Chapter 6

358 44 0
                                    


Kebenaran

Semua orang menutup mata mereka dengan tangan menghalau kilauan cahaya yang sangat terang.

Semua kabut hitam yang menyelimuti rumah itu dari dalam dan luar tenggelam akan kilauan cahaya dari Karin. Perlahan cahaya itu perlahan-lahan meredup. Membuat Karin mendadak ambruk.

Ichi dan Hiro kaget melihat apa yaang terjadi. Semua orang yang sakit dalam rumah itu bangun dari kasurnya dengan wajah berseri-seri. Raut wajah mereka tampak bersinar tidak seperti sebelumnya yang pucat paci.

Ichi memandang ke arah Karin yang pingsan di depannya.

" badanku,, benar-benar ringan, aku bisa merasakannya.. " ujar Pria tua yang tadi. Ichi bergegas mengangkat tubuh Karin yang terkulai.

" apa yang terjadi Paman..? " tanya Hiro

" tubuhku... aku sembuh,, aku sembuh.. " serunya dengan girang.

Semua penduduk meneriakkan kata yang sama. Bahwa mereka tiba-tiba merasa sehat kembali.

" Ichi,,, apa yang terjadi,,? " tanya Hiro

"  Apa mungkin kau tahu apa yang sedang kupikirkan,,? " jawab Ichi seraya memandang Karin yang ada dalam gendongannya

"Jangan bilang dia... " ujar Hiro tak percaya.

" sebaiknnya kita harus membawanya pulang untuk memastikan, katakan pada penduduk tentang hal yang barusan terjadi jangan dibicarakan ke semua orang ini bisa menjadi malapetaka bagi desa " pinta Ichi dengan serius

" baiklah, kau kembalilah duluan, aku akan mengatasi yang di sini. " sahut hiro.

Ichi pun berjalan keluar dengan sedikit berlari membawa Karin di gendongannya. Ia tampak harap-harap cemas  pada pikirannya.

Yang bisa ia pikirkan kembali ke rumah secepatnya. Ia menendang pintu rumah dengan keras membuat Akina dan Zero yang di dalamnya tersentak kaget.

" apa yang kau lakukan,,? " teriak Zero

" ada hal penting yang harus kau tahu Zero, Akina tutup pintu dan semua jendela di rumah, sebentar lagi Hiro akan balik menyusul " teriak Ichi dengan cemas

"  ada apa Kak? " tanya Akina dengan bingung

" sudah, ikuti apa yang aku katakan.." hardik Ichi dengan keras. Membuat Akina dan Zero tercengang. Ichi tidak pernah seperti ini sebelumnya

" kenapa kau berkata seperti itu pada Akina, Ichi Hah,,? " teriak Zero dengan keras

"  Dewi Lien sudah muncul.." jawab Ichi dengan nada bicaranya yang normal.

Mendengar hal itu raut wajah Zero dan Akina berubah. Akina segera berjalan mengikuti perintah Ichi yang sebelumnya dengan cepat.

"apa maksud dari perkataanmu Ichi..? " tanya Zero dengan tatapan serius.

Ichi hanya memandang ke arah wajahnya Karin yang sedang pingsan. Zero mengikuti arah pandanganya.

"  bawa dia ke kamarnya.." pinta Zero

" baik.. " kata Ichi seraya pergi menuju ke kamarnya Karin meninggalkan Zero yang masih berdiri memantung

"  Akina,, " panggil Zero

" Yaaaa,, " sahut Akina dari jauh

" setelah menutup semua pintu dan jendela berjagalah di pintu bawah untuk menunggu Hiro pulang, jangan biarkan seorang pun masuk kedalam.." teriak Zero

" Baiklahhhhhh... " sahut Akina lagi.

Zero berjalan menaiki tangga menuju lantai 2 tempat Karin berada. Ia segera menuju kamar Karin yang sedang terbuka. Menatap Ichi yang sedang duduk di ujung kasur di samping Karin yang terbaring.

" Apa maksudmu dengan Karin adalah Dewi Lien? " tanya Zero

"  Karena ia bisa melihat kabut hitam yang bisa kau lihat juga tapi tidak untuk kami..." tutur Ichi dengan lirih

" Lalu...? "

" seberkas cahaya keluar dari tubuhnya dan membuat semua penduduk desa yang sakit menjadi sehat kembali. Walaupun awalnya aku sudah curiga ketika ia gemetar ketakutan melihar rumah itu dari luar ".Ichi berusaha memaparkan semuanya pada Zero termaksud ketakutan Karin. Zero hanya menghela nafas mendengarnya

" jika memang seperti itu kita harus menjaganya.." kata Zero

" baiklah jika itu perintah Yang mulia.." jawab Ichi.

Terdengar langkah kaki yang berlari-lari menaiki tangga. Terlihat Hiro dan Akina yang sudah berdiri di ambang pintu kamar Karin. Hiro tampak ngos-ngosan.

" apa yang terjadi? Mengapa Akina menyebutkan nama Dewi Lien " tanya Hiro dengan nafas tersenggal-senggal

" lebih baik kau mengatur nafasmu sebelum bertanya.." kata Zero.

Hiro berusaha berdiri dengan tegak dan menarik nafas dengan normal beberapa kali

" Apa maksud kalian Karin adalah sang Dewi..?" tanya Hiro. Semuanya hanya diam

" ayolah katakan padaku, aku tahu aku juga melihatnya ketakutan dan mengeluarkan cahaya aneh..? "  tanya Hiro dengan penasaran

" kau benar.." jawab Zero

"  benarkah? Akhirnya kita menemukannya.." ungkap Hiro dengan girang. Melihat ekspresi Hiro yang bahagia. Zero dan Ichi memandang hiro dengan masam

" apa yang kau sorakkan Hiro,,? " tanya Ichi

" bukankah kita menemukannya, itu kan hal yang bahagia.." jawab Hiro.

" dasar Kakak Bodoh,,, " pukul Akina pada Kakaknya "

" Auww,, apa yang kau lakukan,,?  " tanya Hiro tidak terima dengan pukulan Akina

" Jika Dewi Lien muncul kegegelapan akan semakin menyebar, kehadirannya menjadi ancaman untuk Raja Theo, mengapa kau melupakan hal itu,,? " Kata Akina dengan kesal. Ia kesal melihat Kakaknya bersikap heboh di saat tidak tepat.

" Lalu, apa yang akan kita lakukan, cepat atau lambat keberadaanya akan diketahui,,?"

" aku rasa untuk sementara waktu, aura keberadaanya belum begitu terasakan, aku akan membawanya dan mengajarkannya berlatih mengendalikan kekuatannya. Mendengar penjelasan Ichi, sepertinya ia tidak menyadari kekuataanya tersebut " jelas Zero

" mungkinkah gara-gara itu ia tidak mengingat apapun? dan Dewa menuntunya pada kita? " tanya Hiro

" lebih baik kau jangan banyak bertanya Hiro.. " kata Zero memandang serius ke arah Hiro. Menurut Zero, Hiro terlalu banyak bertanya

" kembalilah kalian semua kekamar masing-masing dan kau Akina siapkan semua perlengkapan untukku dan Karin besok " pinta Zero

" baiklah kak, aku mengerti " kata Akina seraya pergi meninggalkan mereka

"  aku ingin menjaganya di sini.." keluh Ichi.

" lebih baik dengarkan apa yang aku katakan,,, " tatap Zero pada Ichi. Ichi tidak bisa melawan ia hanya menghela nafas panjang dan beranjak pergi meninggalkan Karin dan Zero.

Terjebak (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang