Chapter 26

515 27 5
                                    

"Jingga, gue duluan ya. Ojek gue udah marah-marah, nih," Hannah berdecak sebal seraya menggendong tas ranselnya.

Aku hanya mengangguk tanpa menoleh sedikit pun ke arah Hannah. Pikiranku terfokus pada papan tulis, dan buku catatan IPSku. Ya, seperti biasa, aku masih sibuk mencatat.

Tak lama setelah Hannah pergi, Anggi mendapat telepon dari supirnya yang ternyata sudah lama menunggunya di parkiran belakang. Dan ya, mau tak mau, Anggi pun harus pulang.

Febby? Kalau dia sih lagi ada rapat ekstrakurikulernya.

Dan pada akhirnya, tinta pulpenku pun berhasil menorehkan kata terakhir pada buku catatan IPSku. Ya, aku selesai mencatat!

"Hah, akhirnya!" seruku seraya melempar buku catatan IPSku ke atas dengan ketidak-pedulian, yang akhirnya mendarat di atas lantai yang berada di dekat pintu. Ku edarkan pandanganku ke sekeliling kelas. Ya, sepi--eh, kosong. Hanya tinggal aku yang berada di kelas ini.

Menyadari hal itu, aku pun bergegas membereskan barang-barangku dengan tergesa-gesa. Ku pijit jari dan tanganku sedikit, meminum air mineral bawaanku hingga habis, dan membereskan serta memasukkan tempat pensilku ke dalam tas.

Setelah semua yang di atas meja dimasukkan ke dalam tas, aku pun berdiri, menyandang tas, dan mulai berjalan keluar kelas. Namun, pada langkah kedua, aku kembali teringat dengan buku catatan IPSku yang sepertinya belum ku masukkan kembali ke dalam tas.

Aku pun meletakkan tasku pada meja terdekat dan mulai menggeledah seisi tas. Ah, kemana lagi bukunya?!

Tiba-tiba, terdengar suara derap langkah kaki mendekat, didusul dengan suara pintu kelas yang berdecit, bergesekkan dengan lantai. Namun, hal itu tidak membuatku mengalihkan fokus dari mencari buku sialan itu.

Namun, pada akhirnya sebuah suara berhasil mengalihkan fokusku.

"Buku siapa nih?"

Aku menoleh, mendapati Zafran yang tengah memegang sebuah buku pada tangan kanannya.

"P-punya gue," ucapku lalu membuang muka, enggan menatapnya tepat di mata.

Zafran mendongak dan akhirnya sadar akan kehadiranku. "Oh," jawabnya singkat. Kemudian menaruh bukuku di atas meja terdekat. Ia berjalan melewatiku, tanpa menatap mataku sedikit pun.

"Ergh," aku menggumam. Kemudian kembali menyandang tas dan berjalan keluar kelas. Tak lupa, ku ambil buku catatan IPSku yang sedari tadi ku cari itu.

Aku berjalan menghentak-hentakkan kaki menyusuri koridor dengan dahi dan wajah yang berlipat-lipat. Apa-apaan itu tadi?! Mengesalkan sekali.

Jadi sekarang maunya diem-dieman? Oke, gue sih fine-fine aja.

Oh ya, hari ini Febby duduk disebelahku lagi. Ia bercerita tentang kegalauannya perihal hubungannya dengan Zafran. Hubungan mereka masih rumit. Mereka tak lagi berbicara, mengobrol, atau bahkan sekedar melakukan kontak mata sekalipun. Mereka cenderung menjauh antara satu sama lain, namun masih menyandang status pacaran itu.

Febby bimbang. Ia ingin memutuskan Zafran, namun setiap kali tekadnya sudah bulat, kembali datang bayangan kenangan-kenangan indah yang pernah ia lalui bersama Zafran. Kenangan indah mereka dari awal mereka jadian, kenangan indah mereka setiap month anniversary, hingga kenangan indah terakhir yang mereka lalui, semuanya kembali terekam jelas dibenak Febby. Membuat tekadnya yang sudah bulat itu, perlahan menciut kembali.

Setelah kenangan yang mereka lalui dalam kurun waktu 9 bulan, Febby tak yakin dapat move on dengan mulus dari Zafran. Yah, sama halnya denganku. Tapi itu dulu. Sekarang perasaan itu perlahan hilang, digantikan dengan rasa benci yang teramat sangat padanya.

IntricateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang