Aku membetulkan posisi tidurku untuk yang keempat kalinya. Ya, aku nggak bisa tidur lagi. Pikiranku penuh dengan kejadian tadi yang diulang-ulang. Aku tidak tenang.
Aku harus menceritakan ini pada seseorang. Tapi siapa?
Bunda? Bunda sibuk kerja.
Violet? Susah deh cerita sama Vio.
Febby? Ya, Febby!
Febby kan pernah bertanya padaku tentang 'cowok terganteng'. Ku rasa aku telah mendapatkan jawabanku.
Tapi aku tidak begitu yakin. Entah kenapa perasaan tidak enak langsung menyelimutiku. Ah, lupakanlah. Aku akan menceritakan ini pada Febby besok.
***
Hari ini aku memakai jaket coklatku ke sekolah. Ya, akhir-akhir ini memang sering hujan. Tak aneh jika cuaca menjadi lebih dingin.
Aku baru akan memakan roti bakarku ketika aku melihat Bu Sari berjarak 5 langkah dari kelasku. Dengan sigap, aku memasukkan kembali roti bakarku dan mengambil buku-bukuku.
Bu Sari memang tidak suka melihat muridnya yang belum siap belajar pelajarannya. Apalagi jika murid itu memegang makanan. Huft, untung aku tepat waktu!
1 jam, 2 jam, 3 jam telah lewat. Sekarang adalah waktunya istirahat yang kedua. Aku melirik Febby. Sepertinya ia tidak memberikanku sinyal 'ayo ke kantin'. Aku pun mencoleknya lalu Febby menoleh.
"Kenapa, Ngga?" tanyanya.
"Lo inget nggak, waktu itu lo nanya ke gue tentang cowok terganteng-cowok terganteng gitu deh," ujarku dengan dahi mengkerut.
Febby tampak berpikir. "Oh, yang tentang cowok terganteng di kelas atau angkatan itu ya?" tanyanya.
"Ya, exactly!" seruku.
Febby tampak tertarik. "Jadi lo udah tau jawabannya?"
Aku mengangguk. "Siapa? Siapa?" tanya Febby.
"Err.. Lo dulu," jawabku.
"Nggak mau! Lo dulu," elak Febby.
Tiba-tiba jantungku berdetak 2 kali lebih cepat. "Jangan-jangan! Lo aja duluan!" seruku gugup.
"Ya udah, tapi lo janji ya bakal ngasih tau gue?" tanya Febby mengangkat kelingking kanannya.
Aku menautkan kelingkingku dengannya. "Janji," ucapku.
"Menurut gue.."
Aku memasang telingaku lebar-lebar. Penasaran juga tipe orang yang seperti apa yang Febby suka.
Febby menghela nafas. "Zafran."
Mataku melotot tidak percaya. Nafasku tercekat. Tadi Febby bilang apa? Zafran?!
Aku terdiam. Sementara Febby sibuk mengoceh tentang.. Zafran.
"Nggak tau kenapa Ngga, gue ngerasa gimana gitu tiap deket dia. Gue sadar, kalo gue suka sama dia!"
Badanku semakin melemas. Setiap kata dari curhatan Febby membuatku lesu. Aku nggak menyangka kalo kita menyukai orang yang sama. Aku bingung. Apa yang harus ku lakukan?
Tujuan awalku kan untuk menceritakan masalahku, tapi yang ada bertambah masalahku.
Aku bingung. Aku menyesal. Harusnya dari awal aku nggak usah berniat buat nyeritain ini ke Febby. Sekarang gimana? Apa yang harus aku katakan?
"Jadi jawaban lo apa, Ngga?" tanya Febby.
***
"Jadi jawaban lo apa, Ngga?" tanya Febby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intricate
Teen FictionSemua berawal dari tatapan matamu waktu itu. Tatapan mata yang sulit dideskripsikan. Tatapan mata yang membuat kita dekat seperti saat ini. Semua berjalan baik-baik saja, hingga sebuah fakta datang padaku. Sebuah fakta yang ku akui, menyedihkan. Seb...