Tatap langit, bayanganku selalu disana bersama bintang dan hatiku bersamamu selamanya...
"Apa?"
Tatapannya penuh tanda tanya, tapi yang di tatap malah fokus pada pelayan disana.
"Mba!! Sini!"
"Iya, mau pesan apa?" Pelayan itu memberi daftar menu dan menunggu pesanan dari Joe.
"3 Milkshake, 3 pancake."
"Ditunggu ya Mas.."
Pelayan itu pergi dan kembali Tya fokus pada Joe.
"Apa yang mau diomongin?"
Terdiam, rupanya Joe belum mau berbicara dan menunjukkan sifatnya yang dingin.
Tak ada topik, sore menjelang malam setikar jam 6 di restoran yang menghadap ke arah pantai. Deburan dan anginnya sangat menusuknya, dan lebih menusuk sofat Joe yang tiba-tiba berubah menjadi dingin.
"Joe, kalo gak ada yang diomongin gue pulang ya, gue mau istirahat kan lusa gue mau ke Jerman." Ucap Tya, tapi Joe tetap saja tak menatapnya ia malah melihat keadaan sekitar.
"Lo maunya apa sih? Kalo mau ngomong, ngomong aja gak usah nunda waktu." Lanjutnya, emosinya sudah tak bisa diredam lagi.
"Sibuk? Silahkan pulang."
Wuuussshhhh!!!!
Apa ia bermimpi? Selama ini Joe tak pernah seperti ini, dan kenapa ia malah menjadi berubah? Apa ia benar-benar mengusir atau akting saja?
"Baik, gue pulang, makasih!"
Kasar Tya mengangkat tubuhnya dan perlahan berjalan meninggalkan Joe dan Nadine yang masih duduk disana, rupanya Nadine ikut berlari mengejar Tya disana.
"Tante Tya!!"
Tya tak menoleh sedikit pun, hatinya seakan-akan remuk dengan sifat dingin Joe.
"Tante!! Jangan pulang!" Teriak Nadine, Tya pun menghentikan langkahnya dan Nadine memeluknya dari belakang.
"Tante, jangan pulang kita makan dulu disini, Nadine pengen Tante sama Om Joe duduk disana."
Tya membalikkan badannya, memegang pipi Nadine mengusapnya dengan lembut. "Tante harus pulang, Nadine."
"Tapi kenapa? Katanya Tante kangen Nadine? Tapi kenapa Tante pulang?"
Tak mampu tuk berkata, apa yang harus ia jawab? Tak ada alasan yang cocok untuk saat ini.
"Om Joe..."
"Enggak Tante, Om Joe sayang sama Tante, jadi kita duduk dulu disini ya.." Potong Nadine, ia langsung mengajak Tya kembali ke tempatnya semula.
Serasa kaku dan beku mendengar ucapan Joe, serasa petir yang menyambarnya. Mereka duduk kembali di tempat semula dan masih terdiam.
"Makan dulu." Ucap Joe.
"Gak."
Nadine melirik Tya yang menyangga dagunya menggunakan kedua telapak tangannya, dilihat dari wajahnya ia masih sangat kesal dan sesekali untuk memalingkan perhatiannya.
Tiingg..
Dentingan pisau dan garpu dihentakkan secara bersamaan diatas piring, dan mendorong piring itu dengan kasar.
Joe ikut terdiam juga, Nadine melihatnya bingung dan ia tak mengerti sama sekali masalah orang dewasa yang ada di hadapannya saat ini.
"Om sama Tante kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Biar Ku Merindukanmu
RomanceMelalui cara Joe. Tya mulai sadar, jutek itu boleh namun jika berlebihan tidak baik. Tya menyesali perjuangan Joe selama ini, yang dipikirannya Joe hanya laki-laki modus yang ingin mencari perhatiannya. Tya merasa selama ini sudah sangat jutek pada...