29. Daisy Bouquet

314 19 2
                                    

"Tya nanti malam gue jemput lo."

Tya tak membalas pesan dari Arka dan membuang hpnya di kasur, Ia duduk di pinggir jendela menatap bunga dari Joe yang layu.

"Miss you so much Joe." Ucapnya menatapi bunga yang layu itu.

Membuka jendelanya angin sepoi-sepoi menghampirinya, ia menyaksikan sunset dari jendela sinarnya bergitu menyejukkan hati.

"Pengen bareng lo liat sunset." Tya tersenyum mengelus foto dirinya bersama Joe.

Pintu kamar Tya terbuka dan Yoshep berjalan mendekati Tya duduk di pinggir jendela. "Tya?"

Tya menoleh ke arah Yoshep dengan kaget. "Eum? Papa... Tumben.." Sambut Tya tersenyum. "Ada apa Pa?"

Yoshep ikut duduk di pinggir jendela yang cukup besar dan menatap Tya. "Apakah kamu menyukai Arka?"

Lontaran pertanyaan memukul dirinya, sempat tak menjawab pertanyaan dari Yoshep, ia tak tau harus berkata apa.

"Ya... Tya menyukainya.." Paksa Tya tersenyum. Yoshep tak yakin dengan jawaban Tya menyungging senyum.

"Kamu yakin?"

Tya kali ini terdiam menundukkan kepalanya mengelus foto dirinya bersama Joe.

"Dan bagaimana dengan Joe?"

Jleeebbb!! Sukses membuat hatinya sangat remuk. Berusaha tetap tegar ia mengangkat wajahnya dan menatap Yoshep.

"Tya menyukai Arka dan menyukai Joe sebagai teman." Sahut Tya ragu, sangat ragu sekali bahkan beberapa kali. Yoshep menatap wajah Tya menampakkan kebohongan, Tya segera memalingkan wajahnya melihat sunset.

"Papa rasa kamu berbohong." Pekik Yoshep membuat Tya kebingungan. Tya langsung membulatkan matanya dan menggengam erat foto dirinya bersama Joe.

"Pa..." Lirih Tya menatap Yoshep. Ia merasa salah pada Tya karena terlalu egois memaksakan putrinya bertunangan dengan Arka.

"Kamu menyukai Joe bukan?" Kata Yoshep, Tya semakin dibuat skak mat kali ini, raganya semakin remuk diserbu pertanyaan konyol seperti itu.

"Tya, janganlah berbohong. Papa tak pernah mengajarkan kamu berbohong." Pinta Yoshep memegang bahu Tya.

"Tya gak tau lagi Pa... Ini yang buat Mama Papa seneng, Tya harus ngelakuinnya Pa..." Ucapnya sedih hampir air matanya jatuh, Yoshep mengusapnya.

"Tya, kamu bisa menolaknya, Papa kira kamu menyukainya dan malahan kamu menyukai Joe. Papa minta maaf sama kamu, buat kamu sampe depresi. Kalau kamu ingin membatalkan pertunangan ini Papa bisa bantu Tya." Ucap Yoshep serius menatap Tya, Tya semakin menjatuhkan air matanya membasahi foto yang ia genggam kuat.

Yoshep melihat foto yang Tya genggam, dan mencoba mengambilnya, Tya melepaskan genggaman erat dari fotonya dan terisak sedih tangisannya. Yoshep memandangi fotonya dengan dalam, merasakan bahwa anaknya sangat bahagia dengan Joe, tapi Yoshep merasa dirinya gagal membuat anaknya bahagia.

"Papaaa... Papa please.... Jangan marahin Joe lagi... Please pa..." Lirih Tya terus menangis, Yoshep melihat Tya dan memberi fotonya lagi. Yoshep memeluk Tya dengan erat Tya semakin menangis dipelukan Yoshep.

"Papa ngerestuin kamu dengan Joe."

Isak tangis Tya semakin menjadi antara senang dan sedih semua campur aduk, ia mengeratkan pelulannya sebagai ungkapan terimakasi. Sore yang membuat dirinya dilema, sinar sunset menguatkan dirinya agar tidak mudah rapuh.

Bunyi pintu terbuka, berdiri Resha di ambang pintu dan terdiam diri. Mereka berhenti berpelukan, Tya berdiri dan memeluk Resha. "Mamaa....." Lirih Tya mengeratkan pelukannya.

Biar Ku MerindukanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang