Chapter 6

739 40 12
                                    

Hari ini hari Sabtu. Kemarin, Alice bilang kalo hari ini dia akan main ke rumahku. Sebenernya males sih, dia pasti nanti ngerusuh banget. Tapi ya mau gimana lagi?

Ting tong

Bunyi bel pintu rumahku. Itu pasti Alice. Aku melihat ke arah jam berwarna biru tua yang tertempel di dinding kamarku. Pukul 10.30? Katanya Alice dateng jam setengah 12, kok udah nyampe aja?

Aku memutar mata. Slogan Alice, 'lebih cepat lebih baik'. Aku menggeleng-gelengkan kepala pelan lalu turun ke bawah untuk membukakan pintu.

Ketika aku baru saja membuka pintu, Alice langsung ngacir ke dalam. Kebiasaan Alice, menganggap rumahku seperti rumahnya sendiri.

"Kok cepet amat datengnya lo?" tanyaku pada Alice sambil menutup pintu.

Alice menyengir lebar, memperlihatkan gigi-giginya yang tersusun rapi. "Kan biar bisa main lebih lama."

Aku memutar mata lalu menggeret Alice menaiki tangga dan memasuki kamarku.

"Wiih, catnya ganti, Ngga?" tanyanya ketika melihat warna cat dinding kamarku yang berganti warna menjadi smooth blue.

"Yap. Bagus kan? Gue emang gasuka warna pink dari dulu," ujarku.

Alice terkekeh pelan. "Iya gue tau, dan sekarang lo udah dibolehin ganti cat nih? Wehehe selamat ya!"

Aku tersenyum simpul. Sejujurnya nih ya, aku masih ngantuk banget.

"Ngga," panggil Alice. Aku pun menoleh ke arahnya.

"Laper.." ucapnya sambil menyengir lebar.

Aku lagi-lagi memutar mata. "Dasar, yaudah ayo."

Aku menarik tangan Alice lalu berjalan menuruni tangga ke arah dapur. Setelah mengambil makanan, kita pun duduk diatas kursi makan.

"Udangnya enak banget, Ngga! Bunda lo masaknya jago banget deh," ujar Alice.

"Alice, setiap kali lo makan di rumah gue, lo bakal bilang gitu," ujarku malas.

"Ih tapi serius!" ucapnya kekeuh.

"Dan lo juga ngomong itu," ujarku seraya tersenyum miring.

Alice memutar kedua bola matanya. Aku pun tertawa pelan.

"Lo jadinya SMA dimana?" tanyaku disela-sela makan.

"Di SMA swasta lagi kayaknya, Ngga," jawab Alice pelan.

"Nggak mau di sekolah gue? Kan bisa ketemu Zafran," ujarku enteng sambil memainkan alis.

Ya, Alice memang sangat penasaran dengan Zafran. Katanya, pasti Zafran ganteng banget.

Mata Alice membulat, lalu ia tertawa puas. "Enggaklah, nanti lo cemburu lagi."

"Idih, ngapain cemburu," elakku seraya bergidik.

"Alah boong, sama Kak Febby aja cemburu."

Mataku membulat. "Enak aja! Sembarangan!" elakku sambil memukul lengan Alice pelan.

Alice lagi-lagi tertawa puas yang disertai dengan batuk-batuk. "Tuh, makanya jangan ngetawain gue. Keselek kan lu," ujarku.

Alice menggapai gelas yang berisi jus jambu diatas meja lalu meminumnya. "Hiih lo mah," ucapnya sebal.

Gantian, aku yang tertawa lepas karenanya.

***

"Gue gangerti lagi sama dia, Ngga. Dia sekarang udah bukan Ariq yang gue kenal dulu."

IntricateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang