maaf chapter ini gue re-publish soalnya yang sebelumnya error gitu. votes and comments lagi gapapa ya?:) maaf sekali lagi yaa!
***
Hari ini aku berangkat pagi ke sekolah. Nggak tau lagi kesambet apaan bangun pagi gini. Bangun jam 3, dan berangkat jam 5. Yah, aku kapok nggak mau dihukum sama Pak Sofyan lagi. Fyi, tasku hari ini jauh lebih berat dari yang kemaren. Bisa pingsan nggak bangun-bangun aku nanti.
Sekitar pukul 06.00, aku memasuki kelas yang ternyata udah lumayan rame. Susah ya sekolah di sekolah yang anak-anaknya disiplin. Masih pagi-pagi buta gini udah pada dateng? Salut. Dari kecil aku sekolah di sekolah swasta. Jadi mau telat juga bodo amat. Bahkan nggak bawa tas juga gak ada yang peduli.
Dengan ramah aku menyapa temen-temen di kelas. Tetapi ketika aku menyadari ke tidak hadiran seseorang di kelas membuatku sedikit lesu. Ya, Febby Zendiana, bisa dibilang temen sebangkuku yang seru dan lucu. Namanya keren, minta dibetak. Dia sepupunya temen SMPku, Dhisa. Dia orang yang aku kenal banget sifatnya. Kita deket banget udah kayak temenan dari kecil, padahal baru kenal 5 hari yang lalu.
"Febby belom dateng ya Ris?" tanyaku kepada Rissa, temen sekelasku yang duduk tepat dibelakangku dan Febby.
"Kayaknya belom Ngga. Daritadi sih gue gak liat," jawab Rissa.
Aku hanya mengangguk-ngangguk layaknya pajangan panda yang ada di mobilku. Kemudian jempolku asik menari-nari diatas hp. Tak lama, Febby datang dan mengagetkanku.
"Jinggaaaaaa!!" teriaknya penuh semangat di telingaku.
"Astaga, Febby! Gue kaget setengah mati! Gila lo!" teriakku tak kalah semangat sambil mengelus pelan dadaku.
"Ehehehehe, maaf Nggaa," ujarnya seraya menyengir lebar.
Aku menatapnya tajam dengan tatapan 'awas aja lo, tunggu pembalasan gue'. Febby hanya cekikikan.
"Eh, tumben lo dateng pagi," ujar Febby seraya duduk di bangku sebelahku.
"Emangnya nggak boleh ya gue dateng pagi?" aku menaikan satu alis.
"Langka aja gituu," Febby menyenggol-nyenggol lenganku.
***
Kriiingg..
Bel istirahat berbunyi. Dengan sigap aku mengangkat kepalaku dari lekukan tanganku di meja, mengucek-ngucek mata sedikit, lalu menoleh pada Febby. Febby menatapku seraya mengirimkan telepati 'ayo jajan'. Aku pun langsung bangkit dan mengiriminya telepati 'ayo'. Kami pun berjalan ke kantin dan langsung memesan makanan.
Setelah memesan makanan, kami kembali ke kelas. Kami duduk kembali di bangku kami lalu memakan makanan yang telah dibeli tadi. Saat aku sedang asyik-asyiknya mengunyah batagor yang ku beli tadi, Febby menepuk bahuku.
"Ngga," panggilnya.
Aku pun menoleh. "What?"
"Ngg.. mau nanya," ujarnya linglung.
"Nanya ya nanya aja lagi By," ujarku.
"Menurut lo cowok terganteng di kelas kita siapa? Gausah sekelas deh seangkatan juga boleh," tanyanya sambil memainkan alisnya.
Merasa aneh, aku kembali bertanya sambil tertawa sumbang. "Kenapa deh lo tiba-tiba nanya gitu?"
Febby ikut tertawa. "Hahaha gapapa nanya aja gitu, jadi siapa nih?"
"Nggak tau gue, belom keliatan lagi sifat aslinya gimana," jawabku seadanya.
"Huh, lo terlalu polos, Ngga. Yaudah lo ngutang jawaban sama gue ya!" jawabnya lalu memukul lenganku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intricate
Teen FictionSemua berawal dari tatapan matamu waktu itu. Tatapan mata yang sulit dideskripsikan. Tatapan mata yang membuat kita dekat seperti saat ini. Semua berjalan baik-baik saja, hingga sebuah fakta datang padaku. Sebuah fakta yang ku akui, menyedihkan. Seb...