Chapter 14

254 35 2
                                    

Jalan keluar

Karin tak menyangka akan perasaan Zero padanya. Sikap Zero yang dingin padanya membuatnya tak berpikir bahwa Zero akan mencintainya. Di tatap Zero hingga kedua manik mata itu bertemu

“ Ada apa..? ” tanya Zero pada Karin yang terus menatap wajahnya

“ entahlah, hanya saja aku tak menyangka sikapmu yang dingin itu bisa  mencintaiku ” jawab Karin

“ Lalu bagaimana denganmu..? ” tanya Zero mengakat dagu Karin mendekat ke wajahnya. Membuat wajah Karin berubah menjadi merona

“ Aku tak tahu, aku merasa jauh saat kau tak bersamaku..” ucap Karin dengan Lirih. Membuat Zero gemas melihatnya. Hingga ia kembali mendaratkan ciumannya pada bibir Karin.

Ia melumat bibir tipis Karin seraya melampiaskannya hasratnya pada ciumannya. Karin memegang erat lengan baju Zero dengan kuat.

“ Apa semua baik-baik saja..? ” tanya Karin

“ Aku akan melakukan yang terbaik untukmu ” jawab Zero dengan mantap

“tangan kananku serasa agak panas sejak meninggalkan Istana ” ujar karin seraya menatap tangan kananya. Zero meraih tangan Karin dan menatapnya sesaat.

“ ia benar-benar mengikatmu.. ” gumam Zero

“ Apa maksudmu..? ”

“ ia menanamkan tanda di pergelangan tanganmu.. semakin jauh kau Dari Kerajaan Thor semakin kuat ikatan itu membelenggumu tipuan 2 minggu hanya bualan saja ” ujar Zero dengan dingin

“ Jadi ia memang tak ingin melepasku ” keluh karin

“ Bersabarlah, aku yakin Hiro dan Ichi akan segera menyusul kita, aku sudah meninggalkan surat pada mereka dan semau kosenkuensi yang akan terjadi pada kita. ”

“ Aku mendengar Raja akan melayangkan perang pada Kerajaan Leigar..”

“ Aku tahu..”

“ Aku akan pergi menemui Guru Gy, saat Ichi datang ke sini untuk menjagamu tinggalah bersama Ichi dan Hiro kau akan aman di sini.. ”

Beberapa hari kemudian Ichi dan Hiro tiba di perbatasan. Mereka telah membaca  petunjuk yang di berikan Zero pada mereka.

Zero menceritakan semua yang terjadi kecuali hubungannya dengan Karin.

“ Aku mengerti Tuan, kami akan menjaga Karin dengan nyawa Kami ”sahut Ichi.

Zero berpamitan pada Karin. Dan segera pergi memacu kudanya ke Desa Mido bertemu Guru Gy. Perjalanan itu akan menghabiskan banyak waktu.

“ Karin, apa kau baik-baik saja..? ” tanya Hiro

“ harusnya aku yang berkata seperti itu, ayo berbaringlah aku akan menyembuhkannya” pinta Karin

“ Aku sudah baikan, kau tak perlu mencemaskanku ” tolak Hiro.

“ Ichi bantu aku..” pinta Karin. Ichi membantu Karin menahan Hiro yang memberontak.

Karin memaksa menyentuh dada Hiro. Ia menutup mata dan mengeluarkan seberkas cahaya dari telapak tangannya. Bekas luka pada dada  Hiro perlahan-lahan menghilang tanpa jejak

“ Kau benar-benar Hebat Karin.. ” Puji Hiro. Ia melihat bekas didadanya telah menghilang

“ harusnya kau tak perlu menolak jika ku minta.. ” sanggah Karin dengan tersenyum

Saat malam tiba Karin duduk di luar mengamati bintang di langit malam.

Ia tak menyangka bahwa ia bisa mengamati bintang didunia virtual seperti ini. Bintang- bintang  itu tidak kalah indah dari dunia nyata.

“ Apa itu indah..?” tanya Ichi yang tiba-tiba hadir di samping Karin

“ Iya, langit sangat indah, di mana Hiro? ” tanya Karin

“ ia sudah Tidur.. ”

“ Oh..”

“ Karin..” panggil Ichi

“ Ya..”

“ Aku tak tahu kalau Zero dengan berani menjemput di istana Raja Theo seorang diri ..” tutur Ichi dengan lirih.

Karin hanya bergumam menggangukkan kepala.

“  Apa kau bahagia saat ia menjemputmu pulang..? ” tanya Ichi dengan Lirih. Karin mulai paham arah pembicaraan Ichi, sepertinya ichi menyimpan sesuatu di balik pertanyaanya.

“ Aku senang ia menjemputku dari Raja Theo yang jahat itu..”

“ Apakah kau senang jika itu aku bukan Zero..” tanyanya lagi

“ Tentu saja, aku senang jika kalian bertiga menjemputku bukankah kita berteman banyak waktu yang telah kita habiskan bersama ”

“ Oh.. begitu ya. Karin..” panggil Ichi kembali

“ Aku ingin membatalkan tanda pertemanan kita..” ujarnya dengan lirih

“ App...Apa maksudmu ichi..? ” Karin kaget mendengarnya

“ Aku tak bisa berteman denganmu..”

“ Apa aku berbuat salah padamu..? ” tanya Karin dengan raut wajah sedih. Ichi hanya menggeleng

“ tidak bukan itu...”

“ Lalu..”

“ aku ingin lebih dari pertemanan itu.. ”

“ Ichi, aku tak mengerti..” jawab Karin.

Ichi memegang wajah Karin dengan lembut pada kedua tanganya didekatkan wajah Karin padanya.

Suara nafasnya sangat terjelas di telinga Karin. Sedetik kemudian Ichi melayangnkan bibirnya pada Karin.

Mata Karin menjadi membulat besar dengan sentuhan Ichi. Sedetik kemudian ingatannya kembali pada Zero yang sebelumnya menyatakan perasaannya. Karin tersentak mendorong dada Ichi. Dan bergegas masuk kedalam rumah.

“ Apa kau malu padaku Karin..? ” gumamnya dengan tersenyum

😆😆😆

Terjebak (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang