11. Semilir Angin dan Perhatian.

156 11 0
                                    

Hari rabu cuaca panas terik, tidak berubah sekalipun kipas berputar kencang. Begitupun perasaan Sidin mengenai segala hal yang terjadi. Jalanan ramai, kelas 10 IPA 1 ramai, tetapi yang Sidin rasakan hanya suasana sepi. Tanpa ide untuk menulis, terpaksa Sidin berterus terang mengenai apa yang terjadi.

"Rina!" Sidin memanggil satu-satunya teman yang bisa menanggapi.

"Apa?" Rina menoleh pada yang memanggil.

"Beritahu Elina, apabila naskah drama harus dikumpulkan besok maka cari saja dari internet," ujar Sidin. "Jangan tanya alasannya. Aku sedang banyak pikiran,"

"Baiklah," Rina menurut tanpa banyak cakap.

Bel istirahat pertama berdering dua ketukan panjang. Tidak betah di kelas yang gerah, Sidin bergegas keluar, bersandar di balkon lantai dua depan pintu kelasnya.

"Tidak ada gunanya nyari angin di siang bolong begini," Rina berkata di belakang Sidin, lalu pergi ke kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak ada gunanya nyari angin di siang bolong begini," Rina berkata di belakang Sidin, lalu pergi ke kantin.

Rina tidak mengajak Sidin ikut ke kantin. Ia hafal kebiasaan Sidin membawa bekal makan makan siang untuk istirahat kedua nanti.

Sekembalinya Rina dari kantin, Sidin masih tetap pada tempatnya. Rina menyadari sesuatu. Sidin melamun memikirkan sesuatu.

"Apa sih yang kau pikirkan?" ia bertanya.

"Selain mengapa tiba-tiba aku kehilangan ide untuk menulis, tidak ada," jawab Sidin. "Aku hanya mencari angin seperti tadi kau bilang,"

"Kau pasti menyembunyikan sesuatu," Rina menangkap kilasan gelap di sorot mata Sidin. "Belakangan ini kau seringkali menanyakan soal Elina,"

Sidin enggan menjawab. Kalau Sidin mengatakan hal yang terjadi sebenarnya, Rina pasti tidak akan percaya.

Semilir angin berhembus melewati bahu Sidin. "Kau bisa merasakan angin sejuk ini, Rina?" tanya Sidin. "Aku bisa,"

Rina menggelengkan kepala. "Tapi... Hei Sidin, kau lihat tidak, barusan Elina kembali dari kantin,"

"Ya?" Sidin menjawab dengan tidak yakin.

"Kalau memang kau melihatnya, Elina bawa makanan apa dari kantin?" Rina mengetes kejujuran Sidin.

Sidin mengingat-ingat makanan kesukaan Elina. "Risol segitiga,"

"Sudah lama aku perhatikan kau, Sidin," kata Rina. "Kau sangat perhatian terhadap Elina,"

Detektif Ichsan 4 : The Dimension Portal.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang