Chapter 8

310 39 0
                                    

Mery

Karin tercengang mendengar Guru Gy berkata bahwa dirinya adalah Dewi Lien Sang Dewi Pengobatan. Tidak mungkin itu dirinya. Ia hanya seseorang yang tersedot kedalam dunia anime. Bagaimana mungkin itu adalah dia.

" Guru Gy, itu tidak mungkin saya hanya orang biasa " ujar Karin. Guru Gy hanya mengggeleng-geleng kepala.

"  Tidak,, itu sebabnya Zero membawamu ke sini "

Karin memandang ke arah Zero seakan meminta jawaban dari mulutnya Zero bahwa yang di katakan Guru Gy adalah tidak benar namun Zero hanya menutup kedua matanya saat Karin memandangnya. Seakan membenarkan jawaban Guru Gy.

" untuk beberapa saat kau harus tinggal di sini untuk melindungi Auramu dari Raja Theo dan belajar mengendalikan kekuatanmu " ujar Guru Gy

" Tapi Guru..."

" Tidak ada penolakkan, kau harus tinggal di sini, jika kau berada di luar desa, Raja Theo dan pasukannya akan menemukannmu dan semua harapan orang-orang yang menunggu kedatanganmu akan sia-sia " jelas Guru Gy

" Mery.. " panggil Guru Gy pada seorang anak perempuan. Anak perempuan itu mendekat pada Guru Gy

" Kenalkan ini Cucuku ia akan melayani Dewi selama di sini "

"  suatu kehormatan dapat melayani anda Yang Mulia.." hormat Mery pada Karin. Karin merasa Kikuk di perlakukan seperti itu.

" Panggil saja Karin,,," ujar Karin

" baik Dewi Karin.. " jawab Mery

" Karin saja.. " balas Karin

" Tidak,, saya harus tetap memanggil anda dengan Dewi Karin " ungkap Mery bersikeras

" baiklah kalau itu maumu " kata Karin

" Mari saya antar ke Kamar Dewi,," ajak Mery pada Karin.

Mery membawa Karin pergi meninggalkan Zero dan Guru Gy. Karin hanya menatap Zero seraya pergi. Seakan berharap Zero akan mencegahnya pergi.

" Jadi apa yang harus kita lakukan Guru? " tanya Zero

" Besok kita akan melatihnya.."

" Lalu setelah itu .."

"  Sesuai ramalam perang akan terjadi " jawab Guru Gy dengan datar.

" Aku Yakin dengan kekuatanmu dan kedua temanmu dan sang Dewi kita akan mengalahkan Raja Theo, aku akan menyembunyikan Aura keberadaanya agar Raja Theo tidak menyadarinya "

" Baiklah Guru saya percaya padamu " ujar Zero

Mery membawa Karin ke sebuah kamar yang sederhana, walau tak semewah kamar milik Akina di desa Forks.

" Dewi, istirahatlah sebentar perjalanan Dewi pasti sangat melelahkan.. " ujar Mery

" Ah, iya makasih banyak Mery "

"  Anu,,, Dewi " panggil Mery

" Ada Apa..? "

" bolehkah aku duduk disini menemani anda? "

" hehe, tentu saja aku tidak keberatan.. "

" benarkah? Kalau begitu bolehkah aku mendengar kisah hidup anda dan pertemuan anda dengan sang Kesatria Zero ? " tanya Mery dengan Mata berbinar-binar.

Karin hanya menunduk raut wajahnya yang sebelumnya cerah menjadi muram. Membuatnya kembali mengingat kejadian sebelumnya. Tidak mungkin ia menceritakan itu pada Mery. Ia hanya menghela nafas panjang

" Maaf Mery, aku tak mengingat kehidupanku sebelumnya aku hanya ingat saat di temukan oleh Akina pingsan di Hutan Forks dan di bawa olehnya "

" Begitu ya," raut wajah Mery sedikit kecewa

" Lalu apa Tuan Zero jahat padamu? " tanyanya lagi

" Mm,, jahat tidak tapi ia sangat dingin " ungkap Karin mengingat sifat Zero

" hahaha,, sudah ku duga ia selalu seperti itu, ia selalu bersikap dingin makanya tak ada wanita yang berani mendekat Hahaha " ujar Mery dengan tertawa. Membuat Karin juga ikut tertawa memikirkannya

"Apa itu sangat Lucu...? " tanya Zero yang tiba-tiba saja berdiri di depan pintu. Ia menatap tajam ke arah Mery dan karin

" Ah,,  itu ..." kata Mery dengan Gugup

" sepertinya Kau sangat peduli denganku Mery, jadi lebih baik kau ku jadikan istriku saja bagaimana? " tanya Zero dengan dingin

" Ak,,, Aku tidak mau jadi istrimu, lebih baik kau sama Dewi Karin saja.." balas Mery dengan grogi. Raut wajah Karin memerah mendengar perkataan Mery

" Kau tidak cemburu..? " goda Zero pada Mery

" untuk apa cemburu Lebih baik cemburu sama Kak Ichi ia sangat ramah pada semua Wanita jika ia datang aku berani bertaruh seluruh Wanita di desa akan berkerumun padanya " ujar Mery dengan nada meledek

Zero hanya tersenyum dengan Kesal lalu memukul daun pintu dengan sangat kuat.

Membuat Karin dan Mery kaget bukan main. Sepertinya kata-kata Mery membuat darah Zero menjadi mendidih. Pandangan matanya berkilat-kilat

" Ak...Aku.. mau pergi Kakek sepertinya memanggilku, sudah dulu ya dewi jika butuh sesuatu panggil saja, aku akan datang " kata Mery seraya berjalan mendobrak Zero yang berada di depan pintu dengan tampang kemarahan.

Ia sadar ia sudah membangunkan Harimau yang sedang tidur. Karin bingung harus berbuat apa. Baru kali ini ia melihat wajah Zero yang menahan amarah.

" Karin,,, " panggil Zero

"Ahh, Iy,,iya "

" istirahatlah, jika butuh sesuatu aku ada di kamar sebelah " ujarnya seraya pergi meninggalkan Karin.

Terjebak (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang