Kembali ke hari Senin. Kembali ke rutinitas. Kembali ke sekolah.
Setelah menghabiskan waktu weekend dengan bermalas-malasan, aku kembali melakukan aktifitasku sebagai seorang pelajar. Ya, sekolah.
Tadi malam aku tidur sekitar pukul setengah 1 pagi, karena suatu alasan yang sangat tidak logis.
Dan alhasil, aku berangkat sekolah seperti mayat hidup begini.
Sejak masuk tadi, Febby tak henti-hentinya menertawaiku. Bahkan aku sampai tidak bisa mencuri kesempatan untuk tidur saat pelajaran biologi tadi karenanya.
Dan Zafran sekali-sekali tersenyum padaku saat kami ber-eye contact, seperti biasanya.
Zafran dan Febby? Sampai hari ini, belum ada sepatah kata pun yang mereka ucapkan kepada satu sama lain.
"Lo gila ya, Ngga. Udah tau duduk di paling depan, masih aja nyari kesempatan buat tidur," ujar Kiera, teman sebangkuku yang baru.
"'Kan gue udah bilang, semalem gue tidur jam setengah satu. Baru tidur satu setengah jam langsung dibangunin," ujarku dengan kepala yang menelungkup di lekukan lenganku.
Kiera memukul pelan lenganku. "Lagian lo aneh-aneh aja sih. Abis ini Bu Sari loh, lo nggak bakal bisa nyuri waktu buat tidur."
Aku mengangkat kepalaku lalu menoleh untuk menatap Kiera. "Sumpah gue ngantuk banget."
Tiba-tiba, Febby menyeletuk. "Ke UKS aja sono. Ayo gue temenin."
Aku menyetujui usulan Febby setelah sempat berpikir sebentar. Ketika kami sudah sampai si ambang pintu, aku berbalik sebentar ke mejaku.
"Bilang aja gue sakit ye!" ucapku pada Kiera lalu ngacir ke UKS bersama Febby.
***
Aku dan Febby menetap di UKS sampai bel pulang berdering. Memang, tadinya tujuan Febby hanya untuk mengantarkanku. Namun setelah ia menemaniku di UKS beberapa lama, Febby pun memutuskan untuk cabut kelas Bu Sari juga.
Dan ya, aku tidak jadi tidur. Aku dan Febby sibuk mengobrol tentang banyak hal, terutama soal Zafran. Rasa kantukku pun hilang terbawa keasyikan obrolan kami. Sesekali, kami berpura-pura tidur ketika penjaga UKS masuk.
Dan mukaku pun sudah tidak seperti mayat hidup lagi. Terima kasih kepada hal-hal lucu yang kami obrolkan.
Aku membuka kembali hpku yang sempat ku tinggal diatas kasur. Aku mencari apakah namanya ada di barisan atas dalam chats-ku. Dan semua terjadi seperti apa yang ku inginkan.
Zafran: Gimana, Ngga? Udah seger belom? Jadi 'kan tadi tidurnya?
Aku tersenyum. Kenapa ya dia care sama aku?
Oh iya, hanya sekedar menanyakan keadaan. Jangan berharap lebih.
Jingga: Engga jadi sih, tapi setidaknya muka gue udah gak kayak mayat idup lagi.
Zafran: Ahahaha iya, gue waktu liat lo langsung takut woy.
Jingga: Gasegitunya juga kali Zaf.
Zafran: Haha, iya bercanda. Eh,
Jingga: Kenapa?
Zafran: Lo ada adek kelas namanya Alice ya?
Aku mengerutkan kening dalam. Zafran kenal Alice? Apa iya dunia ini terlalu sempit?
Jingga: Lo kenal Alice? Dunia ini beneran sempit ternyata.
Zafran: Engga, dia nge-add bbm gue ngaku-ngaku adek kelas lo.
Aku menepuk jidatku pelan. Ternyata Alice kemaren minjem hpku buat ini toh! Dasar anak edan.
Kalo udah nge-fans susah ya..
Jingga: Dia emang adek kelas, sekaligus sahabat gue. Maaf kalo dia bener-bener ngerusuh di hp lo.
Zafran: Iya banget woy. Tapi kocak juga sih, dia bilang dia nge-fans sama gue.
Sumpah, Alice super malu-maluin.
Jingga: Maaf deh ya. Dia anaknya emang gitu, 'rada-rada'..
Zafran: Lagian dia gimana ceritanya coba bisa nge-fans sama gue?
Jingga: Iya, waktu gue kasih liat foto lo, dia langsung bilang kalo lo ganteng bangetlah, dll.
Zafran: Foto? Lo ada foto gue?
MATI. GUE BARU INGET.
Jingga: Bukan gue yang foto woy, gila aja.
Zafran: Terus? Lo dapet dari?
ASTAGA.
GUE HARUS JAWAB APA INI?!
YA TUHAN, BANTULAH HAMBAMU YANG KESUSAHAN.
I-really-have-no-idea-what-to-say.
Jingga: Dari seseoranglah.
Zafran: Seseorang? Siapa?
Anjay.
Aku bener-bener nggak tau harus jawab apa ini. Aku gila.
Tanpa pikir panjang, aku langsung mencabut baterai hpku tanpa mematikannya dahulu. Ku lempar baterainya ke atas meja belajarku lalu aku meringkuk diatas kasur.
Ini. Super. Duper. Gila.
Apa yang harus ku lakukan?!
Apa iya aku bilang kalo aku dapat foto-fotonya dari Febby?
Terus nanti jadinya gimana?
Aku sama aja bilang kalo Febby sebenernya suka sama dia.
Apa aku boong?
Tapi nge-boong apa? Otakku bener-bener kosong.
Dan aku memutuskan untuk mendiamkan semuanya.
***
a/n
haloo! apa kabar semuaa? yeyeye udah chapter 10~
buat yang sampe sini belum vote and comment, ayo doongg di voteee! jenjen sangat amat menghargai vote dan comment dari kalian lohh:*
love you:*
10.8.10
-jenjen
KAMU SEDANG MEMBACA
Intricate
Teen FictionSemua berawal dari tatapan matamu waktu itu. Tatapan mata yang sulit dideskripsikan. Tatapan mata yang membuat kita dekat seperti saat ini. Semua berjalan baik-baik saja, hingga sebuah fakta datang padaku. Sebuah fakta yang ku akui, menyedihkan. Seb...