo gimana ceritanya sih bisa gini?"

Yup! Joe! Ia terlihat dingin berbeda seperti biasanya yang bawaannya humor dan berakhir romantis, kali ini lebih dingin dari angin malam berhembus bersahutan yang menusuk tulangnya. Tak ada penggambaran senyum sedikit pun darinya, seperti tak ikhlas mengajaknya kencan.

"Turun."

Gitu aja? Gak ada niat bukain pintu kek? Ternyata gue salah pilih cowok! Untung lo gak jadi pacar gue!

Tya turun dan menutup pintu mobil dengan keras melampiaskan kekesalannya, matanya terhenti ketika ia melihat ke arah depan, pantai?

Tak digandeng tangan Tya, membiarkan Tya sendiri berdiri di samping mobil Joe sedangkan Joe sudah berjalan dengan santai memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Tya semakin dibuat marah, ia merasa ingin pulang tapi mana mungkin ia akan berjalan kaki pulang kerumah? Langsung berjalan di pasir putih, tak tersentuh langsung karena ia memakai heels. Gila bukan memakai heels berjalan di pasir putih SENDIRIAN?!

Biar Ku MerindukanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang